Saya jalan ke Mesjid Raya Taluak ini sebenarnya tidak direncanakan. Hanya saja sewaktu saya dan sahabat saya merencanakan ke Pasar Milenial Kubu Gadang, tapi karena kami tidak tau persis lokasi, kami kelewatan sampai ke pasaraya padang panjang. Karena ngga mau balik, kami jalan saja ke Bukittinggi, ke Objek Wisata Banto Royo, hahaha. Objek wisata ini kebetulan baru dibuka sebulan sebelumnya.
Kami jalan ke Bukittinggi tidak melewati Jambu Air, tapi melewati Sungai Pua. Di Koto Baru kami belok kanan ke arah Batu Palano, terus ke Sungai Pua dan Nagari Taluak. Kali melewati jalan alternatif tujuan Bukittinggi. Pemandangan di sepanjang jalan dari di sana tjakep-tjakep deh. Baik pemandangan alamnya maupun suasana perkampungan di sana.
Sepulang dari Banto Royo kami mampir dulu ke Nagari Taluak, sekitar 1,5 – 2 km dari terminal Aua Kuning, Bukittinggi. Memasuki Nagari Taluak, suasana desa atau perkampungan khas Agam sungguh terasa. Banyak rumah yang punya tabek atau parigi alias empang di depan rumah atau di samping rumah. Asyik dan menyenangkan saya banget liatnya.
Begitu juga di depan Mesjid Tuo Nagari Taluak, terdapat tabek atau parigi yang cukup besar. Saat saya ke sana banyak anak-anak sedang mandi loncat-loncatan dan berenang di sana. Dan sepertinya, melihat anak-anak yang nyemplung ke dalam tabek, saya pikir tabeknya cukup dalam. Saya tanya anak-anaknya, katanya memang dalam. Pastinya dalam kalau menurut mereka, karena tubuh mereka yang lebih kecil dari kita yang orang dewasa.
Saya berwudhuk dan sempatin shalat tahyatul mesjid 2 rakaat. Masa iya mau ke mesjid tuo tujuannya cuma buat ‘wisata’ dan foto-foto aja, hahaha. Ngga sopan banget sama pemilik mesjid. Selesai shalat baru deh saya moto-motoin bagian dalam mesjid.
Menurut pendapat saya sih ya, mesjid ini ‘casing’nya saja yang terlihat sebagai mesjid tuo. Bentuk atau model mesjid masih model awal, begitu relif-relif dinding bagian luar mesjidnya. Tapi bagian di dalam mesjidnya tidak lagi terlihat ornamen-ornamen mesjid tuo. Mungkin ini disebabkan oleh perkembangan kebutuhan modern, sehingga interior mesjidnya tidak lagi mengikuti bentuk aslinya.
Sementara sahabat saya Linda, apa yang ia lakukan? Berhubung dia lagi ngga shalat dia ngga ikut masuk ke dalam mesjid. Ia beli pelet ikan dan ngasih makan ikan-ikan yang ‘tampak’ sangat kelaparan, hahaha. Dia mengenang masa kecilnya kali ya, berenang-renang sama ikan di kali di kampungnya, hahaha. *piiissss, becandaaa.
Kami tidak lama berada di Mesjid Taluak. Paling lama setengah jam lebih dikit. Kami pun melanjutkan perjalanan pulang melewati jalan perkampungan di Nagari Taluak dan kemudian ke Nagari Kubang Putih. Di Kubang Putih, ada lagi satu mesjid tuo yang mau saya kunjungi, namanya Mesjid Tuo Kubang Putih. Insya Alla nanti saya lanjutin ya 🙂
Interiornya lumayan klasik juga meskipun sudah keliatan agak modern karena dinding dekat mimbar sudah berlapis keramik. 😀
Rata2 mimbar mesjid tua di sumbar kaya gitu kalau yg sudah pakai marmer… Apalagi mesjid2 di sepanjang jalan di pinggir danau Maninjau…
[…] Mesjid Raya Taluak Bukittinggi […]