Bagi orang Sumatera Barat, Puncak Lawang adalah salah satu objek wisata yang populer. Bagaimana tidak, di sini, di Puncak Lawang kita bisa menyaksikan keindahan Danau Maninjau yang bak cermin raksasa. Dan sayangnya saya sama sekali belum pernah jalan-jalan ke Puncak Lawang ini, hehehe.
Disebut Puncak lawang karena puncak bukit tersebut berada di nagari Lawang, Matua atau Matur. Lawang ini berada 3 km dari Simpang Matua, yang berada di jalan raya Bukittinggi – Maninjau. Dan Puncak Lawang sendiri juga berada 4 km dari pusat kenagarian Lawang.
Puncak Lawang ini ditumbuhi pohon pinus dengan udara yang sangat segar. Dari Puncak Lawang pemandangan Danau Maninjau seperti kaca raksasa yang dikelilingi perbukitan yang hijau. Puncak Lawang menjadi tempat yang tepat untuk menikmati keindahan pemandangan Danau Maninjau.
Saya baru main ke Puncak Lawang ini seminggu setelah lebaran 2015. Saya datang ke sini bersua sama sahabat saya pakai motor dari Solok. Saya yang bawa motor dan teman saya yang bonceng.
Yeaaay… Bagi saya ini sangat luar biasa sekali bagi saya karena saya ternyata bisa mengendarai motor sampai ke Puncak Lawang pergi pulang. Hanya saya yang sendiri mengendarai dari berangkat sampai kemudian tiba lagi di rumah. Jaraknya mungkin ada lebih dari 170 km pp. Makanya saya bilang itu sangat luar biasa bagi saya yang jarang make motor.
Capek? Jangan ditanya lagi capeknya. Cuaaaapekkk banget.
Kami tiba di Puncak Lawang udah agak sore. Jam 3 lewat. Tapi pengunjung masih sangat ramai. Di sini, teman saya duduk nyantai doang di bawah pohon pinus. Kalau saya, keliling-keliling area puncak untuk mencari objek yang bagus untuk difoto.Dan juga motoin orang-orang yang lagi selpi-selpian,
Tapi sayangnya cuma satu, keindahan Danau Maninjau sudah mulai terhalang kabut musim kemarau panjang yang sudah melanda daerah Sumatera Barat. Dan beberapa bulan berikutnya, Sumatera Barat, Riau, dan Jambi diributkan dengan kabut asap karena terbakarnya hutan di daerah Riau, Jambi dan Sumatera Selatan.
Masuk ke objek wisata ini pada hari biasa cuma 5000 rupiah per orang. Pas lebaran 2015 kemaren harga tiket masuknya 15.000 per orang. Tapi itu sudah termasuk parkiran kendaraan. Jadi, bisa dibilang tiket masuk pengunjung saja yang dihitung, parkiran kendaraan tidak. Jadi ketika mau jalan sudah tidak dipungut biaya parkiran lagi.
Tapi sebelnya adalah tiket yang dikasih adalah tiket fotokopian, bukan tiket asli. Saya ngotot minta tiket asli. Tapi karena ngga ada ya mau gimana lagi. Iiiih, lagaknya para petugas itu benar-benar sangat menyebalkan. Bagi petugas itu, kalau kami ngga suka dikasih tiket fotokopian, ya sudah, ngga usah ke sana! Songong bangat dah, mentang-mentang lagi lebaran, mentang lagi rame.
Dan bagi kamu yang datang bersama keluarga, tersedia beberapa macam permainan untuk anak-anak. Ada permainan flying fox buat dewasa dan remaja. Tarifnya Rp. 25.000. Bolak-balik Rp. 50.000. Buat kamu yang suka camping, kamu bisa camping di sini loh.
Begitu juga bagi kamu penyuka olahraga yang memacu adrenalin seperti paralayang, Puncak Lawang adalah salah satu tempatnya. Kamu bisa terbang dari ketinggian sekitar 900 m, di atas danau Maninjau.
Tidak lama sih saya dan teman saya di sana. Mungkin hanya satu jam paling lama. Setelah saya selesai keliling-keliling foto-foto di sana, saya ikutan duduk sebentar sama teman saya. Abis itu langsung pulang. Tapi pulangnya lewatin jalan yang memutar dulu. Tidak melewati pusat Nagari Lawang lagi tapi melewati jalan lingkar yang menuju Lawang Park (yang sayangnya kami tidak mampir ke sana) dan Ambun Tanai.
Karena hari sudah sore, kami langsung pulang, tidak melanjutkan perjalanan ke Danau Maninjau. Cukup hanya di taman-taman dengan pemandangan Danau Maninjau saja. Itu aja tiba di rumah sudah jam 10 malam, pegeeeeeeel luar biasa. Tapi walaupun pegel sangat menyenangkan sih…. 🙂
Capeknya ngebolang pake motor bikin jadi pengen ngebolang bawa mobil deh, hehehe. Amin-amin Ya Allah Ya Rabbal ‘alamin.
Menuju Puncak Lawang
ini baru apa udah lama, uni?
waktu saya ke maninjau nggak ke tempat ini
Ini udah lama adanya… Mungkin sudah lebih 10 tahun kayanya
Biasa tempat hiburan rakyat kalo lagi moment yang tepat kayak saat lebaran tiket membumbung tinggi dan gak ada tiket resmi, 🙂
Firsty tangguh juga bersepeda motor sejauh itu.
iya… tapi sebel banget kaya pake aji mumpung kita. mentang-mentang.
Ga tangguh sih Bang, itu mah diberani-beraniin aja… 🙂
wuiii sukaaa liat tempatnya.
ikutan sebel soal tiket kopian, kog bisa ya?
salam
/kayka
Kaykaa… apa kabar dirimu? Aku jarang ngeblog belakangan, hehehe
Iya, tempatnya asyik di situ… Ga tau deh, soal tiket fotokopian. mental udah rusak aja kali tuh. mentang-mentang lebaran trus seenaknya gitu?
baik firsty, thanks. hehehehe sibuk terus ya 😉
sayang ya coba klo gak pake gitu2 mesti tempat yang indah lebih indah lagi…
salam
/kayka
Ngga sibuk juga sih Kay…hehe. Harusnya iya yah Kay, tempat indah pelayanan bagus…
saat ke sana Puncak Lawanh sepiii.., bersyukur bisa lihat danau Maninjau dari sana, bukan main cantiknya
Waaah, Mba beruntung banget dong ke sana pas langit sumatera tidak tertutup kabut…
Mba ke sana pas lagi ngga musim liburankah?
waktu itu bulan Juli ’13 .., sepii.., cuma kami aja yg datang, bisa puas2in deh
Juli 2013 bulan puasa kali ya Mba, atau sebelum puasa?
Enak banget bisa datang ke sana kalau pengunjungnya ngga rame… apalagi kalau pagi berselimut kabut (bukan kabut asap, hehe)… Syahduuu banget yaa..
saat kesini pagi gk ada orang firsty
Nyampe jam berapa Win? Eh pas di sana nginap di mana kamu Win?
nginap d padang panjang ahhaha
2008, survei sensor, belum bnyak fasilitasnya.
Hai Piaaaa…. pakabar dirimuuuhh… 🙂
Udah e sana tahun 2008 yaa? Waaa… duluan kamu dari akuuuh, hehehe.
Baik, fisra. Hehe 😉
Alhamdulillah… 🙂
Gak pernah kesampaian ke danau maninjau. Paling jauh ke solok selatan sumbar, lewati danau kembar kalo ga salah..
Salam kenal ya uni
Salam kenal juga Abah Shofi… 🙂
Solok Selatan ke Maninjau masih jauh. Bisa 5-6 jam lagi. Dan dari Solok Selatan ke Maninjau akan melewati danau kembar dan danau Singkarak… 🙂
yup, kemarin saya lewati danau kembar.. danau ateh ya nyebutnya ? 🙂
danau yang berada di pinggir jalan itu disebut danau di ateh…
Satnya lagi danau di bawah, keduanya disebut Danau Kembar
https://firstychrysant.wordpress.com/2014/09/05/jalan-jalan-ke-danau-diateh-danau-kembar-mesjid-tuo-kayu-jao-dan-kebun-teh-alahan-panjang/
https://firstychrysant.wordpress.com/2014/08/29/danau-diateh-danau-diatas-danau-kembar-alahan-panjang-solok-sumatera-barat/
oiya bener … 😀
iya… 🙂
[…] ← Previous […]
[…] Taman Ambun Tanai ini tidak terlalu besar seperti halnya Puncak Lawang. Tetapi di Taman Ambun Tanai ini terdapat menara pandang yang berguna untuk menikmati dan memotret […]
[…] motor berdua teman saya tidak jadi jalan sampai Maninjau karena kesiangan. Kami hanya sampai ke Puncak Lawang dan adik-adiknya (Taman XIII Balai Basa dan Taman Ambun Tanai. Akibatnya saya nekat pergi ke […]
[…] objek wisata Puncak Lawang juga sama. Ketika aku ngebolang berdua temanku pake motor ke sana, pengunjung ditarikin retribusi […]
[…] dan sahabat saya tidak jadi sempat jalan ke Rumah Buya Hamka ketika jalan ke Puncak Lawang (dan di sini) karena kesorean, saya masih penasaran mau ke Museum Rumah Buya Hamka. Akhirannya saya kemudian […]
[…] motor setiap lebaran, seperti ke Rumah Puisi Taufik Ismail Padang Panjang. Ngebolang berdua ke Puncak Lawang, Taman XIII Balai Basa, Ambun Tanai. Kami juga pergi ke Peternakan padang Mangateh Payokumbuh […]
[…] Kebun Binatang Puti Bungsu. 6. Benteng Fort De Kock. 7. Rumah Bung Hatta. 8. Museum Perjuangan. 9. Puncak Lawang dan Ambun Pagi (view Danau […]
[…] ketinggian ini mirip dengan pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang, Matur. Tapi menurut saya pemandangan Danau Maninjau dari Puncak Lawang Matua jauh lebih indah daripada pemandangan Danau Batur dari panorama ini. […]
[…] Dibawah jauh lebih indah dibanding pemandangan Danau Maninjau dari area Nagari Lawang seperti dari Puncak Lawang ataupun Taman Basa XIII. Tentu saja kita bisa memaklumi karena pamor Danau Maninjau jauh lebih dulu […]
[…] jalan yang menuju Danau Talang ini, jauuuuh melebihi keindahan pemandangan Danau Maninjau dari arah Puncak Lawang, Taman Basa XIII ataupun Ambun Tanai di Daerah Matur. Sungguh beruntung penduduk di sana mempunyai […]