Bagi penyuka wisata budaya seperti saya, kota Batusangkar atau Batusangka adalah salah satu daerah yang musti dikunjungi. Karena, di kota ini sangat banyak sekali situs budaya peninggalan Kerajaan Pagaruyuang (Pagaruyung). Dan juga beberapa situs peninggalan penjajahan Hindia Belanda yang masih berdiri kokoh. Contohnya adalah Benteng Van Der Capellen.
Pada zaman penjajahan Belanda, wilayah Minangkabau termasuk salah satu daerah yang melakukan perang perlawanan yang sengit terhadap penjajah Kumpeni Belanda. Perang perlawanan terhadap penjajah Belanda ini disebut dengan Perang Paderi yang terjadi pada tahun 1803 – 1838. Perang Paderi ini dipimpin oleh beberapa orang ulama. Dan ulama yang paling terkenal sebagai pahlawan Perang paderi adalah Tuanku Imam Bonjol.
Perang Paderi awalnya adalah perang yang terjadi antara kaum agama dengan kaum adat yang meminta bantuan kepada Belanda. Tetapi kemudian kaum agama dan kaum adat bersatu melawan penjajah Belanda. Perang Paderi berakhir setelah Tuanku Imam Bonjol, pemimpin paderi, ditangkap Belanda dan dibuang ke Minahasa, Sulawesi Utara. Tuanku Imam Bonjol meninggal di sana, Allahummaghfirlahu… aamiin.
Ketika Perang Paderi berlangsung, Belanda membangun benteng Fort DeKock di Bukittinggi dan Benteng Fort Van Dercapellen di Batusangkar. Benteng Fort Van Dercapellen ini berada di dataran paling tinggi di tengah kota Batusangkar. Jadi dari benteng ini Belanda bisa mengamati dan mengawasi sekeliling area benteng pergerakan kaum paderi ke pusat kota Barusangkar.
Saat ini benteng Fort Van Dercapellen masih berdiri di pusat Batu batusangkar. Sama seperti benteng Fort De Kock di Bukittingi, bangunan benteng ini tidak terlihat seperti benteng pada umumnya. Karena fungsi utama benteng ini bagi tentara Belanda adalah sebagai tepat pengintai pasukan paderi. Penanda bahwa di sini ini dulu benteng adalah ada dua meriam di depan gedung benteng yang usianya sudah lebih dari 220 tahun.
Di dalam area benteng juga terdapat 4 buah penjara yang ukurannya kecil banget, hanya (kira-kira saya) 2 m x 1,5 m. Dulukonon kabarnya satu ruang penjara bisa diisi tahanan sampai belasan orang. Wooow, ruangan sekecil itu diisi belasan orang, sempit banget kan. Membayangkannya saja sudah mulas duluan. Gimana caranya kalau tidur malam hari ya,mungkin harus gantian dulu kali.
Benteng Van Der Capellen ini dibangun pada tahun 1824. Nama benteng ini diambil dari nama Gubernur Jendral Hindia Belanda yang menjabat saat itu di bumi nusantara, Godert Alexander Gerard Philip Baron Van Der Capellen. Fungsi benteng Van Der Capellen sekarang sudah berubah fungsi menjadi bagian dari kantor dinas pariwisata Kabupaten Tanah Datar. Benteng Van Der Capellen menjadikantor pusat informasi tentang kepariwisaataan Batusangkar dan Tanah Datar.
Hanya saja, sayangnya, menurut saya benteng Van Der Capellen ini terlihat kurag terawat. Apalagi ruangan di bagian dalam area gedung benteng, kesannya suram banget. Meja-mejadan lemari-lemarinya berantakan. Foto-foto yang tergantung di dinding dalam ruangan juga hanya tersedia beberapa saja. Dan saat saya di sana, tidak ada petugas yang standby yang bisa ditanya-tanya, walaupun saat itu saya datang pada hari Minggu, kalau ngga salah.
Sekarang, setiap minggu diadakan pasar wisata yang dinamakan Pasar Wista Milenial Van Der Capellen. Pasar ini sama seperti halnya Pasar Wisata Kubu Gadang, Padang Panjang. Keunggulan pasar wisata Van Der Capellen ini dibanding Pasar Kubu Gadang adalah, suasana zaman ‘katumba’ atau zaman baheula sangat terasa di sini dibandingkan di pasar wisata Kubu Gadang. Kita jadi berasa ‘agak-agak’ terlempar kesuasana zaman dahulu kala, hehehe.

Bagaimana Caramu ke Benteng Fort Van Capellen?
Karena benteng ini berada di pusat kota, sangat mudah sekali menemukan lokasi benteng ini. Dari pasar Batusangkar, kita bisa jalan kaki ke benteng ini. Karena hanyak berjarak sekitar 500 m dari pasar.
- Dari pasar, di jalan Seokarno Hatta, berjalan sampai bertemu simpang lampu merah.
- 100 m dari simpang tersebut ada simpang lagi. Kalau kamu ke kiri, kamu menuju Istana Pagaruyuang. Kamu ambil jalan yang lurus ya.
- Kira-kira 50 meter lagi ada gapura tinggi di sebelah kiri jalan, persis di tikungan jalan. Gapura tersebut bertuliskan Benteng Fort Van Der C
Kalau mau jalan ke Benteng Van Der Cappelen ini kalau ngga menggunakan kendaraan sendiri (atau arteran) adalah naik ojek. Kalau naik ojek cukup membayar Rp. 4000 – 5000 perak saja. Paling ngga kasih 5000 perak, murah banget kan.
Dijadikan kantor pemerintahan, mungkin sudah ada beberapa bagian dari bangunan ini yang sudah diubah bentuknya, ya? Tapi, apakah ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya? Kalau sudah, biasanya ada aturan-aturan tertentu soal modifikasi yang boleh atau tidak boleh dilakukan agar keaslian bangunan tetap terjaga.
berkali2 ke batusangkar tapi nggak pernah ke benteng ini, duh.. gak bisa bayangin itu penjara ukurannya cuma 2×1,5 diisi belasan orang.. kejam sekali Belanda..
btw uni skrg stay di Sumbar atau Jakarta??
-Traveler Paruh Waktu
Kejaaam bangeeet.
Kalau hari mingguke batusangka coba atuh, ke pasar milenialnya… pasar milenial benteng van der capellen..