Bravo MetroTV

Saya adalah pencinta acara televisi berita pertama di Indonesia, Metro TV. Setiap kali saya menyalakan TV di kamar kos saya, maka yang langsung muncul adalah chanel Metro TV. Karena pada saat saya mematikan TV selalu berada di chanel Metro TV 

Hampir dipastikan saya tidak pernah nonton acara TV lain, kecuali  mungkin, acara musik. Makanya kalo pas lagi ngumpul ama teman-teman yang lagi membivarakan gosip terbaru artis-artis Indonesia, biasanya saya loadingnya lama banget! Katro banget euy!!!

Saya menikmati beragam acara yang disajikan Metro TV. TV yang saat ini banyak menampilkan acara yang bertema pemilu, memang menjadi salah satu pilihan tempat utama partai-partai politik untuk berkampanye.

Bagi partai politik, televisi adalah sarana yang ampuh untuk menampilkan pencitraan yang bagus kepada publik. Televisi memiliki jangkauan yang luas yang bisa diakses langsung oleh sebagian besar publik bila dibandingkan dengan media cetak ataupun radio.

Acara-acara politik yang ditampilkan Metro beragam. Tapi inti dan tujuannnya sama, yaitu berkampanye secara dialog antara kandidat atau wakil dari partai yang akan ‘bertarung’ dalam laga pemilu nantinya. Dialog yang membuat terjadinya interaksi antara kandidat dengan panelis dan audience.

Panelis-panelis ini biasanya terdiri dari pengamat politik yang kebanyakan dari UI seperti Imam Prasojo, Eep Syaifullah Fattah, Valina Singka, dan juga pengamat ekonomi (halah…saya lupa…siapa saja) dan praktisi hukum seperti Todung Mulya Lubis.

Ujung-ujung dari semua itu adalah, dengan adanya dialog ini membuat penonton bisa melihat dan menilai seberapa kualitas kandidat, wakil partai dan atau partai yang sedang tampil tersebut.

Seringkali terlihat sekali bahwa, kandidat yang ditampilkan atau orang-orang yang diutus partai ini mati kutu berhadapan dengan panelis dan juga audience yang sangat kritis. Mereka yang selama ini terkesan hebat, pintar dan berapi-api dalam kampanye monolog atau diiklan-ikalan yang bertebaran di TV, dalam acara yang bersifat dialog ini mereka ini terlihat OMDO (Omong Doang), keok, tidak ada apa-apanya.

Parahnya lagi, ketika mereka bersuara makin lantang dan berapi-api dalam menjawab dan mengkritisi balik panelis atau audience yang bertanya, semakin terlihat kwalitas mereka yang sesungguhnya. Selain itu tentu saja sikap yang berapi-api dan bersuara yang makin lantang ini  untuk menutupi ketegangan yang ada di dalam diri mereka.

Ibarat kata pepatah, Tong Kosong Nyaring Bunyinya, atau Air Beriak Tanda Tak Dalam.

Kita sangat berharap, acara-acara yang seperti ini yang banyak ditonton masyarakat, selain acara-acara hiburan yang memang membuat mata tidak mau berpindah ke saluran informasi. Minimal pada masa kampanye seperti ini, supaya publik bisa melihat dan memutuskan siapa orang-orang atau partai yang layak kita pilih.

Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan banyak masyarakat yang sudah bosan dengan panggung politik yang sakit ini, dan masyarakat lebih memilih menonton acara yang bisa menghibur walaupun acara-acara itu hanyalah fatamorgana dan sangat tidak mendidik sama sekali dalam banyak hal……

Bagi sebagian masyarakat, melihat mimpi-mimpi yang ditawarkan oleh sinetron-sinetron yang tidak membumi lebih realistis daripada mendengar mimpi-mimpi indah yang ditawarkan para politikus.




2 comments

Leave a reply to firsty chrysant Cancel reply