Salah satu dari sekian banyak peninggalan bersejarah di Sawahlunto adalah Gudang Ransum. Gudang Ransum ini dulunya pada zaman penjajahan kumpeni Belanda adalah dapur umum. Dapur umum untuk para pekerja tambang batubara ombilin yang saat itu dikeruk oleh penjajah kumpeni.
Gudang Ransum ini berada di pusat kota. Hanya sekitar 500 meter dari pasar Sawahlunto. Dan sekitar 100 – 150 m dari Lubang Mbah Seoro. Tapi meski di pusat kota, daerahnya sepiiii banget, suasana kota yang sangat saya suka, apalagi kalau berada di daerah pegunungan, 정말 좋아… hahaha.
Di dalam Museum Gudang Ransum ini terdapat peralatan-peralatan dapar raksasa yang dulu digunakan oleh dapur umum ini. Periuk-periuk penanak nasi diameternya mungkin 1 meter lebih. Ada beberapa buah penanak nasi dan ketel raksasa untuk merebus air yang terdapat di sini. Juga terdapat kuali-kuali atau wajan besar yang digunakan untuk membuat lauk atau menumis sayur untuk pekerja tambang.
Selain berisi periuk nasi, perebus air dan tungku masak lauk, di dalam ruang utama juga terdapat lemari besar yang berisi diorama menu makanan para pekerja tambang. Dan juga dipajang peralatan-peralat pendukung dalam proses masak memasak. Seperti peralatan sendok spatula, piring, pemarut kelapa, pemeras santan, saringan, saringan santan dan segala macamnya. Juga ada peralatan-peralatan lainnya.
Dapur umum ini menurut saya merupakan dapur yang canggih banget (untuk masa saat itu dan juga mungkin sekarang). Untuk sumber pemanasnya, yang digunakan adalah api dari batubara yang diolah terlebih dahulu menjadi sumber daya panas untuk memasak. Jadi mereka memasak tidak dengan peralatan tradisional yang samgat sederhana, seperti tungku bara api.
Saya tidak apakah saat ini peralatan tersebut bisa berfungsi dengan baik atau tidak karena seperti yang saya bilang di atas, saat itu kami jalan sendiri tanpa ditemani petugas. Jadi ngga bisa nanya-nanya. Saya dapat informasi hanya dari kertas-kertas informasi yang ada di dekat peralatan saja.
Di sini juga terdapat baju-baju masak para pekerja dapur dan baju para pengawas dapur. Baju pekerja masak dan baju para pengawas beda warna. Ini mah sekarang juga gitu kan ya. Udah dari zaman baheula pembedaan warna berdasarkan jabatan ini ternyata hahaha.
Ohya, ada juga lemari yang berisi nisan bernomor alias tanpa nama. Itu adalah nisan pekerja tambang yang mereka memang tidak dipanggil dengan nama, tetapi dipanggil dengan nomor. Kayanya sedih banget mengetahui tentang hidup pekerja tambang yang tanpa nama ini. Semoga arwah mendapatkan tempat yang baik di sisi tuhan, aamiin.
Di bagian belakang ruang utama Gudang Ransum terdapat tungku pemanas dapur umum. Tungku pemanas air ini ada dua. Pada tungku dapur umum terdapat dua tungku yang didalamnya terdapat selinder. Air yang sudah mendidih, menjadi uap dan kemudian dialirkan ke dalam ruang utama, pada ketel penanak nasi atau perebus air.
Masih di bagian belakang terdapat menara yang lumayan lumayan.tinggi. Bangunan tersebut adalah cerobong asap. Tingg cerebong asap ini 18 m. Gunanya adalah untuk membuang asap tungku tinggi-tinggi supaya tidak menggangu udara di dalam dapur. Terdapat anak tangga tempel sebanyak 75 buah anak tangga.
Kompleks Gudang Ransum ini cukup luas dan besar. Di dalam kompleks Gudang Ransum ada beberapa bangunan lagi yang masing-masing fungsinya beda. Ada gedung yang jadi Museum Iptek, yang berisi informasi tentang iptek bagi anak sekolahan. Ini museum bagus banget orangtua yang mau membawa anak-anaknya jalan-jalan edukasi.
Satu bangunan lagi berupa ruangan foto-foto dan informasi tentang Malaka, Malaysia. Kalau tidak salah, Sawahlunto dan Malaka bekerjasama sebagai twin sister, atau kota kembar karena sama-sama mempunyai bangunan bangunan peninggalan bersejarah.
Ada satu bangunan yang tidak saya masuki karena saat itu lagi tutup. Namanya gedung galeri, entah galeri apa saya juga tidak tau, xixixi. Nanti kalau saya ke Sawahlunto lagi, saya masuk deh, hehehe.
lihat alat2 masak dapur umum gini, butuh tenaga besar buat ngaduk2 makanannya aja, masih terawat dgn baik ya gudang ransumnya
Iya… atau bisa jadi juga punya alat pengaduk khusus juga. Soalnya kemaren ngga liat
selain galeri Melaka, ada galeri iptek sama galeri pakaian adat nagari2 di sawahlunto dan pakaian adat etnis lain di sana (jawa, batak, tionghoa)… keren emang minangkabau, kayak di sawahlunto aja satu kota di sumbar tiap nagari bisa beda2 pakaian adatnya 🙂
Museum iptek masuk sih, tp yg galeri pakaian ngga masuk…
Berasa banyak utang nulis nih aku, hahaha
haha, datang lagi uni, semacam galeri pakaian adat khusus kota sawahlunto…keren
Emang niatnya sih mau datang lagi ke sana, haha
[…] akan bercerita tentang pengalaman yang tidak menyebalkan saat jalan-jalan berkunjung ke Museum Gudang Ransum, dapur umum Tambang Batubara Ombilin pada masa kumpeni Belanda di Kota Sawahlunto, Sumatera […]