Jantung Dag Dig Dug Der Naik Perahu di Taman Banto Royo

Telaga Banto Royo

Akhir November lalu kalau ngga salah ya, saya dan sahabat saya Linda niatnya mau jalan-jalan ke Pasar Milenial Nagari Kubu Gadang, Padang Panjang. Kami berangkat agak siang, sekitar jam 9. Setiba di perbatasan Kota Padang Panjang dengan Batipuh saya saranin Linda untuk cek google map, untuk memastikan keberadaan Nagari Kubu Gadang tersebut. Tapi Lindanya ngga mau karena dia berkeyakinan kalau Pasar Milenial Kubu Gadang berada di pasaraya Padang Panjang.

Saya berkeyakinan bahwa Nagari Kubu Gadang ini berada di daerah perbatasan Batipuh dan Padang Panjang. Setelah hampir tiba di pasarraya padang panjang, kami nanya lokasi Kubu Gadang sama ibu-ibu yang jual makanan atau minuman di pinggir jalan. Daaaan ternyata kami memang salah alamat. Nagari Kubu Gadang sudah terlewat jauh dan setelah cek gugel, lokasinya memang berada dari perbatasan Batipuh dan Padang Panjang.

Kata Mbah gugel kami sudah terlewat 4 km, hahaha. Waduuuuh, sampe 4 km kelewatannya. Saya mastiin Linda saya yakin bakal tau tempatnya. Tapi akhirnya kami memutuskan melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi, ke Banto Royo, hahaha. Rupanya Linda berpikiran ‘ngga mau balik kalau sudah terlanjur lewat’. Ngga baik katanya, ada-ada saja, modus aja mau ke Bukittinggi itu mah, hahaha.

Lihat beda perahu isi satu orang (ungu) dengan perahu isi dua (oranye).

Kami jalan ke Banto Royo melewati jalan salan alternatif ke Bukittinggi dari arah Koto Baru, Padang Panjang. Dari Koto Baru, setelah Pasar Mingguan Koto Baru kami memilih belok ke Nagari Batu Palano trus ke Sungai Pua, lanjut ke Tanjung Alam dan Kapau, Bukittinggi. Pemandangan lewat jalan alternatif tersebut sangat indah dengan pemandangan sawah, perbukitan dan gunung terhampar manja di depan mata. Pokoknya ngga rugi deh lewat jalan di sana.

Di daerah Tanjuang Alam atau Kapau ini, karena perut sudah lapar, kami juga makan siang dulu. Warung makan kecil tapi enak banget. Saya lupa memoto rumah akan ini,jadi lupa namanya apa. Kalau ingat motoian bisa direview-in ya,hehehe. Kami shalat zhuhur di Nagari Kapau karena pas orang azan setibanya di depan mesjid tersebut. Mesjidnya bersih banget dan nyaman banget deh.

Kami tiba di pertigaan Banto Royo sekitar jam setengah 2 an kalau ngga salah. Jalanan di persimpangan Banto Royo yang dekat mesjid supermacet. Untung ada yang ngasih tau ke kami, masuk lewat jalan tikus sekitar 150 m sebelum simpang mesjid tersebut, dan keluarnya juga tidak jauh dari mesjid sih. Tapi paling tidak kami tidak tertahan di pertigaan mesjid saking ramainya pengunjung. Dari simpang mesjid ini lokasi wisata masih berjarak sekitar setengah 300 – 400 m.

Pengunjung yang sangat ramai

Pengunjung Banto Royo sangat padat, sangat membludak. Maklum, hari itu hari Minggu. Dan juga animo serta rasa penasaran masyarakat sangat tinggi terhadap Banto Royo yang lagi populer banget di sosmed. Saking ramainya pengunjung Banto Royo bikin mood saya jadi agak kendur, hahaha. Apalagi pas naik ke jembatan,pengunjungnya ramai banget. Tapi sepertinya sebagian pengunjung berbalik arah lagi karena (mungkin) ngga mau mutar jauh-jauh, mungkin loh ya.

Sewaktu tiba di tengah, tiba-tiba rintik-rintik hujan turun. Jembatan kayu makin sepi pengunjung yang ngacir tiba-tiba, sehingga, pengunjungnya tidak terlalu ramai di atas jembatan. Akhirnya kami memutuskan balik melawan arus juga, jangan ditiru ya, hehehe. Habisnya ujungnya masih jauh. Untung yang naik jembatan lagi tidak ramai ya kaaan, bisa jalan cepet-cepet aja deh.

Di Banto Royo selain ada permainan flying fox juga ada wahana naik perahu kayak gitulah. Saya ngga tertarik naik flying fox, saya cuma penasaran naik kayak alias perahu ini. Saya coba naik sendirian. Sahabat saya ngga mau naik, takut katanya. Yang saya naiki itu perahu untuk satu orang. Perahunya agak kecil daripada perahu isi dua orang. Batas pinggir perahunya hampir ngga ada dan dasarnya lebih lengkung, jadinya perasaan saya gampang oleng perahunya.

Kabut pegunungan

Sueeer, saya tegang banget, saya takut karena perahunya oleng kiri kanan mulu. Ini goyangan kiri kanan berasa banget. Sepertinya lebih nyaman dan enak naik perahu kayu kayanya deh, lebih dalam cekungan tempat duduk penumpangnya. Atau juga perahu isi dua orang juga lebih dalam cekungan penumpangnya dan dasarnya tidak terlalu lengkung, sehingga perasaan merasa jadi lebih nyaman dan aman. Karena saya ketakutan, jadinya mengayuh-ngayuh perahu cuma di pinggir aja, hanya sekitar 1 – 2 m aja dari pinggir dermaga.

Serius, saya takut kecebur. Saya sih ketakutan bukan takut kelelepnya, bukan. Karena saya yakin di bagian pinggir telaga, kedalamannya sangat aman, mungkin hanya satu satu meter saja kayanya. Dan penumpangnya juga dikasih pelampung, jadi aman lah ya, ngga perlu takut kan harusnya. Tapi yang saya takutkan adalah kalau saya nyemplung, trus ada yang pidioin trus viral, kan bikin saya jadi terkenal tapi bikin maluuu bangeeeet, hahaha. Ya Allah, cetek amat ya pikiran saya ya, hahaha.

Kami ngga lama di Banto Royo ini. Mungkin hanya sekitar 1 jam aja. Atau maksimal 1,5 jam. Bingung juga mau ngapain lagi di sini. Tempat buat duduk nyantai ngga ada, sementara pengunjung ramai bangeeet (efek sosialisasi di sosmed ya), orang-orang pada penasaran walau baru buka 2 – 3 mingguan, hahaha. Kalau mau sih, duduk-duduk aja di bangunan yang sepertinya bakal dijadikan sebagai restoran. Tapi di sana ngga ada bangkujuga. Mau ngampar juga ngga ada tikar. So? Mending balik aja dah.

Kami memutuskan balik, karena puyeng liat pengunjungnya yang padat banget, bikin mumet puyeng duluan, hahaha. Lagipula kami pulangnya jauh kan ke Solok coooy yang jaraknya sekitar 100 km dari Banto Royo, jauh banget kaaan. Soalnya kami naik motor saja berdua, perempuan pula, eaaaa :). Apalagi kami juga punya beberapa destinasi lain lagi yang musti dijabanin juga (masih ada lagi cooy), hehehe. Jadi, musti cabut bro dari Banto Royo… 😛

 

Advertisement

13 comments

    • Ga dalam kok mas, keliatan dasarnya dangkal… takut viralaja ntar kalau kecebur krn perahuisi satuoleng2 bgt. Perahu isi 2 mah asyik.udah pernah nyoba.

      kalau naikmending sewa perahu isi 2 walau naik sendirian…

  1. hahaha, samo un. mayang waktu di harau naik perahu di kanal tu un. agak panik juo soalnyo perahunyo ndak nio maju 😆 . adiak alah takuik satangah matinyo, takuik tabaliak 😆

  2. pernah naik juga perahu kecil gini muter2 danau* di taman areapuncak*segitu aja deg2an:D, rame banget ya*biasa kalau lg viral di sosmed, bisa berbondong2 orang datang krn penasaran, tp semoga kebersihannya terjaga*sayang soalnya cakep tempatnya ni..instagramble

    • Iya rame banget, jadinya ngga seru juga hahaha…

      Semoga pengujung tertib jaga keberhian…(di gambar mah ngga,hehehe)

      di puncaknya dimana Mba yang ada perahunya? Yg telaga warna puncak pass-kah?

  3. Sebagai penghuni kolong langit kekinian–yang semua aktifitas dipengaruhi oleh sosmed–tentunya kami akan jejal objek ini sebelum bulan ramadhan, yang penting photo-photo di lokasi, meskipun dari bocoran tulisan ini objek wisata ini tidak ada istimewanya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s