
Ini adalah catatan terakhir tentang Danau Gunung Tujuh, Kerinci, hahaha. Terlalu banyak ya catatan saya? Maklum, saya kan nuliskan hampir sebagian besar apa yang kami alami di sana. Kalau postingan sebelumnya tentang pengalaman Yuli yang jalan sendirian pas turun, dimana dia akhirnya ditolong oleh rombongan anak SMA, kali ini tentang cerita Linda yang turun ditemani oleh Riyan. Ternyata, yang dialami Linda adalah, berada dalam jarak satu terkaman harimau sumatera, hiiii….
Jadi ceritanya, setelah kami selesai mandi dan beberes, kami kembali lagi ke penginapan. Bukan buat nginap lagi, tapi buat nganterin Rian ke penginapan. Tapi sebelum mampir ke penginapan kami makan dulu di rumah makan padang yang berada tidak jauh dari penginapan arah ke Kota Sungai Penuh. Di rumah makan itu juga kami sekalian numpang shalat magrib dan isya. Setelah selesai makan kenyang, kami baru ke penginapan buat mengantarkan Riyan yang jadi pemandu kami, khususnya Linda.
Jam di hape menunjukkan pukul 10 lewat 5 menit. Setelah Riyan turun diantar Linda ke penginapan kami cuuuus pulang ke Solok, membelah malam yang sudah sangat sunyi, seakan-akan jalanan malam yang dingin sunyi tersebut akan menelan kami semua. Di dalam mobil kami kami sibuk cerita tentang keseruan pengalaman masing-masing kami ketika terpisah. Yuli bercerita betapa dia berterima kasih bertemu anak-anak SMA ketika dia sedang jalan sendirian saja. Anak-anak SMA tersebut yang kemudian menemaninya turun dan memapahnya ketika perlu dipapah.
Saya juga bercerita tentang saya dan Dedew turun gunung yang alhamdulillah akhirnya ditemani seorang mahasiswa. Juga cerita apa rasakan ketika sendirian menunggu mereka berdua di warung. Linda juga bercerita bagaimana ia turun dengan terpaksa membiarkan tangannya dipegang dan ditarik Riyan tanpa banyak bicara karena hari sudah mulai gelap. Pokoknya cerita kami seru banget. Semua rebutan cerita kaya anak TK yang ditanya gurunya liburan kemana saja waktu lebaran, hahaha.
Dan intinya adalah kami semua merasa sangat luar biasa dan ngga nyangka sama sekali kami bisa mendaki karena pada kenyataanya kami bukan pendaki sama sekali. Dan kami semua memberi apresiasi pada diri kami sendiri karena bisa mendaki gunung, hahaha. Sesederhana itu kebahagian kami. Walaupun bagi orang lain itu hal yang sangat biasa saja, tapi bagi kami berlima itu sangat-sangat luar biasa sekali. Lebay amat ya bahasanya, hehehe.
Saat kami sedang asyik rebutan cerita seu itulah, si Eki yang nyopirin kami tiba-tiba nyeletuk ke kami, tepatnya ke Yuli yang duduk di depan, “tau ndak Ni, si Riyan pas tadi makan cerita bahwa tadi ada harimau sumatera di dekat dia dan Ni Linda.”
Haaa? Kami langsung kaget. Masa sih?? Ada harimau di dekat Linda? Gimana ceritanya tuh?
Jadi, dari cerita Riyan ke Eki, pas waktu magrib, mata Riyan tiba-tiba melihat kucing belang besar sedang melihat ke arah mereka. Jaraknya hanya 6 – 7 m dari tempat mereka berdiri. Harimau tersebut menatap ke arah mereka. Sebagai orang yang sudah paham lapangan, Riyan tetap tenang dan langsung menarik tangan Linda supaya turun lebih cepat lagi. Kata Linda, saat itu dia ngga ngeh dengan sikap si Riyan tersebut. Ia malah tetap mencoba bercanda dan ketawa, tapi sikap si Riyan katanya memang tiba-tiba jadi pendiam gitu.
Bayangkan sodara-sodara, ketemu harimau dengan jarak satu terkaman saja. Duuuh ya Allah ya rabbi, membayangkannya saja bikin jantung jadi ngilu, apalagi kalau benar-benar melihat secara langsung si kucing belang besar tersebut. Untung banget, Linda bawa porter, kalau ngga, ya Allah, kami ngga tau deh apa yang akan terjadi. Itu adalah kejadian yang sangat menegangkan bagi kami semua meski hanya Linda saja yang mengalaminya.
Dan kebetulan pula, adik saya membaca plang peringatan ada harimau sumatera di pos shelter dua. Ketika saya numpang bersih-bersih badan di kamar mandi pos jaga gerbang utama, saya tolong adik saya menunggui saya di ruang piket tersebut. Saat itulah adik saya bertanya-tanya tentang harimau sumatera tersebut pada petugas yang sedang duduk di meja terima tamu atau meja lapor pendakian.

Menurut bapak petugasnya, kalau ketemu harimau harus tetap bersikap tenang, seakan-akan tidak melihat harimau tersebut. Dan sama sekali jangan (sampai) bersifat kaget apalagi sampai teriak. Kalau berteriak, si harimau justru merasa terancam, dan kalau merasa terancam, makanya mereka jadi menyerang manusia. Dan kalau kita sebagai manusia bersikap tenang, harimau pun tidak kaget dan tidak merasa terancam, maka harimau tidak akan menyerang manusia. Begitu kata bapak petugasnya.
Jadi istilahnya harimau sumatera yang tinggal di hutan tersebut tidak ‘melihat’ manusia sebagai mangsa atau makanan bagi mereka. Mereka menyerang karena ‘merasa’ terganggu. Karena kaget. Jadinya mereka menyerang manusia karena ‘dianggap’ berbahaya’ bagi dirinya. Itu saja. Karena hal inilah yang mungkin dilakukan oleh Riyan yang menemani kami, bersikap tenang ketika bertemu dengan harimau sumatera di tengah rimba hutan kerinci.
Sampai beberapa minggu kemudian kalau kami bercerita tentang kejadian ini, kami tetap saja merinding membayangkan kalau saja Linda melihat kucing belang besar tersebut terus dia kaget dan menjerit, apa yang akan terjadi??? Akankah Linda masih ada atau tidak? Kalau tidak ada gara-gara jadi korban harimau sumatera apa yang akan kami katakan pada suami dan anak-anaknya yang baru masuk usia remaja? Kami jadi bergidik sendiri dengan pengandaian kami.
Begitulah kisah Linda yang berada dalam jarak satu terkaman harimau sumatera. Kami semua benar-benar mengucapkan syukur yang luar biasa karena bisa pulang ke rumah dengan selamat, terutama Linda tentunya. Duuuuh ya Allah ya salaam, alhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
jadi ingat waktu ke danau kaco juga dengar auman si inyiak, kata kawan harus tetap tenang, gak boleh panik 🙂
Danau kaco di kerinci juga ya… eh tapi gunung tujuh bakal dibuat tangga.bagus juga sih walau bakal ‘hilang’ rasa ‘keeksotisan’ pendakiannya… 😛
betul kak 🙂 masih di kerinci … semoga tangganya bagus, gak dibuat asal2an … dan gak dibuat warna-warni …
Hahaha…. yg pakewarna bikin kocak..
semoga aja.dibuat tangga yang kuat tapi yang standar pasir kerikilsemen aja…biar terlihat lebih alami
betul kak 🙂 biar gak alay
[…] cerita naiknya, lebih seru lagi cerita turunnya. Tapi, selain seru juga mengerikan banget karena teman saya berjarak kurang dari 10 m dengan seekor harimau sumatera, hiiiii *bergidik. Ntar juga saya buat postingan terpisah tentang pendakian Danau Gunung Tujuh ini. […]