Sehari Bersama Anak Yatim dan Dhuafa di Tak Teleang, Sarik Alahan Tigo, Hiliran Gumanti, Solok

Sehari Bersama Anak Yatim dan Dhuafa di Tak Teleang, Sarik Alahan Tigo, Hiliran Gumanti, Solok

Seperti yang sudah saya perkirakan, keberangkatan ke Sarik Alahan Tigo yang kami rencanakan jam 2 pasti bakal molor, hahaha. Yaaah namanya juga kita orang Indonesia, ngga seru kalau ngga ngaret hehehe. Saya dan teman saya LK tibanya pas sih pukul 2 tapi karena lapar, beli nasi bungkus dulu buat makan siang di tempat meeting poin di rumah YES. Sehingga akhirannya kami berangkat jam 3 dari rumah YES.

Kami juga mampir cukup lama dulu di rumah Aan karena tiba-tiba hujan cukup deras. Sekalian juga kami melaksanakan shalat ashar. Sehingga baru jam 4 lewat kami baru berangkat ke Alahan Panjang. Jalanan menuju Alahan Panjang lumayan bagus, pemandangan di ladang bawang Sungai Nanam juga cakeep, mata jadi segeeer, eh ngga ada hubungan dengan perjalanan yak, hehehe.

Kami tiba di Alahan Panjang jam 5 lewat. Tapi karena Aan mau isi BBM dulu yang lokasinya agak jauh maka ada sesi menunggu dulu di Alahan Panjang sebelum berangkat ke Talang Babungo. Ditambah lagi harus mampir dulu di rumah saudara sepupunya LK yang hendak ikutan ‘nyawer’ bawang. Akhirannya jam setengah 6 kami berangkat menuju Talang Babungo.

Perjalanan kami dari Alahan Panjang menuju Talang Babungo, bisa dibilang tidak mulus. Pemandangannya sih cakep. Tapi jalanannya banyak yang jeleeeek. Sehingga jarak tempuh yang ‘hanya’ kira-kira 15 – 17 km membutuhkan waktu 1 jam. Sehingga kami tiba di Talang Babungo pas saat azan magrib berkumandang.

Kami pun shalat magrib dulu di Mesjid Raya Talang Babungo. Duh saya salut dengan jemaah di sana, sangat ramai. Bisa dibilang hampir semuanya jemaah adalah penduduk di sana  karena Talang Babungo bukanlah daerah lintas. Setelah shalat magrib kami melanjutkan perjalan ke arah Pinti Kayu – Tak Teleang.

Jalanan menuju Pinti Kayu lebih ‘dahsyat’ lagi. Jalanan menuju jembatan gantung Pinti Kayu rusak parah. Dan selepas jembatan gantung tanjakannya pun dahsyat. Bisa dibilang nggak ada bonus sampai sejauh sekitar empat ratus meter. Ditambah lagi jalanan tembok menuju Taratak Teleang kecil dan banyak yang pecah-pecah. Serta gerimis pun turun membasahi bumi. Jadi lengkaplah ‘keseruan’ perjalanan kami.

Kami tiba di rumah Bapak Wali Nagari Sarik Alahan Tigo jam 8 lewat, hampir jam setengah 9. Memang sih ada yang jalan juga dari jembatan gantung sampai ujung tanjakan, sepanjang sekitar 400 m. Total perjalanan kami dari Talang Babungo ke Tak Teleng lebih dari satu jam. Hampir satu jam setengah, padahal jarak tempuh hanya 10 km saja.

Setelah tiba di rumah Pak Wali Nagari, kami meletakkan barang-barang dan setelah itu kami segera ke mesjid ditemani istrinya, Ibu Ratna. Di mesjid anak-anak peserta sudah menunggu kedatangan kakak-kakak dari Solok. Maka kami pun memulai acara malam itu dengan perkenalan dan beberapa permainan untuk menciptakan keakraban antara kakak Squad Until Jannah dan adik-adik peserta.

Setelah selesai acara perkenalan keakraban antara kakak penyelenggara dan adik-adik peserta, wali jorong Tak Teleang sudah menyediakan obor bambu. Obor bambu ini digunakan untuk pawai malam tahun baru islam keliling kampung. Pawai keliling kampung tidak jauh-jauh banget sih, tapi terlihat syahdu bagi semua peserta, membawa obor dalam kegelapan malam.

Sepulang dari pawai keliling kampung, anak-anak peserta langsung pulang ke rumah masing-masing. Sedangkan kakak-kakak peserta pulang ke rumah Wali Nagari Sarik Alahan Tigo, meeeting untuk acara besoknya. Setelah itu kami masak untuk makan malam karena kelaparan hahaha. Kami masak dari jam (hampir) setengah 12, makan dan kelar makan jam setengah dua. Sementara subuh jam setengah 5, hehehe.

Dan gimana acaranya saya cerita di postingan berikutnya aja. Ini aja udah kepanjangan, hahaha. Ntar pada mabok baca yang panjang-panjang.

   

3 comments

Leave a reply to Sehari Bersama Anak Yatim dan Dhuafa di Tak Teleang Sarik Alahan Tigo, Hiliran Gumanti, Solok, Bag. 2 – Firsty Chrysant Cancel reply