Hari ke tiga kami di Malaysia, tujuan kami berikutnya adalah jalan ke Seremban, Negeri Sembilan. Kami ingin melihat jejak Ranah Minang yang ada di Semenanjung Malaysia. Tiga tahun yang lalu saat jalan-jalan ke Malaysia bareng adik saya dan kakak angkat saya plus anaknya, kami sebenarnya juga hendak main ke sana, tapi ngga jadi, karena mepet waktu banget waktu itu. Makanya sekarang musti dibela-belain ke sana.
Kami berangkat dari hotel sekitar jam 8. Koper-koper kami titipkan di resepsionis hotel karena sorenya kami hendak jalan ke Penang. Karena hotel tidak menyediakan sarapan, kami sarapan dulu di rumah makan yang terdapat di depan Stasiun Imbi. Nama restorannya : Fathimah Restaurant. Makanan di restoran ini cukup enak dan harganya pun ngga terlalu beda dengan harga makanan di warung depan stasiun Pasar Seni. 20 RM untuk dua posri makanan plus 3 minumanan.
Untuk menuju Seremban, Negeri Sembilan, dari Bukit Bintang kami naik LRT tujuan KL Sentral. Dan dari KL Sentral kami naik KTM ke Seremban. Ongkos naik LRT ke KL Sentral kalau ngga salah 3,1 RM. Dari KL Sentral musti beli kartu KTM seharga 13 RM, buat kartu 5 RM dan ongkos KTM 8 RM ke Seremban. Untungnya, ketika kami tiba di KL Sentral dan langsung membeli tiket ke Seremban,Mba petugasnya bilang, keretanya mau berangkat beberapa menit lagi. Jiaaaah, langsung dah kami berburu turun ke platform/jalur 4 (kalau ngga salah). Dan begitu tiba di bawah, kereta juga masuk jalur 4. Huuufff, alhamdulillah ngga telat.
Perjalanan ke Seremban sekitar hampir satu jam setengah, hampir kaya kaya jarak Jalarta – Bogor gitu. Satu hal yang saya perhatikan pada jalur kereta api ini adalah, jalur kereta ini di wilayah kota Kuala Lumpur ini sepertinya jarang (atau malah tidak ada sama sekali) dilintasi atau berpotongan dengan jalan biasa atau jalan mobil. Sehingga juga jarang terdengar bunyi klakson kereta api di sepanjang jalan.
Berbeda dengan kereta comuter line jabodetabek yang memang banyak berpotongan dengan jalan biasa, apalagi jalan-jalan kecil yang membuat kereta api jabodetabek sangat sering ‘berteriak’ di sepanjang jalan. Mungkin setelah memasuki kota Seremban, ada jalan yang berpotongan denga jalur rel di menjelang masuk stasiun stasiun, yang melintasi jalan yang lebar, saya juga ngga ingat. Tapi sepertinya sih tidak.
Setelah kereta KTM meninggalkan kawasan Kuala Lumpur, KTM memasuki area dengan suasana perkampungan. Rumah-rumah yang terlihat banyak yang mirip dengan rumah Ipin-Upin dan Atok Dalang, rumah-rumah Melayu. Waaa, asyik banget, bisa melihat sesuatu yang beda dengan Kuala Lumpur yang penuh dengan bangunan tembok. Ibarat kita di Jakarta hendak ke Bogor yang selepas stasiun Citayam atau Bojong Gede, suasana sepanjang rel sudah tidak ramai rumah penduduk lagi kan ya. kaya gitu lah kira-kira.

Kami tiba di Stasiun Seremban sekitar jam 10 an. Suasana di stasiun Seremban, benar-benar beda dengan di Kuala Lumpur. Stasiunnya sepi banget, baik di dalam stasiun ataupun di luar stasiun. Sungguh suasana yang sangat berbeda dengan suasana stasiun-stasiun comuter line Jabodetabek yang selalu ramai dan padat walaupun pada siang hari. jalan raya di depan stasiun juga tidak ramai, padahal di seberang stsiun ada bangunan yang menurut saya adalah mol. Tapi spertinya mol-nya ngga ramai terlihat dari depan.
Kami bertanya dimana lokasi Museum Negeri Sembilan pada petugas yang jaga tapping. 2 orang petugas jaga tersebut tidak tau lokasi museum yang saya tanyakan. Bertanya kepada petugas tiket pun mereka ngga tau. Saya heran dan bingung coy, sama petugas kereta api di sini dan di Kuala Lumpur, banyak ngga taunya kalau ditanya. Kayanya mereka ngga bisa ditanya-tanya deh, hahaha. Mendingan petugas kereta apai Jabodetabek deh, kalau ditanya banyak yang tau dan paham, wkwkw.
Setelah bertanya pada seorang ibu, barulah saya tau jawabannya. Beliau jawab, bisa jalan dari stasiun, tidak terlalu jauh katanya. Kalau jalan mungkin hampir setengah jam. Dalam hati saya, *itu mah jauuuuh, Bu! hahahaha. stengah jam jalan cooy, masa ngga jauh, hehehe* Beliau kasih unjuk, jalan ke prapatan dulu, belok kiri trus jalan lagi sekitar sekilo kurang. Tapi naik taksi kira-kira 5 atau 7 RM, katanya. Tapi sayang ibunya buru-buru karena kareta tujuan Kuala Lumpur sudah mau masuk stasiun, jadi ngga bisa tanya lebih jauh lagi. Oke sip, makasih ya Ibu.
Saya menawar taksi yang mangkal di dalam area stasiun. Itu taksinya udah butut banget yang kalau di Jakarta ngga bakalan ketemu deh. Tapi di Malaysia mah masih banyak aja dah. Saya tanya sopirnya yang babe-babe india. Beliau jawab 10 RM. Saya tanya lagi apa tidak bisa dikurangi, dia jawab bisa kurang sikit. Saya tanya 8 bisa tidak, ia jawab bisa. Okeeey… cuuusss,.. 😛
Orang Indonesia dan orang Malaysia benar-benar beda dalam menerjemahkan arti “dekat” dan “jauh“, hahaha. Yang katanya dekat, ‘pasti’ jauh menurut orang Indonesia. Si ibu bilang tidak terlalu jauh, bisa jalan saja. Tapi realitanya jarak tempuhnya kira-kira 1,5 km lebih, ya salaam. Untung kami naik taksi. Kalau ngga bisa-bisa digebukin saya sama adik dan sahabat saya, hahaha.
Taksinya melaju dengan ‘cuuuuuusss’, dan tiba-tiba berhenti. Saya tanya, “kenapa berhenti, Pak Cik?” belio jawab, “Sudah sampai kitorang,” jawabnya santai. Ooohhhh sedekat ini kalau naik taksi ternyata, hahaha. Alhamdulillah akhirnya kami tiba di Museum Negeri Sembilan, 5 menitan aja, ngga nyampe 10 menit lah. Sopir india tau sendiri kalau nyetir mobil, udah merasa jadi kayak pembalap F-1 semua, hahaha.
Kami akhirnya puter-puter, pusing-pusing, keliling-keliling di dalam Muzium Negeri yang berada di dalam kompleks Taman Seni dan Budaya Negeri Sembilan. Cukup lama kami di sini. Mungkin satu setengah ja, lebih, kira-kira. Pengunjung museumnya sepi banget. Saat itu hanya kami bertiga saja yang ada. Mkalum namanyajuga museum, mana ada yang banyak pengunjung, sebagausdan secanggih apapun, hehehe. Trus pas udah keluar museum, datang dua mba n mas bule yang ditemani oleh guide-nya.
Selesai ngubek-ngubek museum Negeri Sembilan ini, kami segera balik lagi ke Stasiun. Rencananya mau ke Istana Sri Menanti, Istana Kerajaan Negeri Sembilan. Tapi kata petugas resepsionis di museum, istana Seri Menanti sedang direnovasi dan belum dibuka untuk umum sampai 2-3 tahun mendatang. Akhirannya kami memilih balik ke stasiun aja, balik lagi ke Kuala Lumpur. Karena tujuan berikutnya adalah pergi ke Putra Jaya, pusat pemerintahan Negara Kerajaan Malaysia.
Tapi sebelum balik ke stasiun kami makan siang dulu di lapau warung nasi yang berada di pojok jalan. Jalan dulu sekitar 200 m dari seberang jalan museum. Kami makan siang dengan dua porsi nasi (kami selalu beli dua porsi aja untuk bertiga). Harga makanan di sini murah meriah coooy, dua porsi besar cuma 9 RM. Kalau di KL mungkin harganya paling ngga 15 RM. Alhamdulillah, rejeki anak-anak solehah, hehehe.
aku belum pernah ke malaysia euy kak 🙂
Sok atuh direncanain Mas… Jhehe
🙂
Jauh juga ya dari KL lokasinya hihi, tapi memang buat orang Malaysia 1.5 km itu nggak jauh kalau untuk jalan. Mungkin karena mereka terbiasa jalan juga kali ya. Sedangkan buat standart saya 1.5 km itu jauuuh hahahahaa apalagi kalau jalan di bawah sinar matahari panas, semakin terasa jauhnya 2x lipat 😀
Hahaha iya… udah beberapa kali ngeliat mereka ngomong ‘dekat-lah kak… tak jauh.’ eh udah kita jalan, ya allah, hampir sekilo jauhnya… :p
Di jakarta jarak segitu musti ngangkot atau ngojek, hahaha
[…] dari Museum Taman Seni dan Budaya Negeri Kerajaan, Seremban, tujuan kami berikutnya adalah halan-halan ke Ibukota Pusat Pemerintahan Negara Malaysia Putrajaya. […]
[…] hal yang bikin saya heran saat jalan-jalan di Seremban, Negeri Sembilan Malaysia adalah, para petugas kereta apinya. Mereka saya asumsikan kurang paham dengan rute-rute, […]
[…] hal yang bikin saya heran saat jalan-jalan di Seremban, Negeri Sembilan Malaysia adalah, para petugas kereta apinya. Mereka saya asumsikan kurang paham dengan rute-rute, […]
[…] mau berangkat sekitar 4 menit lagi, kami buru-buru lari ke bawah, ke platform kereta jurusan Stasiun Seremban. Kalau ngga salah berada di jalur 4. Begitu kami tiba di bawah, pas juga keretanya yang baru tiba […]
[…] pada hari ke 3 trip ke Kuala Lumpur – Penang. Paginya kami jalan dulu ke Museum Perpatih di Seremban Negeri Sembilan, kemudian lanjut ke Mesjid Putra di Kota Putrajaya, kota pusat administrasi Negara […]
Wah Negeri Sembilan. Salah satu tempat yang membuat kami penasaran ingin mengeksplornya lebih jauh.
Salam kenal dari kami Travel Blogger Ibadah Mimpi
Ayoo diwujudkan niatnya… sekalian ke Kuala Pilah,istana Seri Menanti…
Akhir tahun kemarin keknya saya lewat museum ini pas otw dari Penang ke Malaka, tapi sekelebat saja karena pas naik bis. 😀 Tapi meskipun cuma lewat, sempat terharu juga akhirnya bisa lihat museum ini, soalnya jadi inget pelajaran pas SD dulu bahwa banyak orang Minang di Negeri Sembilan. Mungkin suatu saat bisa mampir ke Seremban buat ke museum ini. Hahaha…
Dr Malaka ke Penng lewat di depn sana ya?Apa bus-nya sempat keluar tol dulu ya?
Iya, buat ke Terminal Seremban. Abis itu balik lagi lewat museum itu waktu kembali ke tol. Kalau naik dari Butterworth ke Malaka Sentral, tiba di Seremban menjelang matahari terbenam gitu, jadi museumnya cuma keliatan seuprit doang 😀
Ntar semoga bisa mampir di san y, hehehe.
klo mlk Penang brp jam? 7 ya kyanya?
Semoga 😀
Benar, sekitar 7 jam. Tapi nggak berasa karena busnya nyaman dan jalannya mulus hehehehe
Iya benar banget… bus di sana nyaman dan keren2, hehehe…
[…] perjalanan kami hari itu bakal panjang. Kami mau ke Negeri Sembilan, mau ke Museum Negeri di Seremban, dan penge liat-liat kampung minangkabau di […]