Oke saya mau melanjutkan lagi catatan perjalanan saya bersama teman saya. Perjalanan panjang naik motor berdua ke Pasar Milenial Van der Capellen di Batusangka dan ke Kota Bukit Tinggi ~ Dataran Tinggi Agam. Perjalanan yang dimulai dengan suasana yang tidak enak. Teman perjalanan saya marahan, ngambek sama saya, sampai-sampai ia mendiamkan saya dalam perjalanan Solok – Batusangka, SUNGGUH TERLALU ENGKAU ANI, hahaha.
Di Bukittinggi kami jalan ke Taruko Cafe yang berada di Tabiang Takuruang, Ngarai Sianok. Kami cukup lama nyantai-nyantai di sana. Dari sana kami melanjutkan perjalanan ke Nagari Koto Gadang. Kami mampir ke rumah Perkumpulan Amai Setia, mampir buat foto aja, hahaha. Amai Setia adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Siti Rohana Kuddus, tokoh perjuangan wanita dari Koto Gadang.
Karena hari tiba-tiba hujan dan deras, kami mampir dulu di warung di depan Mesjid Nurul Iman di pusat Nagari di Koto Gadang. Namanya juga mampir, musti jajan juga dong. Ngeteh juga dan beli gorengan meski sebenarnya perut udah kenyang banget. Juga sempet-sempetin foto-foto di depan sana, narsis dulu. Ngga narsis ngga seru tjuuuuy wkwkw.
Setelah hujan berhenti, dari sana kami lanjut lagi jalan ke Nagari Guguk, tetangga sebelah Nagari Koto Gadang. Kami mau ke jembatan gantung terpanjang di Sumatera Barat yang menghubungkan Nagari Guguak Tinggi dan Guguak Randah. Katanya jembatan gantung ini fenomenal banget. Tapi ternyata yah biasa aja. Hanya karena orang-orang yang pansos di sosmed yang membuat jembatan ini jadi terkenal. Korban sosmed saya, hahaha.
Hari sudah sore waktu kami pulang dari Guguak. Kami pulang ke arah Solok melewati Nagari Sungai Tanang. Dan kami mampir dulu di Tabek Gadang Nagari Sungai Tanang, foto-foto dulu (lagi), hahaha. Jam setengah 6 lewat barulah kami meninggalkan Cingkariang ke arah Solok. Di Ngalau, Padang Panjang, isi bensin dulu karena tidak ada pom bensin di sepanjang jalan raya Solok – Padang Panjang. Setelah isi bensin, baru deh, cuuuuus jalan ke Solok.
Di Mesjid Raya Batu Taba, kami berhenti untuk shalat magrib. Dan ketika selesai shalat hujan deras turun tapi hanya sebentar. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Solok. Eh baru jalan belum semenit langsung deras lagi yang disertai kilat dan petir yang menyambar-menyambar. Horor kan. Kami pun langsung berhenti (lagi) di warung. Karena mampir buat berhenti mau ngga mau pesan teh hangat. Makan cemilan cepuluh sembari nunggu hujan reda.
Dan ternyataa, hujan derasnya lama. Setengah jam. Sebenarnya sih kalau hujannya aja ngga masalah, musti lebih berhati-hati aja kitanya. Yang horornya banget kilat petir yang menyambar-nyambar itu loh. Makanya ketika hujan sudah agak reda tapi petir masih bersahut-sahutan, kami tidak jadi lanjut. Kami tunggu petirnya agak mereda. Baru kami jalan.
Tapi sepanjang jalan pulang, hujan intensitas ringan masih turun. Dan juga sesekali petirnya masih menyambar, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan. Sehingga kami juga tidak berhenti berzikir dan bershalawat (ketika gluduk dan petir ajaaa, lumayan juga sih, bikin jadi rajin dzikir), karena kalau ngga sepanjang jalan kami bakal ngegosip, ngegosipin diri kami aja sih, hehehe.
Motor saya jalannya kaya keong karena jalanan yang licin. Jadinya waktu perjalanan yang harusnya satu jam-an jadi 2 jam-an. Kami tiba di Solok jam setengah sepuluh malam. Lumayan lah ga terlalu malam banget (((((ngga terlalu malam banget))))). Biasanya jam 10 an paling cepet tiba di rumah. Badan pegel iya, dingin pula. Tapi alhamdulillah perjalanannya menyenangkan meski horor sama petir dan gluduk-gluduk, hehehe.
