Assalamu alaikum, teman-teman yang semoga selalu diberkahi allah (insya allah saya juga) gimana puasanya? Semoga selalu lancar ya. Maksudnya buat semoga kita selalu sehat aja jadi puasa kita selalu lancar. Atau semoga bagi yang perempuan belum dicolekin bulanan sehingga tetap bisa puasa, ngga usah ambil ‘jatah’ libur. Kalau perlu puasa kita bisa full sebulan, hehehe.
Oiya, yang sebenarnya yang ingin saya ceritakan adalah saya sedang mengikuti Ramadhan Challenge Writing yang diadakan oleh komunitas Books for Care dan Kinaraya.com. Challenge ini dilakukan sebanyak 6 tahapan dengan 6 tema. Satu tahapan satu tema, jadi satu tema terdiri dari 6 hari. Jadi, setiap peserta mengirimkan satu naskah dalam enam hari tersebut sebelum tema berikutnya.
Nah, semalam merupakan hari terakhir tema pertama, puasa masa kecil. Maka saya pun tentang cerita bulan puasa masa kecil. Yaitu, kisah kocak tentang teman saya yang membatalkan puasanya 5 menit atau 10 menit sebelum waktu berbuka masuk, Bayangkan, 5 menitan sebelum waktu berbuka puasa, hahaha. Kocaaaak banget … ^_^
******
Menurut saya, masa-masa bulan ramadhan sewaktu kecil merupakan salah satu masa hadirnya kenangan indah bagi semua umat islam. Karena banyak cerita indah di sana, banyak kejadian-kejadian lucu juga di sana. Da banyak kenangan-kenangan yang tak akan bisa dilupakan begitu saja, yang nantinya menjadi cerita menarik dan bikin ketawa ketika diceritakan ketika sudah besar.
Itu pendapat saya ya, karena sewaktu saya kecil sangat banyak kenangan indah masa kecil saya bersama teman-teman. Salah satunya adalah yang mau saya ceritakan ini, tentang teman saya yang membatalkan puasanya sepuluh menjelang masuknya waktu berbuka puasa. Itu merupakan pengalaman kocak buat saya.
Jadi, di seputaran rumah saya di kampung, pada Bulan Ramadhan banyak muncul pedagang makanan dadakan. Ini bukan pedang dadakan untuk menu berbuka puasa ya. Karena kampung saya bisa dibilang ngga ada penjual makanan berbuka dadakan di bulan ramadhan. Ya, namanya juga di kampung orang-orang pada masak menu berbuka sendiri. Jadi ngga ada pedangang yang jual menu berbuka dadakan, dulu yaaa.
Nah, yang pedagang dadakan yang saya maksud ini adalah pedagang sore dadakan untuk jajajn tradisional yang bisa dimakan anak-anak. Seperti karupuak leak, timun balado, anyang, angar-agar, bakwan, pastel, tahu balado dan lain sebagainya. Yang menjualnya pun biasanya anak-anak atau remaja. Yang buat makanan orang tuanya, yang jualan anaknya. ‘Pasar dadakan ini dijual di persimpang jalan sekitar 50 meter di dekat rumah saya.
Biasanya jam lima sore para pedagang ini sudah mulai menggelar lapakya. Yang beli adalah anak-anak yang belum puasa atau anak-anak yang puasa setengah hari. Kami pun anak-anak yang sudah puasa pun biasanya sudah hadir juga di sana sekadar pengen liat makanannya apa aja, meski belum bisa jajan juga.
Dan biasanya, bagi saya dan anak-anak lainnya yang berpuasa, pemandangan ini menguji iman kami. Bagaimana tidak, sebagai anak-anak yang lagi belajar puasa, deretan makanan itu benar-benar menggugah selera. Bikin ngiler. Rasanya semua makanan itu mau dimakan semua saking terlihat enaknya, hahaha
Nah, rupanya salah seorang teman kami ada yang benar-benar tidak bisa menahan rasa ‘ilerannya’ melihat banyaknya makanan yang enak-enak terpampang nyata di depan mata. Berkali-kali dia berniat membatalkan puasanya dan mau membeli makanan yang diinginkannya. Berkali-kali pula teman-teman lain menyuruhnya bersabar. Karena waktu berbuka tidak sampai setengah jam lagi.
Di kampung saya tersebut, bapak marbot mushala sangat rajin mengingatkan orang-orang bahwa waktu berbuka akan segera masuk. Biasanya sejak setengah jam sebelum masuk waktu berbuka ia sudah woro-woro-in kalau sebentar lagi waktu berbuka sudah masuk. Karena dulu sewaktu saya kecil memang hanya mengandalkan marbot mushala untuk pengumuman waktu imsak dan juga waktu berbuka.
Ketika pak marbot sudah menyatakan waktu berbuka tinggal lima belas menit atau sepuluh menit lagi, saya segera pulang ke rumah. Kaya gitu terus biasanya. Nah sore itu, beberapa saat setelah tiba di rumah saya mendengar orang-orang heboh dari arah perapatan kecil. Saya mau ke sana, mau lihat ada apa, tidak diijinkan lagi sama orangtua saya. Saya penasaran banget padahal dengan apa yang terjadi dong.
Setelah selesai berbuka puasa saya kabur ke luar rumah ke arah pasar dadakan. Saya tanya sama teman saya ada kejadian apa sebelum berbuka tadi yang membuat orang pada heboh. Teman saya menjawab kalau si Edi (bukan nama sebenarnya) membatalkan puasanya lima menit sebelum masuk waktu berbuka, hahaha. Teman-teman saya cerita dengan semangat sambil ketawa-tawa ngatai-ngatai-in si Edi tolol, bego, andia, pana, ongok dan sebagainya, hahaha.
Sepanjang bulan ramadhan si Edi kenyang dibully teman-teman atas kelakuannya tersebut. Ia, tentu saja tidak bisa membela diri karena semua anak mengolok-oloknya. Mungkin dia juga sudah malu juga diolok-olok semua orang. Kalau orang dewasa sih paling awalnya saja yang mengolok-olok dia, setelahnya menasehati si Edi. Beda dengan anak-anak, teman-teman main, setiap saat membully-nya dengan tertawa puas, hahaha.