Okey gaes, saya kembali melanjutkan catatan perjalanan saya dari Padang ke Jakarta ya. Pada catatan sebelumnya kami baru saja melaksanakan shalat subuh di mushala atau mesjid di daerah Bayung Lencir atau mungkin sudah asuk Sungai Lilin, saya ngga tau. Tapi yang pasti jaraknya kira-kira 45 menit setelah Rumah Makan Simpang Raya di bayung Lencir.
Setelah selesai melaksanakan shalat subuh kami lanjut lagi ke arah Palembang trus Jakarta. Perjalanan ini terasa lamaaa banget karena daerah yang dilewatinya bernama Sungai Lilin. Sungai Lilin ini panjaaang banget. Kok kayanya sepanjang perjalanan masih di daerah Sungai Lilin terus, ngga ada nama daerah yang beda. Lelah saya berasa ngga berpindah dari Sungai Lilin, hahaha.
Kemaren itu jalanan yang dilewati di sepanjang Sungai Lilin udah lumayan bagus dibanding 3 tahun lalu. Tiga tahun yang lalu, jalanannya sangat rusak. Tahun 2019 saya tiba di perbatasan Musi Banyuasin dan Palembang kalau ngga salah jam 11, telat berjam-jam dari yang sebelum-sebelumnya sekitar jam 6 jam 7 pagi. Padahal keberangkatan dari Solok sekitar jam 12 siang.
Tahun ini alhamdulillah tiba lebih cepat, jam 10 tiba di Palembang dengan keberangkatan jam 2, plus ditahan polisi hampir satu jam. Bisa tiba lebih cepat tentunya karena kondisi jalannya agak lebih bagus. Itulah seninya melakukan perjalanan denga bus. Kadang bisa berjalan sesuai standar waktu, tapi bisa juga terlambat berjam-jam..
Di Palembang, rupanya sekarang ada perubahan rute. Biasanya, setibanya di kota Palembang yang berbatasan dengan Musi Banyuasin, bus langsung belok kanan. Tapi kali ini ngga, bus tetap ambil jalan lurus aja, cukup jauh. Nah belok kanannya ntar di sananya lagi, di pinggir kota yang berawa, belok kanan menuju ke arah jalan tol.
Di sana banyak penjual kerupuk pempek dan kerupuk palembang yang minta naik bus buat jualan. Dan ketika memasuki jalan tol, duh berasa banget leganya perasaan saya karena jalanannya ngga lagi tersendat, hehehe. ‘Luruuuus’ aja dari Palembang menuju arah Lampung.
Perjalanan dari Lampung menuju Bandar Jaya jadi cepat banget. Saya ingat dulu ya dari Palembang ke Kayu Agung 3 jam lebih, karena jalanan yang macet dan jelek dari Palembang ke rumah makan yang ada di Kayu Agung. Dari rumah makan di Kayu Agung ke rumah makan di Bandar Jaya juga terasa lama buangeeet, berangkat jam 3 lewat hampir jam setengah empat tiba di Bandar Jaya jam 9 an.
Jalan raya dari Kayu Agung sampai Mesuji Lampung luar biasa jelek jalan dari Mesuji Sumatera Selatan menuju Mesuji Lampung macet karena jalannya jeleeknya dahsyat juga. Akibatnya saya sampai merasa trauma naik bus lagi antara Padang Jakarta, hehehe.
Tapi dalam perjalanan kali ini dari Palembang ke Bandar Jaya waktu tempuhnya kurang dari 3 jam, waduuh, cepat banget kan. Bus keluar tol di Bandar Jaya menuju ke Rumah Makan. Saya lupa namanya, tapi kayanya juga rumah makan Batusangka juga deh namanya. Bus berhenti makan siang di rumah makan yang aku lupa namanya.
Rumah makannya sih ngga terlalu besar dengan tempat shalat yang kecil, hanya dua shaf saja. Dan untuk sederet menurut saya tidak sampai untuk sepuluh orang. Bayangkan kecilnya. Tapi untungnya tersedia colokan untuk ngecas hape di sana, alhamdulillah, jadi saya bisa duduk santai dulu buat ngecas, hehehe.
Tapi karena saya sedang puasa makan saya ngga bisa mencoba gimana rasa makanannya. Tapi melihat penampakannya sih, makanannya enak-enak karena sepertinya rumah makan padang asli. Pengen beli nasi bungkus aja tapi males juga, takut ntar rasanya udah ngga enak, hehehe, galau kan gua, hahaha.
Kami melanjutkan perjalanan ke arah pelabuhan penyeberangan Bakauheuni di Kalianda, Lampung Selatan. Lama perjalanan sekitar 2,5 jam, eh hampir 3 jam kalau ngga salah. Dan alhamdulillahnya, bis langsung masuk ke dermaga pelabuhan penyeberangan eksekutif, jadi lebih cepat lebih lancar juga. Proses bongkar muat mobil dan bus pun terasa lebih cepat dibandingkan dengan dermaga biasa yang bukan eksekutif.
Waktu tempuh penyeberangan 2 jam. Oiya, ketika hendak tiba di pelabuhan Merak, sunsetnya malu-malu. Sunsetnya tertutup awan, ngga mau keluar sama sekali. Tapiiii begitu sudah bus yang saya tumpangi keluar dari kapal, terlihatlah sunset yang terang benderang dengan warna orange emas yang bercahaya.
Waaaaw muantaaap luar biasa. Tapi saya berasa kesal karena tidak dapat mengabadikan keindahan sunset yang luar biasa keren tersebut. Saya jadi pengen nangis ala doraemon, Hwaaa….hwaaaa… doraemooooon, tolong akuuuu (nangis kejer, air mata muncrat ke samping ala nobita doraemon….
Sayang sungguh sayang saya ngga mendapatkan sunset yang indah di atas kapal.