Hari pertama di Penang, saya, Dedew sahabat saya dan adik saya mutar-mutar jalan kaki di kota tua George Town. Kami berangkat dari penginapan yang berada di Lebuh Chulia, trus jalan ke Mesjid Kapitan Keling, lanjut jalan lagi ke Jalan (lebuh) Armenia. Di ujung jalan Armenia ketemu prapatan Lebuh Pantai, kami belok kanan menyusuri Lebuh Pantai kira-kira 150 m sampai kami tiba di prapatan (kalau ngga salah) Lebuh Aceh, lalu belok lagi ke kanan, menyusuri Lebuh Aceh.
Kami hanya jalan sekitar 100 m saja di Lebuh Aceh ini, saya numpang ‘bengong’ di cafe hehehe. Abis itu balik lagi ke perapatan Lebuh Pantai lalu belok kiri menyusuri Lebuh Pantai sampai ketemu badan pemadam kebakaran di prapatan Lebuh Chulia. Dari prapatan pemadam kebakaran kami masih jalan terus kira-kira 300 m sampai ketemu perapatan Lebuh Gereja. Dari sana saya melihat bangunan-bangunan bergaya peninggalan kolonial yang berada di Lebuh Gereja.
Sebagai penyuka wisata budaya dan peninggalan bersejarah, tentu saja saya tidak akan melewatkan momen ini. Saya tanya Dedew dan adik saya, mau ngga mereka jalan menyusuri jalan Gereja untuk melihat-lihat gedung tua di sana. Eh mereka jawab ngga mau, tapi saya kan mau, tapi saya kan sangat mau, hahaha. Akhirannya kami ambil jalan tengah, saya jalan sendirian dan mereka menunggu saya di pojokan jalan. Mereka bersedia. Maka saya pun bersorak-sorak bergembira, hahaha.
Saya jalan menyusuri jalan Gereja. Di sepanjang jalan memang gedung-gedung yang terlihat adalah gedung peninggalan kolonial yang masih berdiri tegak dan terawat. Gedung-gedung tersebut kebanyakan dinding luarnya berwarna putih. Dan beberapa diantara gedung-gedung tersebut sedang direnovasi. Jadi ngga bisa ambil foto-foto cantik, sebel kan jadinya gue, hehehe.
Ujung jalan Gereja tesebut adalah pertigaan jalan Pangkalan Weld. Di seberang jalan ada gereja yang berdiri di pinggir pantai. Ini mungkin saja ibaratnya gereja apung kali ya. Di jalan Pangkalan Weld ini ini banyak berdiri gedung-gedung tua yang tjakep-tjakep banget, tapi saya ngga bisa menyusuri jalan yang ke arah Jetty karena sahabat dan adik saya lagi nunggu saya. Saya ngga menyesal jalan sendirian meski kaki saya pegel dan capek banget karena sudah jalan berkilo-kilo sedari tadi, hehehe.
Saya meneruskan jalan menyusuri jalan Pangkalan Weld yang ke arah pelabuhan. Di perapatan pelabuhan saya belok kiri yang ternyata ujungnya adalah Menara Jam Ratu Victoria. Menara Jam ini merupakan salah satu benda bersejarah di Penang. Saya sih awalnya ngga tau ujung jalan Pangkalan Weld ini adalah Jam Menara karena belum liat peta sama sekali. Saya baru taunya pas saya sudah tiba di sana, hehehe.
Di perempatan jalan jam menara saya belok kiri lagi, ketemu lagi jalan Lebuh Pantai. Dari sana saya jalan pelan-pelan karena harus mencari Dedew dan adik saya. Rupanya mereka sudah menunggu saya dengan duduk-duduk santai di pinggir jalan. Mereka hampir ngga jalan sama sekali, hahaha. Paling mereka jalan sejauh 100 meter saja dari tempat kami tadi berpisah. Kasihan banget mereka, dan saya akhirnya dirundung (sedikit) rasabersalah, hehehe.
Di seberang jalan tempat kami berdiri ada kantor Pusat Informasi Wisata Penang. Kami pun bertanya beberapa tempat yang mau kami datangi : Penang Peranakan Mansion, Museum Negeri Penang atau Penang State Museum, dan juga Chong Fat Tse Mansion atau yang dikenal juga dengan sebutan Rumah Biru, rumah peninggalan orang terkaya di Penang pada abad ke-19. Dan kami pun melanjutkan lagi muter-muter ngga jelas kami, hahaha.
Oya, meskipun kami muter-muternya ngga jelas, jalan-jalan kami seru banget. Dan jalan-jalan ke Penang benar-benar harus kuat jaan kaki. Karena jarak objek wisata yang dekat-dekat dan tanggung juga naik bus. Karena lokasi objek wisata kadang-kadang berada diantara dua buah halte bus. Belum lagi banyak objek wisata tidak dilewati jalur bus. Jadi enaknya emang jalan meski kaki gempooor, hehehe.
Hayooo, siapa yang suka wisata sejarah kaya saya?