Salah satu objek wisata terusan Kampung Perancis Colmar Tropicale Village adalah Japanese Garden dan Botanical garden. Japanese Garden ini masih satu grup dengan Colmar, yakni Berjaya. Jadi tiket masuknya pun bareng dengan tiket masuk Colmar, karena masih satu area. Jadi, mau ke Japanese Garden dan Botanical Garden atau ngga, tiket masuknya tetap sama : 16 RM. Tapi saya kemarin memilih tidak ke Botanical garden, cuma ke Japanese Garden aja.
Jarak Japanese Garden dari Colmar menurut perkiraan saya sekitar 3 – 4 km, sekitar 10 menit perjalanan. Dari Colmar Tropicale tersedia angkutan bus wara-wiri ‘gratis’ menuju Japanese Garden yang berjadwal. Jadwal berangkat bus gratis ini setiap jam kalau tidak salah. Dan mereka berangkat tepat waktu, ngga pakai acara ngaret-ngaretan. Jadi kalau telat keluar dari Colmar, maka tunggu aja jadwal berikutnya, hehehe.
Japanese Garden, sesuai namanya adalah taman yang dirancang ala-ala taman jepang gitu. Dari gerbang Japanese Garden kita akan masuk area area jalan setapak sepanjang sekitar 15 atau 20 m, terdapat gerbang kecil yang juga ala-ala gerbang jepang. Di sisi kiri kanan jalan setapak pepohonan tinggi dibiarkan tumbuh alami. Suasananya sungguh tenang, sejuk dan nyaman banget. Saya sangat menyukai suasana yang seperti itu. Maklum, saya adalah penyuka sunyi dan penyuka pegunungan, hehehe.
Sekitar 15 m setelah gerbang, di ujung jalan setapak terlihat jembatan tembok kecil. Di depan jembatan kecil terdapat sungai (sungai-an) kecil dengan bebatuan besar khas taman-taman jepang. Air sungai kecil mengalir diantara bebatuan besar (gue jadi berhasrat nyuci baju dah di sana, hahaha). Tebing-tebing ‘sungai’ terbuat dari batu-batu besar yang disusun vertikal tapi miring seperti layaknya tebing sungai.
Sungai kecil buatan ini tampak alami, meski merupakan sungai kecil buatan. Rumput tumbuh di sela-sela ‘tebing’ yang berupa bebatuan. Tamannya juga tertara rapi dengan bunga bonsai pagar di sepanjang jalan setapak di taman tersebut. Ada sebuah rumah ala-ala rumah jepang yang posisi dataran agak lebih tinggi. Dan juga ada semacam pondok kecil di seberang sungai kecil di depan rumah jepang tersebut.
Di rumah jepang tersebut tersedia penyewaan baju tradisional jepang, kimono. Kalau ngga salah harga sewanya sekitar 20 RM. Di sana juga ada acara minum teh ala jepang. Jadwalnya 4 kali sehari, dan bayarnya 28 RM. Tapi saya ngga tertarik makai baju kimono ataupun seremoni minum teh ala jepang tersebut, hahaha. Sayang-sayang duit-e, *kekeup-in dompet, hahaha.
Area utama taman jepang ini tidak besar. Mungkin hanya sekitar 15 m x 25 m saja, atau sekitar 20 x 30 gitu. Area utama ini yang berupa taman bersungai batu, sementara sisanya adalah kawasan hutan lindung yang mengelilingi taman. Dan kebanyakan pengunjung menurut saya berkunjung hanya sampai di area taman ini saja. Apalagi bagi pengunjung yang menyewa kimono, mereka akan asyik berfoto di depan rumah yang halamannya sungai kecil ini. Dan tidak mau kemana-mana lagi.
Kami ngga ikutan sewa kimono, ngapain juga coba, saya kan sudah sering makai hanbok, (lohhh apa hubungannya dengan hanbok korea ya, maksa hahaha). Karena saya tidak menyewa kimono, saya jalan-jalan aja ke jalan setapak yang berada di belakang pondok kecil. Sekitar belasan meter dari sana ada bangunan rumah jepang juga yang merupakan tatami spa, yang saat itu sepertinya sedang tutup. Dan di ujung jalan setapak tersebut juga terdapat rumah jepang lagi, dan perjalanan berakhir sampai di situ. Kira-kira 30 m dari pondok yang ada di taman jepang.
Lagi-lagi saya salut dengan pengelola area wisata milik Berjaya ini. Mereka bisa ‘menjual’ sesuatu yang sedikit beda dari negara lain dan diadopsi ke tengah-tengah hutan tropis. Melalui Colmar, mereka bisa ‘mendatangkan’ suasana Eropa ke Malaysia. Dan melalui Japanese Garden, mereka bisa ‘menciptakan’ jepang di tengah hutan tropis. Dan pengunjung menyukainya karena konsepnya yang beda ini.
Sebenarnya kalau menurut saya, taman ini biasa-biasa saja. Hanya sebuah taman kecil bergaya jepang, di tengah hutan tropis yang sejuk dan tenang. Suasana yang tenang dengan suara-suara alami hutan dan udara yang sangat sejuk inilah yang membuat taman mempunyai nilai lebih. Bagi yang suka suasana hutan yang sunyi seperti saya, ini tempat bagus banget. Saya sampai membayangkan tinggal di daerah yang sesunyi dan senyaman ini. Kayanya asyik banget, cuma butuh rumah kecil dengan pelayan dan penjaga biar tinggalnya ngga sendirian aja, hahaha. *ngayaaaal indah mah gratiiiees* hahaha.
Yang bikin agak sebel di Japanese Garden adalah, area parkir bus gratis dan mobil berjarak sekitar 300 an m dari gerbang Japanese Garden. Dari parkir naik tangga dulu sekitar 20-an anak tangga dulu trus jalan sekitar 300-an m. Jalannya sih lebar, bisa untuk 2 mobil pribadi. Jadi harusnya mobil atau bus bisa parkir tepat di gerbang Japanese Garden, harusnya ya, tapi entah kenapa mereka membuat tempat parkir yang cukup jauh dari gerbang. 🙂
Untuk berada di sini, buat sekadar tau Japanese Garden tanpa terburu-buru waktu yang dibutuhkan cukup 1 jam saja. Atau 1,5 jam pp parkiran – taman. Kami cuma 1 jam pp udah nyampe parkiran lagi, padahal di tamannya kami sangat santai, ngga buru-buru. Tapi bagi yang mau nyari ketenangan di sana, mau merenung nyari inspirasi dengan duduk manjaaah di sana, waktu 2 jam 3 jam ngga akan cukup, maunya tinggal di sana, kalau saya… 😛
Bagi saya ya, kalau pengunjung ngga terlalu penasaran dengan Japanese Garden, bisa skip aja objek wisata ini. Ngga akan merasa rugi juga kok. Karena menurut saya, Kebun Raya Bogor dan (apalagi) Kebun Raya Cibodas jauuuuh lebih tjakeeep, lebih alami, lebih besaaaar, ciyuuuuus deh. Tapi kalau cukup penasaran mau ke sana, yo wis, ngga apa-apa. Kalau saya kemaren kan cukup penasaran,jadi nemplok ke sana deh, hehe.
Kami pun akhirnya balik ke parkiran, mau ke Colmar lagi. Tapi sayang banget, bus wara-wiri Colmar – Japanese Garden udah jalan. Mau ngga mau nunggu lagi busnya sekitar 45 menit kemudian. Dan dudulnya kami, kami tidak minta abang sopir mobil rental kami jemput di parkiran Japanese Garden aja, ngapain nungguin bus wara-wiri coba. Tapi kami tidak punya data koneksi sama sekali, ya salaaam… 😛
Saran saya, kalau mau ke Colmar naik mobil sewaan, sekalian saja antar jemput ke Japanese Garden-nya naik mobil aja. Ngga usahlah sok-sok-an kaya kami yang mau ngerasin naik bus wara-wirinya. Toh naik bus mah sama aja rasanya dimana-mana, hahaha. Atau paling ngga, perginya naik bus tapi minta sopir mobil sewaan ngikutin sekalian biar pas pulang ngga usah nunggu-nunggu bus wara-wiri lagi. Okey kan yaaa… 🙂
Baca ini kok jadi bikin aku pengen balik ke Shinjuku Gyouen aka Taman Nasional Shinjuku dan menikmati musim gugur di sana 🙂
Waaaaah, asyiknya…pengen ke jepang euy… tapi rupiahnya gelindingan mulu,haha…
Jepang, taman-tamannya keren2 ya?
Tamannya adem dan terawat.
Jadi, khusus utk taman ini, rumput tetangga tidak lebih hijau ya, taman2 yang ada di indonesia jauh lebih cihuy 😀 . Siiip.
Hahaha, bener bgt un, jauh lebih keren Kebun Raya Bogor, apalagi Kebun Raya Cibodas…
Aku baru tau kalo Japanese Garden terletak terpisah dari Colmar Tropicale, kirain dalam 1 area besarnya. Aku 7 kali ke KL nggak pernah ke Colmar Tropicale, karena memang nggak tertarik sama obyek wisata theme park.
Di Singapore juga ada Chinese Garden + Japanese Garden, gratis. Persis di depan stasiun MRT. Bisa naik pagoda dan menikmati view dari ketinggian. Ada sungai (sungguhan) yang lebar dan jernih dengan jembatan lengkung kolonial. Kalo cuma mau wisata taman, better cari yang di area kota aja biar deket dan gratis. Di KL ada Taman Botani Perdana sama Bukit Nanas, bisa hiking tipis-tipis 🙂
Colmar – taman jepang berjarak kira-kira 3-4 km, Mas Teguh. Kalau aku tertarik banget ke Colmar, abisnya liat kampung asli eropa masih sebatas mimpi, hehehe. Eh tapi pas udah ke sana, rasa tertariknya benar2 abis, hahaha.
Aku belum jadi2 jg ke Chinese Garden Singapore, pengen juga sih, moga aja ntar kalo k singapore lagi bisa k sana deh…
Taman Botani itu yang ada danau-nya itukah Mas Teguh?
Betul ada danaunya. Dari Masjid Negara jalan kaki menanjak.
Saya juga suka bangunan tua Eropa, kak. Daripada ke Colmar, mending eksplor kota-kota tua di Asia Tenggara 😀
Ntar kalo ke KL lagi emang niat ke sana dan ke Kampung Baru, kemaren ngga sempat krn mesti ke Penang jg.
Macam kota ayutaya di thailand dan AngkorWat ya? Eh bener ngga sih namanya Ayuthaya namanya yang jaraknya sejam dr Bangkok?
Wah, beda jenis “tua”-nya, kak. Ayutthaya itu banyak reruntuhan candi, sementara Penang itu bangunan tua kolonial.
aaah, oke… paham maksudnya.
Penang emang surga buat wisata bangunan bersejarah gitu. Malaka juga. Tapi di Penang musti kuat jalan kaki ya, haha..
Di Penang ada banyak bus kok. Naik Grab juga murah, tenang 🙂
Bus nya banyak… Tapi objek yg diliat jaraknya ngga jauh2. Misal, dr mesjid keling ke kuil dewi kwan im,musti jalan,ke gereja jg musti lanjut jalan. dr gereja ke rumah biru, naik bus nanguung,krn ntar jg musti jalan balik arah. Jadinya, banyakan jalan di penang, bikin kaki gempor, tapi seru haha
Iya, kalo pas city tour memang enaknya jalan biar enak berhenti-berhenti 😀
tamannya keren, bolegh gak ya mandi pake gayung sama handukan wkwkw… duh, muncul deh kelakuan kampuang wkwkwkw
Yaaah, Mas. Kalau di kali mah nyebur,ga pake gayung. di kali taman ini,nyebur langsung kejedot batu hahaha
habisnya seger banget kak haha.. sedikit mengobati rasa penasaranku sama suasana taman di negeri sakura hehe
Emang segeeer di sana, makanya bilang mau deh tinggal di sana, tp kudu ada mba dan pengawalnya… hahaha
[…] KL kami menyewa mobil. Kami bisa langsung ke Genting setelah dari Colmar Tropical Village. dan Japanese Garden-nya Colmar. Karena area Colmar dan Genting ini searah dan berada pada area yang sama. Posisi Colmar lebih jauh […]
[…] dari Kampung Perancis Colmar Tropicale Village (plus juga sekalian Japanese Garden) dan ke Puncak Genting Highland, kami balik lagi ke arah Kuala Lumpur lagi. Tujuan kami berikutnya […]
[…] Colmar kami ke Japanese Garden. Masih di area Colmar. Jaraknya kira-kira 3 – 4 km. Kami naik bus wara-wiri Colmar – Japanese […]