Kaki Dijahit Tiga Minggu Karena Jatuh dari Motor

Saya masih mau melanjutkan lagi cerita saya tentang kaki saya yang dijahit karena jatuh dari motor. Masih panjang ceritanya, hahaha. Serius ya, saya baru kali ini yang namanya kaki luka dan dijahit. Dan sebelumnya tidak pernah saya membayangkan akan ada kulit atau daging saya bakal dijahit oleh medis. Naudzubillahi mimdzalik.

Setibanya di rumah, kaki saya udah cenat cenut, kaya jempul yang abis ketiban batu. Mungkin pengaruh bius lokalnya pelan-pelan mulai hilang. Akhirnya sejak saat itu saya ngga bisa shalat dengan cara yang normal. Saya musti shalat duduk di kursi atau di pinggir ranjang tidur saya. Atau shalat berdiri kaya biasa, tapi giliran sujud, i’tidal dan duduk tasyahut musti duduk di atas kursi. Duuuh, istighfar gue, udah kaya nenek-nenek aja dah.

Mungkin karena ngga ada pengalaman di keluarga saya bagaimana cara menghadapi bagian tubuh yang dijahit karena luka, saya benar-benar melindungi kaki saya yang luka tersebut. Kata perawatnya yang jahit, bagian yang kena jahit dilarang kena air selama 2 minggu. Oke, saya patuh. Tiapkali ke kamar mandi kaki saya yang dijahit saya bungkus dengan kantong. Tiap mandi ngga cuma dibungkus dengan kantong, tapi saya bungkus dulu dengan baju yang tadi saya pakai. Supaya ngga kena air sama sekali, wkwkwk.

Bukan itu saja, saya juga ‘menjaga’ kaki saya. Saya ambil kursi petak yang kaya di warteg, trus saya jalan pegang kursi tersebut. Pegang kursinya, pindahin, kaki kanan saya loncat dengan tangan menopang ke kursi. Saya mah, benar-benar ‘menjaga’ kaki yang luka tersebut. Resik amat saya menjga kaki saya yang dijahit.

Lantas kaki saya bengkak, bengkak banget. Adik saya berinisiatif pinjamin tongkat ke kakak sepupu saya yang pernah jatuh dan pakai tongkat. Saya pakai tongkat, supaya kaki saya ‘aman’ biar ngga kena air dan biar ngga sakit hahaha.

Pas saya ganti perban di puskesmas pembantu di dekat rumah. Mereka bilang, lukanya bersih, tidak menunjukkan adanya infeksi. Tapi ia ngga tau juga kenapa bisa bengkak seperti itu. Akhirannya saya ke IGD RS lagi, untuk nanya-nanya ada apa dan kenapa dengan kakiku.

Kenapa saya pilih IGD? karena saya ngga mau berurusan dengan kerepotan BPJS. Petugas rumah sakit mengharuskan saya lapor polisi dulu kalau saya terjatuh dari motor, trus pergi jasa raharja, waduuuh, repoooot amaaat. Mending bayar aja langsung, wkwkwkw *hidup kalau ga songong kayanya ngga seru yaaa… wkwkwk.

Di rumah sakit saya dimarahin sama dokter karena memanjakan kaki saya. Waktu itu saya bawa kruk sehingga kaki kiri saya biasa terangkat. Kata dokternya kaki saya harus dibiasakan jalan kaya biasa, jangan pakai kruk. Akibat ngga ‘digunakan’ kay biasa makanya kaki saya bengkak, gitu kata dokternya. Waduh, saya mana paham, Dok.

Trus dokter IGD nya juga menyarankan ke saya supaya berobat ke poliklinik. Harus berobat ke puskesmas dulu baru minta surat rujukan untuk dokter RS. Saya lakuin dong apa yang ‘diperintahkan’ dokter. Akhirnya saya berobat melewati proses puskesmas dulu, abru ke rumah sakit. Jadwal dokternya hari rabu.

Jadi saya ke dokternya 2 minggu full, tepatnya tiga kali hari rabu. Jadi setelah dua minggu baru dilepas jahitan kaki saya. Tapi ya, saya ngga tau kenapa, sejak kaki kiri saya dijahit, kaki kiri saya gampang ngilu gampang senat senut. Mungkin karena daging kaki saya robek, urat-urat kaki saya ada yabg putus dan ngga tersambung lagi kali yaa, hehehe.

Jadi untuk mengurai ngilu-ngilu di kaki kiri saya, setiap saya bekam, saya selalu minta bekam kaki juga, terutama kaki kiri. Dan alhamdulillah terasa sekali manfaatnya bekam di kaki kiri saya.

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s