Trip ke Singapura Malaysia : Kacau Tapi Menyenangkan.

DSC08204b

Awal November 2015, Uni, kakak angkat saya mengajak jalan-jalan ke Malaysia akhir tahun, tanggal 23 Desember. Karena tanggal 21 ia mau ke Batam bersama anaknya Ridho, dan tanggal 22 mereka ada acara. Jadi kakakku sekalian pengen mengajak anaknya jalan-jalan ke Legoland, Johor Bahru, Malaysia. Ceritanya sekalian saja ‘loncat’ dua malam atau tiga malam saja di Malaysia.

Begitulah rencana awalnya.

Maka sejak ada rencana ke Malaysia tersebut, saya mulai mencari informasi tempat-tempat wisata di Johor, Malaka, Kuala Lumpur serta Penang (maninstream banget kan ya, hehehe. Juga informasi penginapan yang di kota-kota tersebut serta transportasi menuju ke sana. Setelah semua oke, saya menyerahkan rencana perjalanan dan perkiraan biayanya kepada kakak saya.

Tapi sayangnya, kurang dari 2 minggu sebelum hari H, kakak saya menelpon bahwa rencana ke Malaysia yang sudah saya rancang kemungkinan bakal batal. Arrgghhh… Alasan kakakku adalah ia terlalu banyak biaya yang harus dikeluarkan Bulan Desember ini. Saya tentu saja kecewa tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

DSC07660a

Saya lantas cerita sama adik saya bahwa saya dan si Uni tidak jadi ke Malaysia. Eh, yang ngga disangka-sangka adalah, adik saya tertarik jalan ke Malaysia. Ia kemudian mengajak saya jalan berdua ke sana hehehe. Ya sudah, baguslah, hhaha. Maka sayapun mengedit rencana itinerary kami.

Saya dan adik saya sepakat bertemu di Batam, karena adik saya pengen ke Singapura juga, maka kami ketemu di Batam saja. Ia pengen liat Singapura meskipun hanya setengah hari saja sekadar buat foto-foto doang di bola dunia Universal dan di patung singa muntah, Merlion. Foto tersebut sebagai bukti bahwa dia pernah ke Singapura, hahaha. Kan ceritanya no photo is hoax, hehehe. Okelah siipp… 🙂

Tapi, ndilalahnya, sehari sebelum saya berangkat ke Batam, kakak angkat saya menelpon. Ia meminta saya supaya tetap ke Batam keesokan harinya dan menemaninya jalan ke Legoland Malaysia. Anaknya Ridho tetap ingin main di Lagoland. Jadi, paling tidak sekadar main ke Legoland saja cukup, abis itu kami langsung balik ke Batam, tidak perlu ke Malaka dan Kuala Lumpur.

*Gue tepok jidaaat…

IMG_0102

Lhooo??? Gimana ini? Kan katanya semingguan yang lalu ngga jadi pergi. Dan lagian pula saya dan adik juga sudah punya rencana sendiri? Saya ngga langsung bilang ke Uni bahwa saya sudah punya rencana sendiri sama adik saya. Setelah diskusi sama adik saya, intinya kami nyampe dulu dah di Batam. Kalaupun jadi jalan berempat, oke-oke aja mah.

Akhirnya begitu tiba di Batan, saya nelpon kakak angkat saya dan cerita bahwa saya dan adik saya punya rencana ke Singapura dan Malaysia, tidak hanya ke Johor saja tetapi juga ke Malaka, Kuala Lumpur, sampe ke Penang. Kakak saya malah jadi tertarik kalau kalau perginya berempat. Ia minta supaya kami jalan bareng, tidak apa-apa tetap ingin ikut kami jalan sampai ke Kuala Lumpur juga.

Saya dan adik saya ngga langsung ke pelabuhan Batam Centre dulu, tapi mampir ke hotel tempat si Uni nginap. Nginap dulu di sana, baru besokn paginya jalan ke singapura. Tapi yang bikin saya sebel sama kakakku adalah, dia antara mau dan ngga mau jalan ke Malaysia.

DSC07748a

Ia hanya mau ke Johor karena Ridho, anaknya anaknya pengen banget ke Legoland. Tapi ia juga kuatir uangnya ngga cukup untuk jalan sampai ke Malaka, apalagi sampai Kuala lumpur. Sebel kan jadinya. Saya dan adik saya udah nginap di Batam segala, ia masih saja ragu jalan ke Malaysia.

Akibatnya malam itu saya belum bisa reservasi hotel di Johor. Saya belum booking penginapan di Johor karena saya dan adik saya berencana nginap di rumah saudara yang tinggal di Johor. Tapi kalau kakak angkat saya ikut jalan bersama anaknya, maka kami tidak mungkin numpang nginap di rumah saudara saya. Kami terpaksa nginap di penginapan atau hotel.

Keesokkan paginya pun si Uni masiiiih aja ragu. Ia tetap minta anaknya tidak usah ke Legoland tapi pulang saja pagi itu ke Padang. Tapi Ridho langsung kecewa gitu, mukanya langsung memelas gitu. Ridho bukan tipe anak yang bisa bersabar dan menunggu kalau sudah menginginkan sesuatu. Tidak ada keinginannya yang tidak terpenuhi. Maklum anak tunggal.

IMG_0084

Akhirnya kami berempat pergi ke Malaysia. Tapi dengan syarat harus mengunjungi destinasi yang diinginkan masing-masing kami. Adikku ingin ke Singapura dulu. Dari Singapura kami ke Johor, dan menginap di sana. Di Johor kami ke Legoland, tetapi saya dan adik saya tidak masuk ke Legoland, hanya si Uni dan Ridho saja yang masuk.

Dari Johor kami berangkat ke Malaka. Mengunjungi situ warisan Unesco yang terkenal itu. Dan dari Malaka kami mengakhiri perjalanan di Kuala Lumpur selama dua malam. Saya dan adik saya tidak jadi ke Penang karena uang saya dan adik saya (akhirnya) sudah tidak cukup, huhuhuhu *nangiiiis ala nobita : airmata muncrat ke samping, hahaha.

Kami benar-benar kekurangan uang meski pada awalnya saya sudah menyiapkan semua biaya akomodasi saya dan adik saya sampai Penang. Tapi karena uang kakak angkatku hanya, maka mau ngga mau yang dipakai dulu adalah uang yang aku pegang. Bahkan untuk masuk Legoland, berdua 320 an ringgit, atau kira-kira sejuta rupiah.

Dan ditambah lagi, hotel tempat kami menginap di Johor agak mahal karena baru booking siang hari pada malam menginap. Tak ayal lagi, tiba-tiba persediaan pinggitku menjadi ngedrop banget, hahaha.

DSC07748a

Daaaaan,akibatnya adalah, di Malaka, adikku memutuskan menjual cincinya, booooo. Bayangkan, sampai harus menjual cincin di Malaka, hahaha Tapi kemudian kakak angkat bilang dia akan mengganti cincin adikku seberat cincin yang dia jual tersebut sepulang dari Malaysia… 🙂 *Alhamdulillah, bersujud syukuur, hehehe.

Setelah menjual cincin emas adikku di Malaka, kami melanjutkan perjalanan ke Kuala Lumpur. Kami jalan dengan hati riang tapi juga miris, hahaha. Bener-bener jadi turis kere di Kuala Lumpur, hahaha. Dari Kuala Lumpur kami langsung pulang ke Padang dengan pesawat Air Asia.

Perjalanan kami berempat sebenarnya sangat menyenangkan meskipun kami tiba-tiba dihadapkan pada situasi yang tak terduga. Baik di Singapura maupun di Malaysia. Kami menjadikan kejadia-kejadian tersebut sebagai pelajaran dan juga sebagai “bahan ketawaan” kami bertiga, hahahaha. Saya bilang bertiga karena Ridho yang masih anak-anak, meski tau apa yang terjadi kan ngga paham apa yang terjadi, hehehe.

Serius, itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan, harus menjual cincin di negeri orang gara-gara ngga cukup uang, hahaha.

15 comments

  1. Haha, jadi inget perjalanan Singapura-Malaysia bersama keluarga juga tahun lalu. Nemuuu aja hal-hal yang bikin spineng tapi ya seru kalo dikenang (kita sempat kehilangan perbekalan dan beberapa benda penting di Singapura karena semua saling ngandalin buat jagain barang hwhwhwhw)

    • Wakaka… ini nih yang repot saling ngandalin orang buat jagain barang, sementara tiap orang pengen selpi2 ndiri…wkwkw.

      Trus, ketemu lagi ga barang2nya?

  2. JalanSama kelaurga atau teman emmang kudu siap hal hal yang “tak terduga” . but kita harus kompromi dan pengertian. tiulah emgapa aku sering solo travelling atau sama sahahabt yang sudah tahu gaya travelling aku. Tapi dari tulisan kamu ini aku jadi ada ide, Selama ini aku klo travelling semua perhiasan emas nggak aku pakai. setelah baca bisa nyiapin cincin atau anting, jiakalau butuh duit ‘dadakan” karena kita nggak atahu apa yang ada di jalan.

Leave a reply to nyonyasepatu Cancel reply