Sebagai pasien kopit, bisa dibilang saya tidak mengalami rasa parno yang luar biasa. Saya baru parno ketka adik saya, ibu saya dan ayah saya dinyatakan sudah negatif pada hari yang sama. Baru dah saya parno, hahaha. Saya parno saya akan menularkan lagi kopit ke keluarga saya yang sudah sembuh, termasuk kepada keponakan saya yang alhamdulillah negatif tapi tinggal satu atap dengan 4 – 5 orang postif kopit, hahaha.
Lantas ketika nyari-nyari info lebih dalam tentang kopit di IG, tiba-tiba saya ketemu IG dokter Decsa Medika. Padahal saya ngga pernah tau dia apalagi follow dia sebelumnya. Informasi pertama yang saya baca membuat saya tertarik menyelam lebih dalam untukmembaca postingan-postingannya. Saya baca-baca di sana, ternyata isinya selama beberapa bulan ini isinya ‘hanya’ tentang kopit, kopit dan kopit. Sangat lengkap dan sangat mudah dipahami juga.
Semua info ngga ditaro di kepsyen, tapi di foto atau infografik. Saya ngga hanya baca info di foto / infografik / banner tersebut, tetapi juga ‘nyelam dalam’ sampai ke komen-komen yang buanyaak yang bertanya pada dokter Decsa. IG dokter Decsa sangat Informatif sekali. Tidak saja informatif tapi juga membantu menghilangkan rasa parno saya yag tiba-tiba menguasai saya satu dua hari sebelumnya.
Dari info dokter Decsa dan komen-komen tersebut saya akhirnya tau bahwa (kalau ngga salah ya), jika ada pasien kopit dengan gejala ringan ia wajib isolasi 10 hari. Dan untuk pasien dengan gejala sedang, wajib isolasi 10 hari plus 3 hari. Dan dokter yang bertanggung jawab menangain kopit bisa menyatakan pasien sembuh kalau sudah melakukan isolasi selama waktu yang sudah ditetapkan tersebut. Meski (kalau) dilakukan lagi tes PCR Swab, hasilnya masih positif. Begitu katanya.
Kenapa? Karena setelah melakukan isolasi 14 hari, tapi hasil PCR-nya masih positif, yang terdeteksi tes PCR adalah bangkai-bangkai virus kopit yang tersisa di hidup bagian dalam. Dan pasien yang sudah menjalani isolasi selama 14 hari tapi hasil PCR masih positif, sudah tidak mempunyai daya penularan lagi pada orang lain, atau daya penularnnya lemah. Atau istilahnya adalah sudah tidak infeksius lagi.
Setelah membaca keterangan-keterangan tersebut, saya senang banget dong. Saya yang tadinya ssangat cemas akan menularkan virus kopit lagi kepada anggota keluarga saya yang sudah sehat jadi tidak khawatir lagi, kecemasan itu sudah jauuuuuh berkurang. Saya sudah tidak kuatir lagi meski ibu saya tetap aja sangat parno saya akan menularkan virus kopit ke keluarga saya.
Saya juga menghubungi dokter Decsa via message IG. Saya menanyakan beberapa hal kepada beliau. Dan alhamulillahnya pertanyaan saya ditanggapi dan dijawab. Luar biasa banget dokternya, salut saya karena dia mau meres[on pertanyaan-pertanyaan saya, hehehe. Ketika saya mengabarkan bahwa hasil swab saya sudah negatif, juga tetap membalas dan mengucapkan alhamulillah juga.
Oiya, beliau juga terkena kopit yang waktunya barengan dengan saya. Atau duluan saya beberapa hari. Tapi ketika beliau sakitpun tetap memberikan informasi terbaru kepada folowernya. Dokternya menyatakan di IG-nya bahwa dia sudah sembuh dari kopit, beberapa hari setelah saya dinyatakan sembuh. Jadi ketika saya nanya-nanya dia, ternyata lagi isolasi juga, hehehe. Dokter yang luar biasa.
Saya benar-benar bersyukur, (alhamdulillahirabbil ‘aalamiin) dan mengucapkan terima kasih dengan adaya IG dokter Decsa ini karena selain informatif, informasi dari beliau ‘membuat’ kopit terlihat tidak membuat parno sebagaimana hal-nya media yang menayangkan berita-berita yang menakutkan tentang kopit. Dengan info dari dokter Decsa ini juga bisa diskusi dalam dengan dokter RS Posko Covid di Solok. Diskusi yang lama, hampir setengah jam, karena saya sengaja konsul yang paling terakhir.
Makasih ya Dokter Decsa.