Bagi penyuka wisata sejarah, Kota Sawahlunto (harusnya) menjadi salah satu tujuan traveler penyuka sejarah, seperti saya (senyum dulu). Karena di kota ini merupakan kota tambang batubara yang mempunyai banyak peninggalan bersejarah penjajahan Belanda yang bisa kita lihat sampai sekarang. Bahkan suasana kotanya pun masih terlihat suasana kota lama.
Tapiiii sayangnya, (senyum lagi deh) sebagai orang Solok yang hanya berjarak sekitar 30 – 35 km dari Sawahlunto, saya baru 3 kali berkunjung ke pusat Kota Sawahlunto. Silungkang dan Muaro Kalaban yang juga termasuk kota Sawahlunto tentu tidak bisa dihitung sebagai kunjungan saya ke Sawahlunto. Karena kedua nagari ini berada di jalan raya Lintas Sumatera Padang – Jakarta dan saya sering lewat di sana hehehe.
Saya ke Sawahlunto pertama kalinya sewaktu saya SD kelas 6, saat itu kami jalan-jalan karena sudah mau lulus SD. Kami cuma lewat pusat kotanya karena tujuan utama kami adalah pergi ke makam pahlawan nasional, Muhammad Yamin yang berada di Talawi, Sawahlunto, lalu melanjutkan perjalanan ke Istana Pagaruyuang di Batusangka, lalu ke Bukittinggi dan terakhir ke Padang.
Kunjungan saya yang ke-2 dan ke-3 adalah tahun 2015. Pertama (tahun 2015) bareng adik saya, mutar-mutar saja di sana tanpa mengunjungi objek wisata apapun. Kunjungan kedua juga bareng adik saya lagi, main ke Taman Wisata Kandi. Dan terakhir saya ke sana naik motor juga bareng adik saya lagi. Saya ke sana guna melengkapi info wisata Sawahlunto untuk keperluan penerbitan buku saya yang ke-3, Don’t Stop Exploring West Sumatera.
Hanya 3 kali itulah saya ke Sawahlunto padahal jaraknya cukup dekat dengan saya. Saya lebih sering jalannya ke Bukittinggi dan Padang Panjang, hahaha. Saya baru teringat untuk membuat postingan tentang Sawahlunto karena sedang bersih-bersih (lagi) foto di folder saya. Baru deh saat lihat file Sawahlunto, saya langsung buat postingan tentang Sawahlunto, hahaha.
Kota Sawahlunto ini dulunya berdiri karena adanya cadangan batubara yang sangat besar dan berkualitas bagus di sini. Sehingga daerah yang sebelumnya berupa hutan belantara dibangun menjadi sebuah pemukiman yang isinya adalah karyawan perusahaan tambang batubara yang orang-orang Belanda dan juga pekerja kasar yang umumnya adalah narapidana pemerintahan kumpeni Belanda.
Sekarang perusahaan tambang ini sudah berhenti beroperasi setelah mengeruk batubara dari bumi Sawahlunto selama lebih dari se-abad lamanya. Kota Sawahlunto kini menjadi sepi karena ditinggal oleh sebagian besar penduduknya. Jalanan lengang bahkan pada hari Minggu saya ke sana pun, kota Sawahlunto terlihat sangat sepi. Sepertinya enak banget suasananya yang sepi seperti ini.
Saya sebenarnya suka suasananya yang sepi. Apalagi dengan suasana kota lamanya yang masih terlihat jelas, saya suka banget. Seandainya kota Sawahlunto adalah kota pegunungan saya yakin saya akan jatuh cinta banget dengan kota ini. Saya akan senang pindah ke Kota Sawahlunto. Tapi syukurlah kota ini bukan kota pegunungan, jadi saya ngga ada keinginan pindah ke sana walaupun kotanya terlihat sangat asyik.
Ini saya lagi niat mau buat postingan tentang Sawahlunto,Insya Allah. Semoga mood saya ga upand down lagi nih. Kalau ngga up-upsih ngga apa-apaya,yang penting jangan sampai down aja deh kaya beberapa bulan kemaren yang ngga ngeblog sampai beberapa bulan, hehehe. Semoga aja ya, aamiin… 🙂
Uni sengaja berziarah ke makam pahlawan Moh Yamin? wah keren sekali
Itu yg SD… setelah itu blm pernah lagi.pengennya jalan ke sna dari sawah lunto trus ke batusangkar
saya belum pernah nih dr sawahlunto ke batusangkar 🙂 pengen liat desa rantih, makam moh yamin, danau tambang…
Aku sekali sewaktu SD tersebut… pemandangan sawahnya dulu sangat indah. Ngga tau kalau sekarang ya….
semoga masih 😉 hehehe
amiin… Semoga aja… plus pemandangan (batang) sungai ombilin di salah satu sisi jalan… aku lupa, hehe
ah, ombilin, sungai yg hulunya dari singkarak itu yah uni…. ombilin ingatnya perusahaaan batubara itu sama rumah makan padang :p hahaha…
Iya, sungai yang hulunya dari singkarak…terus ntar gabung ke siak atau kampar menuju pantai sumatera timur…
saya barusan gugling, singkarak bergabung dengan sungai kuantan, sungai kuantan bergabung menjadi sungai indragiri 🙂 sama kayak sungai batanghari yang hulunya di sumbar, hilirnya di jambi… sumbar riau jambi ini agak mirip budaya dan bahasanya
Ooiyaa Sungai Kuantan yaa… baru ingat, om tanteku pernah di teluk kuantan, kadang beli ikan bilih di sana katanya ada yang jual, di ambil dari kali di sana…
Sungai batang hari kalau ngga salah dari danau diateh juga salah satu hulunya, dan sungai-sungai lainnya di seputaran sana…
maf typo, sungai ombilin maksudnya hehe
wow…baru tau saya kalo di taluk kuantan ada ikan bilih, bukan cuma orang aja yg merantau, ikan pun bisa merantau yah hehe… rasanya apa sm dengan bilih di singkarak 🙂
batang ombilin kan dari danau singkarak, (yg kemungkinan bawa ikan bilih) melewati kota/kab teluk kuantan yg bergabung ke sungai indragiri kan… makanya di sana juga tersedia ikan bilih… rasa juga sama katanya..,
samo rupo samo raso 🙂
hahaha… Iyaaa…
Saya malah belum pernah masuk kota Sawahlunto.
Barasiah kotanyo.
Iyaa…barasieh kotanyo… aku baru 3 x k sana, atau 4 x, padahal dekat dr rumah…hehehe
Don’t Stop Exploring West Sumatera….
Sepakat banget, alam maupun budayanya luar biasa. Meski baru sekali menjejak dari Padang, Istana Baso dan Bukik, kenangan SumBar melekat.
Sawahlunto….sejak dulu pengiin. Terngiang tambang batubara dan si Item. Salam
Ayooo… ke padang lagi… masih banyak tempat yang masih bisa diexplore… 🙂
Sawahlunto ini adalah salah satu wishlist-ku di Indonesia. Aku bukan penggemar sejarah, tapi aku suka wisata arsitektur dan lanskap kota. Ayo yang semangat nulisnya, harus konsisten minimal 2 minggu sekali 😀
Kutunggu
Ayoo.. berkunjumg ke sawahlunto… 🙂
Mudah2an semangat lagi… untuk 2 – 3 minggu ini 🙂
iyo un disitu langang bana, lamak kayaknyo tingga disitu. tapi angek hahaha
Kok lai kota pegunungan, lai amuah tingga di situ mah May, haha… tpi krno ndak kota pegunungan ndak di namuah do… 🙂
😀
[…] Rantai ini menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan Tambang Batubara Ombilin sejak dari awal berdirinya penambangan batubara ini. Orang-orang rantai ini awalnya dipekerjakan […]