Mendapatkan kamar hotel low bajet untuk traveling adalah suatu ‘keharusan’. Tapi salah satu hal yang agak menyebalkan saat kita nginap di hotel low budget adalah tidak mendapatkan sarapan pagi. Sebel banget juga sih tapi mau gimana lagi, kalau tarif hotel tempat kita menginap memang sudah murah meriah, hehehe.
Tapi, di sisi lain sebenarnya bagus juga mendapatkan hotel tanpa sarapan. Karena dengan tidak adanya sarapan di hotel kita bisa sarapan di warung makan atau resto yang tersedia di sekitar hotel. Dan kita pun bisa mencoba menikmati atau icip-icip kuliner daerah tempat kita menginap. Jadi kita bisa sekalian wisata kiliner, yes kaaan.
Seperti sewaktu saya nginap di hotel SIMMS di Bukit Bintang, tidak menyediakan sarapan. Waktu saya coba cek harga kalau pakai sarapan, beda harganya jauh banget. Akhirnya, kami mencari mau mencari ‘warteg’ saja, pas keluar hotel menuju stasiun terdekat, mana tau ketemu warteg ya kan.
Waktu kami tanya resepsionis lokasi stasiun terdekat, mereka jawab stasiunnya dekat. Keluar hotel, di pintu langsung belok kiri. Ketemu perapatan, belok kiri, maka lang keliatan stasiun monorail, sambungnya. Ternyata benar, stasiunnya dekat sekali. Keluar pintu langsung belok kiri melewati beberapa ruko, belok kiri lagi, laangsung keliatan LRT atau monorail (terserah deh apaan, hahaha). Hanya berjarak sekitar 100 meter, langsung terlihat stasiun.

Pas lagi jalan, hanya sekitar beberapa ruko saja langsung terlihat warteg. Eh ga warteg deng, lebih besar lebih mewah. Resto deh kayanya, hahaha. Kami pun memutuskan makan pagi dulu, soalnya perjalanan kami hari itu bakal panjang. Kami mau ke Negeri Sembilan, mau ke Museum Negeri di Seremban, dan penge liat-liat kampung minangkabau di Malaysia.
Warungnya masih sepi karena masih pagi. Mungkin jam setengah delapan. Kami makan hanya pesan 3 porsi saja untuk bertiga. Kami pesan tiga jenis makanan yang berbeda. satu nasi goreng telur, satu mihun goreng, dan satu lagi bihun telur plus minuman tiga buah. Itu total kena 18 RM. Mahal banget, padahal minumannya kalau ngga salahcuma teh O aja tiga.
Gitulah kalau makan di resto, bukan di warteg. Padahal kemaren di warteg dekat stasiun Pasar Seni, satu porsi nasi + ayam + sayur dan nasi + telur + mi hun dan 2 teh O plus satu minuman susu panas kalau ngga salah, total 19 RM. Jauh banget ya bedanya. Tapi yah, lillahi ta’alaa aja mah buat diri sendiri ini, nikmatin aja dah hahaha. Soal rasa sih biasa saja, ngga ada yg istimewa. Tapi restorannya bersih, itu yang penting kan. Lumayan saya rekomendasikanlah kalau buat makan aja sih.