Survey Lokasi Tim SUJ Sehari Bersama Yatim di Taratak Teleang

Bukan saya ^_^

Jadi Gaes, setelah kami alhamdulillah sukses dengan program “Sehari Bersama Anak Yatim/Piatu dan Dhuafa” yang pertama di Jorong Kapujan, salah satu daerah terisolir di Kabupaten Solok, kami melanjutkan program tersebut untuk bulan berikutnya. Rencanya kami akan melaksanakan program tersebut di Sungai Pangalek, Nagari Sarik Alahan Tigo, Hiliran Gumanti. Di sana, listrik konon kabarnya belum masuk. Atau juga mungkin listrik sudah masuk tapi terbatas waktu menyala-nya. Tempat yang sangat cocok dan diinginkan oleh tim Squad Until Jannah.

Kami memutuskan melakukan survey tempat di Sarik Alahan Tigo. Awal rencana survey akan dilakukan tanggal 16 Agustus. Tapi karena hanya berdua orang yang bisa pada tanggal tersebut, akhirnya survey kami undur sehari, jadi tanggal 17 Agustus, pas bertepatan dengan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia.

Perjalanan ke rumah wali nagari Sarik Alahan Tigo yang berada di Taratak Teleang (biasa disebut Tak Teleang) benar-benar ibarat lagu Ninja Hatori, “Mendaki gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera. Bersama teman berpetualang,” hahaha. Benar-benar perjalanan yang melintasi hutan, perbukitan, sungai yang mengalir jauh di bawah sana serta jembatan gantung yang hanya bisa memuat satu motor saja.

Perjalanan dengan motor membutuhkan waktu total sekitar 3,5 jam. Jarak tempuh Solok – Alahan Panjang sekitar 45 – 50 km via Kubang Nan Duo – Sungai Nanam, membutuhkan waktu 2 jam. Jalannya bagus dan cukup lebar. Tapi di sepanjang jalan dari Sirukam hingga Sungai Nanam ‘dihajar’ tikungan S semua. Jadi, kecepatan motor tidak bisa bisa tinggi. Tapi pemandangan ladang bawang di sini keren banget.

Sedangkan dari Alahan Panjang ke arah Talang Babungo, jaraknya sekitar 17 km, dengan jarak tempuh 1 jam perjalanan (((((17 km 1 jam perjalanan))))). Lebar jalannya sedang saja, tidak terlalu lebar dan dengan kondisi sebagian besar jelek. Kalau ketemu truk musti pelan-pelan banget. Bikin napas ‘ngap’ mengendarai kendaraan di sana. Sungguh tabah orang yang tinggal di sana dengan kondisi jalan yang seperti itu, hahaha. Orang-orang di sana dikenal orang-orang yang kaya raya sebagai petani cabe dan bawang yang sukses.

Dari Talang Babungo sampai ke jembatan gantung Pinti Kayu, jalannya jelek. Jaraknya sekitar 5 – 6 km dari Talang Babungo. Jalannya ngga hanya kecil, sebagian besar hancur pula. Jadi kami jalan makin kaya keong, hahaha. Waktu sekitar setengah jam lebih. Bayangkan dengan jarak sekitar 6 km tapi waktu tempuhnya setengah jam. Tapi perjalan kami sungguh seru, karena membuat kami benar-benar merasakan berpetualang yang seru.

Dari jembatan gantung Pinti Kayu, jalannya bukan jalan aspal, tapi jalan tembok yang sebagian besar lumayan bagus walaupun banyak juga yang pecah-pecah dan retak. Jalannya kecil yang lebarnya mungkin hanya 1,5 m saja. Daaan, jalannya nggak cuma kecil tapi juga  menanjak tajam. Harus gas pool motornya supaya motor bisa mendaki. Sekitar 300 m harus “jangan kasih kendor”, musti gaas terus. Huuuffff, luar biasa bikin napas jadi ngap, hahaha..

Kami istirahat sebentar di Pinti Kayu, di rumah HS, salah seorang peserta survey. Sekitar 15 menit setelah istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan ke rumah wali Nagari Sarik di Tak Teleang. Dari Pinti Kayu sekitar 4 km lagi atau lebih, kata HS. Wooow… masih jauh. Sebenarnya ngga jauh sih, tapi kondisi jalannya sudah terbayang di pelupuk mata, jadi berasa jauuuh banget, dan musti sisp-siap napas ngap lagi, hahaha.

Dari pusat jorong Pinti Kayu, sekitar 30 m dari rumah HS, kami langsung ‘hajar’ gas. Jalannya menanjak tajam sejauh kira-kira 500 lebih. Nanti, setelah tiba di ‘puncak’ jalan, jalanan menurun. Tidak terlalu tajam tapi banyak yang pecah dan retak. Bahkan ada yang terbal juga. Rem motor musti kuat dan juga ban musti harus banyak ulirnya supaya tidak mudah kepleset. Kondisi jalan tembok yang kami lewati sudah banyak yang rusak parah bisa membahayakan pengendara motor jika tidak hati-hati.

Saya bisa merasakan tubuh HS yang kaku di belakang saya melihat kondisi jalan yang rusak dan menurun kaya gitu. Berkali-kali saya ingatkan dia untuk tenang. Alhamdulillah dia tenang meski dia mungkin tegang berboncengan dengan saya, hahaha. Jalanan tembok yang pecah-pecah dan berlubang membuat saya benar-benar merasa seperti ikut uji nyali balap motor, hahaha. Tapi pemandangan di jalan ini juga lumayan tjakep. Ada sawah-sawah yang berundak-undak dan juga hamparan perbukitan di seberang sana.

Kami akhirnya tiba di rumah Pak Wali Nagari Sarik Alahan Tigo di Taratak Teleng. Alhamdulillah beliau beserta istrinya menerima kami dengan ramah. Bahkan mereka berpikir sebaiknya program kami diadakan di Tak Teleng saja, tidak di Sungai Pangalek. Karena akan lebih mudah koordinasinya kalau pelaksanaannya diadakan di Tak Teleang dibandingan jika diadakan di Sungai Pangelek. Kami pun oke tidak masalah.

Setelah semua pembicaraan selesai, maka kami pun pamit, balik ke Solok. Kami pulang dengan laju motor yang agak santai. Kalau tadi pas pergi ke Tak Teleang kami agak-agak ngebut sedikit karena Pak Wali Nagarinya menunggu kedatangan kami. Makanya pas pulang agak santai aja. Ngga buru-buru. Dan hari Sabtunya kami pun cuuuuus untuk program “Sehari Bersama Anak Yatim/Piatu dan Dhuafa. Bismillah.

Jalan tembok menuju Pinti Kayu dari jembatan gantung.

Advertisement

One comment

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s