Konon katanya, bagi yang jalan-jalan ke Lombok, jangan ngaku ke Lombok kalau ngga ke Gili Trawangan. Karena saat ini, Gili Trawangan dan saudaranya Gili Meno dan dan Gili Air adalah ikon pariwisata Pulau Lombok. Pulau ini menjadi primadona periwisata Pulau Lombok seperti halnya pantai Kuta Pulau Bali.
Gili Trawangan ini adalah salah satu Gili dari 3 gili yang terkenal di Lombok, Yakni : Gili Terawangan, Gili Air dan Gili Meno. Gili, adalah sebutan untuk pulau bagi masyarakat Pulau Lombok dan sekitarnya. Dan gili yang sangat terkenal bagi masyarakat luar adalah ketiga Gili yang disebutkan di atas. Ketiga Gili tersebut letaknya berdekatan.
Kami berangkat ke pelabuhan Bangsal, pelabuhan penyeberangan yang akan ke Gili Terawangan, melalui pantai Senggigi. Dari pantai Senggigi terus ikuti jalan raya di sepanjang pantai yang nantinya kita akan melewati yang namanya Bukit Malimbu. Dari Bukit Malimbu ini kita bisa menyaksikan keindahan laut Pulau Lombok. Dari kejauhan, di tengah laut terlihat Gili Trawangan dam sodara-sodaranya, Gili Meno dan Gili Air.
Tiba di pelabuhan penyeberangan sekitar 15 menit kemudian. Di pelabuhan, sudah banyak wisatawan yang sama-sama hendak ke Gili Trawangan. Pelabuhan penyeberangan ini ada satu dermaga. Tapi kapal-kapal yang akan diberangkatkan ke gili ini tidak ditambatkan di dermaga.
Semua kapal ini hanya ditambatkan dengan diikat dengan seutas tambang pada kayu pancang yang ada di pinggir pantai. Jadi ketika kita naik kapal, kita harus masuk dulu ke dalam air berapa langkah, baru kemudian kita naik ke kapal.
Penumpang kapal yang ke gili Trawangan tidak tidak hanya wisatawan. Para pedagang makanan dan sayuran juga banyak berangkat dengan kapal yang kami tumpangi.
Cuaca sangat cerah. Tapi karena kapalnya kecil, ombak laut membuat kapal motor ini berguncang dan berayun selama dalam perjalanan. Jadi ketika ada ombak yang cukup besar, air laut sampai membasahi sisi dalam kapal. Dan untungnya aku berada di sisi kanan kapal yang ombaknya tidak masuk menciprat melalui sisi ini… 😛
Ada penumpang yang bajunya basah kecipratan air laut. Tapi yang jelas sih yaaa… Suasana di kapal menyenangkan banget walaupun banyak pedagang sayuran di sana, hehehe.
Kami tiba di gili trawangan sekitar 25 – 30 menit kemudian. Di sini bisa dibilang tidak ada pelabuhan. Tempat parkir dan dan turun naik penumpang bisa di mana saja. Kapal ditambatkan dengan cara diikat dengan seuutas tali tambang pada satu tiang pancang. Sama seperti di pelabuhan keberangkatan tadi, ketika turun dari kapal kita harus melompat dulu ke dalam air laut.
Gili Trawangan sangat ramai pengunjung bersileweran di sepanjangan jalan pulau ini. Baik pengunjung mancanegara maupun pengunjung dalam negeri. Kapal-kapal yang datang ngga hanya datang dati pulau Lombok, tapi banyak juga kapal yang merapat langsung dari Bali. Suasana pulau kecil ini turistik banget.
Banyak kafe-kafe berdiri di sepanjang pantai yang berpasir putih ini. Juga banyak penginapan dan toko-toko peralatan menyelaman serta penyewaan snorkling di sepanjang jalan yang kami lewat. Tak ketinggalan tempat-tempat pelatihan penyelaman yang disediakan penginapan.
Jujur aja, bagi gue, pemandangan Gili ini bagus, indah dan suasananya juga asyik. Tapi walaupun suasananya asyik, pulau ini terlalu ramai… Tipe gue yang lebih menyukai tempat yang sepi agak kurang cocok di sini, hehehe. Model pantai Selong Belanak aku suka, hehehe. Ntar kalo ke Lombok lagi, gili trawangan ga masuk pilihan lagi.
Di sepanjang pantai, banyak bule-bule yang sedang bersantai di bawah pohon cemara pantai. Ada yang duduk di kursi malas yang disedialam sambil membaca. Ada yang tidur-tiduran. Kalau aku sih cuma foto-foto doang sebentat trus juga tiduran sambil nyander di sofa.
Dan aku tertidur di sofa kira-kira selama 15-25 menit.
Waaaawww…. Luar biasa hebat aku ituuuh, mengingat aku bukan tipe orang yang bisa tidur kalau bukan di kasurku sendiri. Baik di kos ataupun di rumah di kampung sana. Ditambah lagi dalam suasana yang ngga tenang looh… Sangat brisik oleh musik.
Transportasi yang digunakan di sini adalah dokar alias andong alias bendi. Berhubung waktu kecil aku sudah puas naik dokar ini, aku sama sekali tidak berniat menaikinya, hehehe. Jadi aku tidak tau berapa biaya naik dokar ini yaa…hehe…
Kami balik ke ‘daratan’ utama lombok sekitar jam setengah 4. Kapal motor yang kami tumpangi aga lebih besar dari yang tadi ke arah Gili Trawangan. Ada bangku yang berderet di tengah kapal. Tapi aku teteup milih bangku yang ada di pinggir.
Pas balik ini, ombaknya cukup besar. Kapal terayun kencang mengikuti ‘alunan’ ombak. Air laut menciprat ke jendela kaca kapal. Kalau kapal yang kami naiki sepwrti kapal kami berangkat tadi, aku jamin semua penumpang bakal basah kecipratan air laut.
Tapi keren deh sensansinya kalau menurut aku yaaa. Apa lagi cipratan air di jendela kaca kayanya cakeeep banget.
Ombak yang kencang menghempas kapal ini membuat penumpang ada yang banyak yang teriak karena kapal sering oleng tingkat parah. Bahkan ada juga yang muntah karena pusing, hehehe. Nyampe di daratan utama lombok, tak lupa kami berpoto piti dulu di atas geladak kapal, hehehe…
Hwee, itu ombaknya lumayan besar, apalagi mendung, syukurlah kalau sampainya tidak kenapa-napa.
Ah masa jangan ngaku ke Lombok kalau belum ke Gili? Saya yang asli sana saja belum pernah ke sana :haha. Agak kurang suka sih sebetulnya, soalnya di sana sudah overdeveloped, sudah bebas banget kehidupannya, apalagi kalau malam, padahal saya sukanya yang alami dan sepi (alasan doang ini mah :haha, tapi betulan juga sih).
Cidomo, ah sudah lama saya tidak naik itu. Kapan-kapan naik deh, di dekat rumah saya ada jalur cidomo :)).
Eh ada bayi, lucu banget :)).
iya… katanya gitu… kan buat wisatawan gara, hehehe…
aku juga lebih suka selong belanak… lebih tenang, lebih sepi. kalai di gili rame banget… istilah kata bukan gue banget… 🙂
bayinya lucuuuu, sampe aku niat minta foto sama maknya…
Iya, yang tenang dan sepi memang lebih afdol :hihi.
Lucu banget, mulus banget :hihi, minta ditoel-toel pipinya :)).
kalao aku rasanya pengen nyulik tu bocah, wkwkwkwk… 😛
Saya siap jadi penadah *eh salah* :haha.
Hahaha… Ga mau ah… Langsung aku bawa k jakarta aja..
Jadin mainan hahah
Awas repot dikasih makan lho Mbak *mwahahaha* *tawa jahat* :hehe :peace.
kalo udah bisa nyulik tu anak, ntar cari bapaknya deh, hehehe
Oke kegiatan penculikannya berlanjut :haha. Sip!
Gili sudah terlalu ramai ya?
kurang nyaman ya kalau terlalu banyak orang, aku juga bakal pilih tempat yang lebih tenang
rame banget… itu di pantai keliatan sepi karena sempet diguyur gerimis gede… ga ujan juga sih…
enak memang angin laut makanya bisa ketiduran gitu 🙂
deg-degan sendiri deh klo inget tinggi ombaknya pas balik. nyesel balik dengan kapal terakhir. serem lho apalagi waktu itu gak ada jaket pengaman atau pelampung gitu. udah baca-baca ayat kursi aja sepanjang perjalanan.
btw biat mendung fotonya bagus-bagus…
salam
/kayka
iya bener, aku juga mikir kok ngga ada jaket pelampung. Aku sih ya, kalau kapalnya aga lebih tinggi dikit mau duduk di bagian depan kapalnya. tapi karena rendah ga mau, ga mau basah2an, hehe
iya bener, angin laut dan desiran pohon cemara pantai bikin ngantuk, hehe..
Aku suka foto ombaknya yang bergolak, hehe…
Biasanya kalau jalan2 gitu, kita kurang tidur, karena bangun pagi demi menuju tempat wisata lebih awal dan supaya bisa lebih panjang waktunya ke tempat wisata lainnya, trus kembali ke hostel pasti sudah larut malam, alhasil kalau kita lagi di perjalanan pastilah bisa tidur hehehe. Kalau aku sih dimana aja bisa tidur, udah berasa ngantuk yaa pasti pelor deh wakakakaka
bener syif… akuu semalamnya tidur udah malam… jam 1 an… makanya pas disanderin di kursi males langsung ketiduran… 🙂
enak dong ya kalau bisa pelor kaya gitu… gue susyeeeh banget… 😛
Jernih bgt airnya yaaa
iya jernih banget… 🙂
wah jalan-jalan mulu neh ceritanya 😀
waktu ke lombok… cuma di hotel doank karena jadwalnya padat
*alesan*
ga jalan2 mulu… ini kan postingannya dicicil, hehe.. 🙂
Pasir putihnya begitu menggoda … untuk main bola di sana 🙂
haha.. iya ya mas Iwan… kalau laki2 mikirnya main bola ya… 🙂
Baca judulnya kenapa yang terlintas pertama kali malah tokoh Karang dan Rossi di novel Sumsel Bersama Rossi nya Tere Liye ya? # gagal fokus:-) mudah2an berkesempatan ke sana. Amini…
Aku belum baca novel ini…
Baguskah?
Mudah2an… Amiinn…
emang ada ya karyanya Tere Liye yang nda bagus? hehehe
*sumsel, maksudnya mau nulis Sunset 🙂
xixixi… jauh amat sunset dengan sumsel… hayooo lagi ingat apa tuh sampe yang ditulis sumsel… 🙂
si andro nih sok tau, wong niatnya nulis sunset eh yang nongol sumsel, Mbak. hehehe
hahaha… terlalu pinter dia membaca pikiran, tapi kepleset…
Aku juga sering salah ngetik di layar sentuh, haha
Sensasi naik kapalnya kaya ber arung jeram gak First?😁
Aku blm pernah nyoba arung jeram mba… Tapi mungkin aja sama ya, soalnya semua penumpang pada teriak2 karena guncangannya yang besar…
Hehehe, cuma kurang dikasih pelampung aja ya
iya harusnya disediakan pelampung yaa… perasaan emang ngga ada tumpukan pelampungnya deh…
Aku terakhir kali ke Gili Trawangan udah lama banget, thn 1999 atau th 2000 ya… Sekarang bayarnya berapa kalau nyebrang naik perahu itu?
waaah, udah lama bangeet yaa… Sekarang 18.000 kalo ga salah… Perasaan fotonya udah aku aplot ke media deh, lupa masukin kepostingan kali, hehe
Tiga Gili itu sudah pemes sekali. Rame kalo sama dengan di Bali, bagi saya kurang berkesan. Saya lebih suka yang masih belum terlalu rame. Pengen nyobain nyebrang, sensasi ombaknya itu yang nagih, hehe…
iya di trawabngan rame banget… sebenarnya suasanya asyikk… tapi aku ngga suka keramean, hehe… jadi sitilahnya ‘ga gue banget’…
[…] Malimbu bukanlah tujuan wisata umumnya di Lombok seperti halnya Gili Trawangan, Pantai Selong Belanak, Tanjung Aan, pantai Seger atau desa Sade. Bukit Malimbu ini adalah sebuah […]
[…] 4. Tiga Gili (Gili Meno, Gili Air dan Gili Trawangan). […]
[…] B. Gilli Trawangan. […]
[…] Tapiii saya adalah orang yang sangat menyukai air. Sungai di pegunungan yang berbatu dan danau membuat saya betah berlama-lama berada di sana. Juga pada saat saya berada di atas kapal laut seperti (cuma) di kapal penyeberangan Merak – Bakauheni, Banyuawangi – Bali atau di atas kapal kecil untuk penyeberangan ke Gili Trawangan. […]
[…] Gili Trawangan, Lombok […]