Oke teman-teman, saya masih punya janji sama diriku sendiri. Janji saya tentang catatan perjalanan turun gunung Danau Gunung Tujuh di Kerinci, Jambi. Ceritanya masih belum tuntas, masih panjang kisahnya, hehehe. Ini emang cerita perjalanan yang sangat melelahkan bersama-sama sahabat. Melelahkan tapi membahagiakan, karena perginya bareng-bareng sahabat, eaaaa… :p
Ini cerita tentang Yuli yang turun sendirian dari danau Gunung Tujuh. Cerita Yuli saya dapat dalam perjalanan pulang ke Solok dari Kerinci, di dalam mobil.
Jadi setelah saya dan Dedew tiba di bawah di pintu awal mendaki, kami istirahat dulu di satu-satunya lapau atau warung yang ada di sana. Untungnya di samping lapau ada selokan kecil yang airnya jernih dan dingin banget karena berasal dari pegunungan. Jadi kami bisa bersih-bersih badan bagian bawah yang memang berlumpur. Airnyaaa, dingiiiiin banget, hahaha.
Di warung, saya pesan teh dan minta air panas. Di dalam tas saya tersedia mi cup, karena kan rencanannya mau masak mi di pinggir danau, tapi airnya minta sama pendaki lain hahaha. Ya sutralah, karena ngga jadi sampe danau, makan mie-nya di warung saja plus jajan gorengan hehe. Saya minta air putih panas, niatnya beli dan bayar tapi ketika mau bayar teh panas orang warungnya ngga mau terima, hehehe.
Setelah minum teh, makan mi, dan makan gorengan tahu, Dedew dan adik saya memutuskan balik ke mobil di gerbang utama. Biar bisa mandi dulu walaupun ngga tau entah dimana bisa mandi, hahaha. Mungkin saja bisa numpang di mesjid atau mushala di dekat sana. Tapi yang jelas mereka berdua turun ke gerbang utama, saya sendirian menunggu Yuli dan Linda.
Ketika hari beranjak gelap, belum terlihat tanda-tanda kedatangan Linda dan Yuli. Saya kuatiiiir banget. Saya takut ada apa-apa dengan mereka, takut mereka tersesat atau gimana. Bagaimana saya ngomong ke keluarga mereka? Apalagi pas tadi saya bisa telpon Yuli, dia bilang kalau dia turun jalan sendirian saja. Kalau dia sampai tersesat gimana? Linda masih mending bersama porter.
Apalagi tadi waktu naik Yuli sempat ngomong aneh menurut saya. Karena saking capeknya kami dan tidak menyangka rutenya terjal banget, Yuli sempat ngomong (pakai bahasa padang) gini, “Ya Allah, nyampe ngga napas saya untuk pulang? Kalau ngga, tolong urus anak-anak gue ya.”
Saya langsung nyela, “astaghfirullah, lo istighfar, jangan ngomong macam-macam!” Yuli langsung istigfar. Tapi Dedew malah nyambungin omongannya Yuli (pengen getok Deew juga nih,hahaha), “Bapaknya gimana? Ngga bapaknya (bapaknya anak-anak Yuli) sekalian?” Yuli jawab, “Bapaknya bisa ‘menyelamatkan’ dirinya sendiri.”
Kan sebal saya sama omongannya yang kaya gitu, apalagi saat saya sendirian menunggu-menunggu Yuli dan Linda sampai malam di warung. Saya ngga berhenti beristighfar dan berdoa supaya keduanya plus porter tiba dengan selamat. Mungkin pikiran saya terlalu berlebihan saat itu tapi begitulah yang terjadi selama menunggu hingga sekitar jam 8-an.
Ketika Yuli tiba sekitar jam delapan, perasaan saya legaaa banget, perasaan saya membuncah. Ucap syukur alhamdulillah tak terpei rasanya. Saya dengan semangatnya mengungkapkan kebahagiaan saya kepadanya melihat kedatangannya. Tapi dia cuek saja sama saya, kesel juga saya, hahaha. Taunya dia sedang sibuk memgucapkan terimah kasih sama anak-anak SMA yang datang bersama dengan dirinya. Yuli juga menawarkan anak-anak tersebut pesan minuman hangat atau makanan hangat di warung. Sampai kecemasan saya karema dia telat tiba dan kebahagian saya yang melihat dia ‘dicuekin’ sama dia, hahaha.
Dia ngomong gini ke saya, “anak-anak ini yang menolong gua, kalau ngga ada mereka gua jalan sendirian ke bawah. Mungkin saya malah ngga nyampe turun,” ujarnya.
Rupanya, (Yuli cerita di mobil saat pulang) saat sudah mulai senja dan dia jalan sendirian, ada serombongan anak SMA yang turun dari danau. Kemudian Yuli minta jalan bareng. Dan beberapa kali saat kakinya benar-benar tidak kuat melangkah karena pahanya kesakitan saat turun, dua orang anak perempuan memapah Yuli. Atau kalau berada di rute yang sulit, Yuli turun merangkak ngesooot.
Jadi, Yuli turun gunung ngga pakai kaki saja, tapi juga (maaf) pantat, hahaha. Dia sampai duduk dulu untuk melangkahkan kakinya di tangga-tangga akar yang ada di sepanjang treking. Ngga peduli lagi jalanan berlumpur, hahaha. Saya, dan kami semua tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Yuli tidak bertemu anak-anak SMA tersebut. Serem banget kan yaa.
Trus kata Yuli, saat dia jlan terpisah sendirian di tengah hutan, dia yang selalu memutar muratal qur’an surat Annaba, jadi hampir hapal hampir setengah dari surat Annaba tersebut. Alhamdulillah kan yaa, ketakutan membawa rahmat, hahaha… :p
Sekitar 10 – 15 menit setelah Yuli tiba di warung, akhirnya Linda juga tiba dengan selamat. Alhamdulillah ya Allah. Perasaan saya jadi makin legaaa banget. Tak henti-hentinya saya mengucapkan syukur begitu melihat Linda. Saya pesankan dia teh panas dan Rian kopi panas. Supaya badan mereka hangat setelah kedinginan di atas gunung saat turun tadi. Barulah setelah Linda selesai minum kami turun ke gerbang utama, tempat mobip sewaan kami diparkirkan.
Dan alhamdulillahnya lagi ya, saya diijinkan mandi di kamar mandi pos kehutanan gerbang Gunung Tujuh. Linda dan Yuli numpang mandi di mushala kalau ngga salah. Duuuh dinginnya air kaki Gunung Tujuh benar-benar menusuk tulang. Tapi tak apa, kami happy setelah semua berkumpul lagi.
Ternyata udah sepanjang ini postingannya, kisah ditatap harimau sumatera masih belum nyampe yaa… :p
saya ga kebayang naik gunung pake rok..tapi luar biasa ya:) terakhir naik gunung jaman kuliah 2003-an..kalo skrg kyknya udah ga sanggup…
Yang terlihat rok itu bukan rok juga sih, satunya rok celana, modelnya terlihat rok tapi celana kulot. yang satu lagi pake celana kulot besar jadi pas lagi jalan pun terlihat make rok. yg satu lagi kulot biasa. 2 orng pake celana.
Aku kmren juga ngga nyangka bisa naik gunung soalnya ngga pernah (kecuali bromo dan tangkuban parahu), kalau hiking dulu jaman sekolah cukup sering
[…] kan nuliskan hampir sebagian besar apa yang kami alami di sana. Kalau postingan sebelumnya tentang pengalaman Yuli yang jalan sendirian pas turun, dimana dia akhirnya ditolong oleh rombongan anak SMA, kali ini tentang cerita Linda yang turun […]
kalian para perempuan luar biasa, temenku juga pas turun ngesot pake tubuh belakang karena udah hampir gak ada tenaga lagi buat turun,,,,
Sebenarnya kemaren bukan tenaga ngga ada, tapi karena paha udah gemetaran setiap turun undakan akar2an, dan ngga punya tongkat pula. Setiap melangkah turun ke depan (misal kaki kanan), kaki kiri gemetar menahan tubuh,begitu juga sebaliknya,hahaha…