Dalam berbicara sehari-hari orang padang atau orang minang suka menyingkat-nyingkat kata, terutama ketika menyebutkan nama daerah. Seperti, kota bukik tinggi, disebut dengan kik tinggi atau Bukik. Atau Payokumbuah (payakumbuh) disebut dengan pikumbuh. Begitu juga ketika menyebut batang air yang bahasa minangnya adalah batang ayia, orang padang umumnya menyebut dengan tang ayia.
Ada lagi yang nyingkat-ngingkatnya lebih pendek lagi, menjadi tang yia. Itu untuk yang secara umumnya ya. Tapi, orang Nagari Saniangbaka menyebut tang yia dengan lebih unik lagi yaitu, tangaya. Sebutan tangaya yang beda ini membuat warga Nagari Saniangbaka sering ‘dibully’ dengan sebutan rang tangaya. Akibatnya orang Saniangbaka dengan sebutan tangaya, hehehe.
Warga Saniangbaka diolok-olok dengan sebutan tangaya oleh orang luar Saniangbaka. Sehingga setiap orang saniangbaka yang menyebut dirinya orang Saniangbaka, maka orang lain langsung menimpali dengan, “oooh…. rang tangaya….,” hehehe.

Duluuu, sebutan ‘tangaya’ orang luar terhadap orang saniangbaka seakan-akan menjadi image buruk dan bermakna negatif bagi warga saniangbaka, seakan-akan mereka diledek karena menyebut batang ayia saja ‘tidak bisa’. Anak-anak muda sering ‘membela diri’ bahwa hanya orang-orangtua yang menyebut tangaya untuk batang ayia atau tang yia. Tapi orang luar Saniangbaka kan ngga peduli dan ngga mau tau, yang mereka tau orang Saniangbaka menyebut tangaya, entah orangtua atau yang muda-muda.
Belakangan, ada kesadaran orang Saniangbaka ‘menerima’ kenyataan bahwa kata tangaya memang menjadi salah satu ciri khas mereka. Orang muda-muda tidak bisa membuktikan bahwa orangtua saja yang mengucapkan kata tangaya, yang uda tidak. Mereka, baik yang muda ataupun yang tua sama-sama mengucapkan tangaya untuk tang ayia. Kesadaran akan penerimaan tersebut membuat kata-kata tangaya ‘bulian’ atau ‘olok-olokan’ tersebut mereka terima menjadi identitas orang saniangbaka, menjadi ciri khas orang saniangbaka.
Jadi sekarang nama tangaya sudah menjadi ‘merk’ Saniangbaka. Mereka bangga dengan sebutan tersebut. Karena merek sadar bahwa tangaya tidak bisa dipisahkan dari Saniangbaka, dan Saniangbaka pun akan selalu diikuti oleh tangaya.

Jadi… di tangaya ada makanan enak apa?
Makanan orang sana enak-enak tapi daerahnya bukan daerah wisata.
salah satu makanan utama orang di sana adalahikan bilih.
Ikan bilih? Hmm terdengar enak. Dibumbu apa?
Enak, dibumbui garamaja rasanya udah ‘manis’…