Salah satu nagari yang terkenal di Sumatera Barat adalah Nagari Sulit Air (Sulik Ayia). Tingkat kepopuleran Nagari Sulit Air memang masih jauh di bawah Nagari Koto Gadang, Bukittinggi, yang memang terkenal di Sumatera Barat. Akan tetapi kebanyakan orang di Sumatera Barat mengenal Nagari Sulit Air ini. Karena mereka dikenal sebagai nagari yang masyarakatnya terkenal sebagai perantau-perantau ulet dan sukses.
Nagari Sulit Air ini berada di Kabupten Solok, tepatnya di Kecamatan X Koto Diatas (Sepuluh Koto Diatas). Nagari Sulit Air ini menjadi ibukota Kecamatan X Koto Diatas. Jaraknya dari Kota Solok mungkin sekitar antara 20-25 km lebih kurang. Dan dari tapian Danau Singkarak, sekitar 10 km mungkin ya, saya ngga tau persis. Kalau ditarik garis lurus sih ngga jauh-jauh amat, tapi jalannya berkelok-kelok.
Kalau saya perhatikan sekilas, nagari Sulit Air ini cukup besar. Rumah-rumahnya terlihat padat dan rapat dan padat penduduk. Rumah-rumah banyak berada di tebing-tebing atau lereng perbukitan yang di tengah-tengahnya terdapat sungai yang membelah nagari tersebut. Jadi kalau kita melihat dari suatu ketinggian, terlihat atap-atap rumah yang rapat dan berundak-undak dari atas perbukitan sampai ke batang aiyia atau sungai.
Di sini juga banyak rumah gadang dengan ukuran besar-besar, yang ukuranya jauh lebih besar daripada kebanyakan rumah gadang yang ada di Sumatera Barat. Jika kebanyakan rumah gadang di Sumatera Barat jumlah kamarnya paling banyak 8 buah, di Nagari Sulit Air banyak rumah gadang jumlah kamarnya lebih dari 8. Bahkan ada rumah gadang yang jumlah kamarnya 20 buah dengan 5 buah tangga yang terdapat di depan rumah gadang tersebut.
Meskipun Nagari Sulit Air ini cukup besar dan padat penduduk, jumlah suku yang ada di sini hanya 4 buah. Suku-suku yang terdapat di Nagari Sulit Air adalah : Suku Piliang, Limau Panjang, Limau Singkek, Suku Simabua dan Simabua. Dengan jumlah suku yang 4 buah ini, warga Sulit Air yang menikah dengan sesama warga Sulit Air yang hanya punya pilihan pada 3 suku saja yang berbeda. Karena sistem adat minang melarang pernikahan satu suku dalam satu nagari.
Di Nagari Sulik Aiyia ini ada konon kabarnya mempunyai berberapa objek wisata. Tatapi saya juga tidak tau persis ya. Mungkin lebih tepatnya objek wisata buat warga di sana dan sekitaran saja. Karena bagi saya yang menarik ‘cuma’ wisata budaya saja, wisata rumah gadang hehehe. Karena rumah gadang di sini besar-besar aliaspanjang-panjang. Saking besarnya satu rumah mempunyai beberapa tempat tangga di depan rumah.
Hanya saja sayangnya, rumah gadang dengan ukuran besar yang pernah saya kunjungi tersebut banyak yang sudah kosong melompong. Tidak saja kosong tapi juga sudah banyak juga yang rusak parah. Tentang rumah gadang di Sulit Air ini nanti akan saya buatkan postingan tersendiri ya supaya ngga terlalu panjang banget postingan ini, hehehe.
Transportasi ke Sulit Air adalah angkot dari terminal lama di pasaraya Solok. Ongkosnya saya ngga tau pasti, mungkin 10 ribu ya. Karena saya ke Sulit Air menggunakan motor. Kalau yang datang dari Bukittinggi Padang Panjang atau Batusangka dengan kendaraan umum, turun di simpang Sulit Air, sekitar 100 m sebelum polsek Singkarak. Di sana bisa tunggu angkot atau naik ojek sekitar 10 km lagi ke arah Sulit Air.