Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka, Sungai Batang Maninjau.

Rumah Buya Hamka

Hayoooo, siapa diantara kamu yang ngga kenal dengan Buya Hamka? Jika kamu suka membaca, suka dunia dunia literasi dan suka nonton film, dan muslim kamu pasti tau siapa itu Buya Hamka. Yaaap, Buya Hamka selain seorang ulama besar yang sangat sangat kharismatik yang dikagumi oleh umat islam. Beliau juga seorang penulis keagamaan dan penulis roman yang karya-karyanya menjadi rujukan bacaan di sekolah.

Bukunya sangat terkenal adalah Tasawuf Modern. Buku ini konon ditulis di dalam penjara ketika beliau dipenjara oleh pemerintahan Presiden Seokarno. Dan yang membuat trenyuh adalah, sebelum Mantan Presiden Seokarno meninggal, beliau berpesan supaya ketika ia dishalatkan saat meninggal, imamnya adalah Buya Hamka. Mantan Presiden Seokarno minta diimami oleh orang yang ia tuduh melakukan subversi padanya dan ia penjarakan selama sekian tahun.

Beberapa novel karya Buya Hamka yang difilmkan seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Saya masih ingat, membaca buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk ini ketika kelas 1 SMP. Di saat teman saya membaca komik dan novel serial silat saya membaca Siti Nurbaya, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Salah Asuhan. Anti mainstream bangat kan yaaa, hehehe.

Danau Maninjau

Oke, balik lagi ke Buya Hamka. Jadi ketika saya dan sahabat saya tidak jadi sempat jalan ke Rumah Buya Hamka ketika jalan ke Puncak Lawang (dan di sini) karena kesorean, saya masih penasaran mau ke Museum Rumah Buya Hamka. Akhirannya saya kemudian jalan lagi sendirian ke Maninjau. Dari Maninjau naik ojek ke Museum Rumah Buya Hamka.

Rumah kelahiran Buya Hamka yang berada di Sungai Batang, Maninjau, Agam, Sumatera Barat. Kenagarian Sungai Batang, berada di pinggir Danau Maninjau, 5 km dari pasar Maninjau. Rumah tempat Buya Hamka lahir ini sekarang dijadikan museum oleh Pemda Kabupaten Agam dengan nama Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka.

Saya tiba di Maninjau jam 9 kurang. Pilihan saya ke Rumah Buya Hamka adalah ojek. Alasannya lebih cepat dan praktis saja. Saya langsung saja tanya ojek yang ada di simpang jalan yang ke arah Sungai Batang. Abang ojeknya minta 15.000. Saya nawar 10.000 ribu saja dia ngga mau. Karena itu sudah harga normal katanya.

IMG_0073a

Dan ketika di atas motor, abang ojeknya cerita, kalau sekarang ini angkutan umum yang ke Sungai Batang hanya seminggu sekali. Yaitu di hari pasar di Maninjau. Karena, sejak ada ojek, angkutan desa jadi mati karena ojek lebih cepat dan praktis. Ternyata di mana-mana sama ya, derita angkot atau angdes yang tergerus oleh ojek, hehehe.

Saya suka perkampungan yang ada Maninjau yang ke arah Sungai Batang. Perkampungannya terlihat sungguh tenang. Meskipun di daerah yang banyak rumah penduduk. Jalanan sepi. Mirip-mirip kampung saya sebenarnya, di pinggir Danau Singkarak, hehehe. Jadi kangen masa kecil saya di pinggir Danau Singkarak deh.

Awal perjalanan, kiri kanan jalan adalah rumah penduduk. Tapi kemudian terhampar sawah-sawah jalan yang diapit oleh danau dan jalan di sisi kanan. Dan sisi kiri, sawah-sawah luas berada di bawah bukit. Sawah-sawah tersebut umumnya baru selesai panen beberapa waktu lalu.

IMG_0073a

Pemandangan yang terhampar sungguh hijau, tenang dan mendamaikan hati. Ah burung-burung pun sepertinya sedang berbahagia di alam yang tenang seperti itu. Saya membayangkan seandainya saya datang ke sana saat padi sedang menguning, pemandangannya pasti akan jauh lebih indah.

Saya mampir sejenak di salah satu situs budaya Maninjau lainya : makam ayahanda Buya Hamka. Jaraknya kira-kira 1,5 km sebelum Museum Rumah Buya Hamka yang berdampingan dengan makam adik ayah Buya Hamka. Makam tersebut berada di depan rumah keluarga ayah Buya Hamka.

Rumah Kelahiran Buya Hamka berada di pinggir jalan raya di sebelah kiri. Lokasinya tidak terlalu dekat dengan danau, mungkin jaraknya sekitar 100 m lebih. Dan juga berada di lokasi yang jauh lebih lebih tinggi. Saat saya datang ke sana, museum ini masih tutup. Belum buka sama sekali.

IMG_0092a

Kata tetangga di sana, petugas yang berjaga di sana sedang pergi ke pasar Maninjau. Waaduh, masa iya, saya yang sudah bela-belain datang jauh-jauh sendirian dari Solok ke sini, eh museumnya malah belum buka? Kan ini sudah jam kerja dia bukan? Tak patuuuuut, tak patuuut *upin-ipin mode.on*

Saya menunggu kedatangan petugasnya selama lebih kurang 15 menit. Pada saat dia datang dengan ojek, saya sedang berdiri di pinggir pagar museum yang lebih tinggi beberapa meter dari jalan. Saya melihat petugas tersebut membayar ongkos 10.000. Oke, jadi ongkos dari pasar Maninjau ke Museum Rumah Buya Hamka 10.000 kan ya? Saya tetap 15.000 mungkin karena bukan orang daerah sana kali ya…hehehe.

Begitu petugasnya datang dia langsung membuka pintu rumah Buya Hamka, sayapun segera masuk. Kalau dilihat dari mukanya sepertinya petugasnya ini  orang yang kurang ramah, atau mungkin karena saya dateng sendiri saja ya. Ngga ada senyum, ngga ada kata persilahkan masuk pada tamu. Kurang sopan kan dia?

IMG_0133

Saya kemudian melihat-lihat museum yang tidak terlalu besar ini. Ada barang-barang pribadi kepunyaan Buya Hamka, seperti mesin tik tua, tongkat dan juga jubah beliau. Ada juga barang pribadi keluarga Buya Hamka seperti kasur dan tempat tidur orangtua Buya Hamka.

Di sisi kanan bangunan (menghadap ke dalam rumah) terdapat rak atau etalase yang berisi buku-buku karya Buya Hamka. Dan sangat banyak cendramata mata dari sekolah atau universitas dari Malaysia. Orang Malaysia menyebutnya cendrahati. Sepertinya nama Buya Hamka juga sangat harum di negara tetangga.

Disebelah bangunan utama terdapat taman bacaan yang pintunya digembok. Saya tanya petugasnya, katanya ngga buka. Looh? Dan juga surau atau mushala kecil di sana. Tapi waktu itu saya ngga cek apakah buka atau ngga.

IMG_0106a

Saya tidak lama di sana. Sekejap saja, mungkin sekitar setengah jam saja. Dan begitu saya hendak keluar perugasnya memanggil saya sambil memperlihatkan kertas yang berisi nama orang dan sejumlah uang. Ketika saya tanya itu apa, dia jawab sumbangan untuk museum seikhlasnya.

Haaa??? Sumbangan buat museum?

Bukannya ini museum sudah dikelola oleh Pemda Agam? Dan bukannya dia juga digaji oleh Pemda Agam? Buat apa minta sumbangan lagi? Apakah ini siizin pemda atau tidak? kalau seizin, duitnya masuk ke negara apa ngga? Dan kalau Pemda Agam tau ada tarikan sumbangan dari pengunjung, uangnya masuk ke mana dong?

Dari yang saya liat, penyumbang terbanyak dari Malaysia dengan nominal 50.000. Saya jujur saja merasa seperti orang yang ditodong. Pas nyari duit di saku, sayangnya duit lima ribuan ngga ada. Adanya 20.000. Ikhlas ngga ikhlas saya kasih dah tuh duit 20.000. Tapi asli serasa ditodong sih saya…hahaha. *ikhlas ga ikhlas ya harus ikhlas deh, hahaha.

IMG_0139a

Kalau begini caranya mah, mending pakai tiket masuk kaya Museum Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau yang bayarnya 4000 per orang dewasa. Jadi pengunjung ngga sertamerta serasa ditodong (entah saya aja seperti merasa ditodong, hehe). Itu PR buat pemda Agam.

Dan ketika mengarah balik ke Maninjau, abang ojeknya kasih unjuk rumah petugas museum. Rumahnya bagus. Kata abang ojeknya, rumah petugasnya jadi bagus sejak dia kerja jadi petugas penjaga Museum Rumah Buya Hamka. Loooh???? *tetiba jadi ghibah gini? Hehehe.

Oya buat yang mau berkunjung ke Museum Rumah Buya Hamka saya kasih nomor hape petugasnya. 081374208765. Biar pas mau ke sana bisa hubungin dia dulu biar ngga tetiba datang, rumahnya kekunci. Padahal kan haruanya selalu buka selama jam kerja kan ya, ngga harus dihubungi dulu.. 😀

Berikut ini foto-foto Museum Rumah Buya Hamka yang saya jepret.

28 comments

  1. kusangka museum ini dikelola keluarga lho, aku juga dapat pengalaman yg sama, dipanggil lagi suruh isi, udah gitu ceritain kisah hidup Buya juga muter2 sana sini he..he…
    tapi senangnya mulai dari simpang itu pemandangannya bagus banget, sawah menguning berlatar biru air danau

    • dikelola pemda mba monda. Cuma yg jaganya masih orang sana dan digaji pemda juga. Tapi tetap aja masih malakin pengunjung.

      Iyaaa…pemandangannya indaah. Sayang aja pas aku ke sana sawah2 abis panen. Kampungnya tenaaang bgt ya…

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Firsty…. Melihat foto dan tulisan mbak, saya mengharap bisa berwisata ke museum ini mbak. Saya sangat mengkagumi Buya Hamka dan menyenangi ketokohannya. Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    • Kak Siti juga tau tentang Buya Hamka?

      Beliau memang sangat bersahaja. Luar biasa bersahaja…

      Semoga Kak Siti suatu saat main ke Sumatera Barat ya… Amin

  3. disadari atau tidak, cerita scam beredar dari mulut ke mulut secara cepat, yg kasian sih masyarakat setempat, soalnya orang udah pd tau kalo kesana bakal dipalak… saya belum ke bromo sama lombok #malu haha
    dan jujur saya lebih pengen ke ntt ketimbang lombok haha

Leave a comment