Sekitar akhir bulan Oktober 2018 kemaren jagad sosmed di Sumatra Barat diramaikan dengan informasi wisata baru. Namanya Banto Royo. Banyak postingan yang post oleh tim promosi Banto Royo, yang membuat orang penasaran ke sana. Itulah salah satu kekuatan sosmed ya, membuat foto yang instagrameble, bikin orang-orang tertarik dan penasaran trus berkunjung ke sana, hehehe.
Taman Wisata Banto Royo berada di Koto Tangah, Tilatang Kamang, Bukittinggi. Sebelumnya kawasan wisata ini adalah daerah rawa yang ditumbuhi oleh rumput banto. Rawa yang ini berada di bawah perbukitan perbukitan ini kemudian dibersihkan secara swasembada oleh masyarakat di sana, makanya nama tempat wisatanya memakai kata Banto, mengacu pada tumbuhan yang banyak tumbuh di sana, Rumput Banto. Sedangkan Royo maksudnya adalah royak atau baroyak alias bergoyang. Jujur, saya baru tau kata royo ini dalam khasanah kosakata bahasa minang.
Setelah dibersihkan dan ditata, rawa-rawa tersebut berubah menjadi telaga besar atau danau kecil yang nggak terlalu dalam. Kedalamannya masih dalam ambang batas aman. Katanya petugasnya, di bagian tengah paling dalam mungkin mencapai 2 meter. Dalam juga yaa. Eh ngga ding, sedalam kolam renang dong ya, hahaha. Cukup aman sebenarnya, tapi kalau ngga sengaja ‘nyemplung’ kan bikin malu juga ye, trus ntar jadi viral deh, maluuu, hahaha.
Pengurus Banto Royo terdiri dari berbagai lapisan masyarakat menata kawasan ini. Mereka membuat jembatan di sekeliling telaga ini untuk supaya pengunjung bisa mengelilingi telaga dengan nyaman. Tersedia juga beberapa pondok untuk istirahat di sepanjang jembatan. Pengunjung bisa santai di pondok-pondok ini. Dan untuk keamanan serta kenyamanan, di sepanjang jembatan juga disiagakan petugas.
Hanya saja, sayangnya ya, menurut saya, jembatan telaga ini ukuran lebarnya agak kecil. Mungkin lebar jembatan ini hanya 1 meter saja, dan tidak ada pembatas atau pegangan di pinggir jembatan untuk keamanan pengunjung. Jadi ngeriii banget kalau pas jembatan lagi padat pengunjung, trus ada orang-orang yang ngga sabaran liat orang-orang di depan yang jalannya kayak keong, jadi pengennya mau mendahului orang tersebut. Apalagi ditambah lagi, tidak semua pengunjung yang mau tertib yang mau berjalan sampai ke ujung jembatan. Sebagian ada yang berbalik arah sehingga terjadi dua arus yang berlawanan, di atas jembatan yang sisi lebarnya.
Di Banto Royo ini juga tersedia permainan out bond dan flying fox. Lintasan-lintasan flying fox ini melintasi pepohonan dan air telaga di kaki bukit. Dan ujung Flying fox-nya melintasi telaga ke pulau kecil yang berada agak ke tepi telaga. Saya tidak tau persis berapa tarif main flying fox-nya, karena saya tidak mau naik jadi nanyanya asal-asalan saja, hehehe. Tapi kalau ngga salah 20.000 atau 25.000.
Selain flying fox dan out bond, di Banto Royo juga tersedia wahana naik sampan juga. Tapi kalau menurut saya lebih lebih mirip ‘kayak’ gitu. Kayak-kayak yang tersedia ada yang untuk satu penumpang, dua penumpang serta 3 penumpang. Tarif satu penumpang hari minggu dan libur, kalau ngga salah 20 ribu/orang, yang dua penumpang, 15 ribu/orang. Dan untuk yang 3 penumpang 10 ribu/orang.
Untuk anak-anak juga tersedia play ground dan kolam renang kecil. Jadi ada pilihan lain bagi orangtua yang bawa anak-anak mereka ke sini. Mereka bisa berenang atau main ayun-ayunan ataupun seluncur-seluncuran di sana. Play ground ini yang menurut saya yang akan bikin anak-anak bahagia kan ya, bukan melintasi jembatan di sepanjang tepi telaga. Hanya saja, area ini kurang nyaman kalau digunakananak-anak pada siang hari. Semoga nantinya di sini segera ditanampohon trambesi ya supaya arena ini jadi teduh dan adem. Untuk bisamasul area plyay ground pengunjung membayar lagi, kalau ngga salah 5000 per orang.
Menurut pendapat saya masih banyak fasilitas yang masih kurang di sini. Terutama yang kuraaaang banget di sini adalah tidak adanya area atau bangku-bangku tempat istirahat pengunjung. Ini kan fasilitas penting yang musti ada di tempat wisata. Masa iya pengunjung ngga cape abis keliling telaga? Apalagi bagi pengunjung yang bawa atau gendong anak kecil, pasti capek banget. Ngga mungkin pengunjung berdiri terus sepanjang waktu selama di area tersebut.
Jadi, tidak heran kalau area food hall yang belum jadi, dijadikan pengunjung sebagai tempat leyeeh-leyeh. Dan mushalanya juga belum jadi sehingga tempat untuk duduk ngampar oleh pengunjung. Ada juga yang duduk di jendela yang belumjadi tersebut. Sandal sepatu dibawa naik ke ruang shalat yang akibatnya adalah orang susaaah banget buat shalat. Hampir tidak ada tempat buat shalat karena sudah ‘dikuasai’ pengunjung yang duduk lesehan untuk rehat sejenak.
Jadi seharusnya menurut pendapat saya, pihak manajemen Banto Royo membuat area santai buat keluarga yang mau piknik. Supaya ibu yang capek karena gendong bayinya (si ayah gendong anaknya yang lebih besar) bisa istirahat setelah keliling telaga. Begitu juga orang tua yang capek ngga mau keliling, maunya cuma duduk aja menunggu keluarganya yang ‘muter-muter’ bisa duduk santai di tempat yang nyaman.
Oya, tarif masuk Banto Royo ini 20.000/orangpada hari Minggu dan libur. Dan setiap hari Senin Banto Royo tutup untuk melakukan pembersihan dan pengecekan segala macam demi kemanan dan kenyamanan pengunjung.
Cara menuju Banto Royo ini gampang banget. Dari Bukittinggi, ambil jalan arah Gaduik, ke jalan raya Padang Medan. Masuk ke arah Kamang di Simpang Gaduik ini, terus aja lurus sepanjang kira-kira lebih kurang 5 km. Nanti akan terlihat papan info Banto Royo. Gampang insya Allah mengetahuinya, tapi kalau ragu, tinggal tanya aja sih, hehehe.

cantik ya uni, tp kalo ga ada bangku buat duduk² jadi gimana gitu kalo udah capek jalan
Iya Mas… cantik,tapi karena pengunjungnya membludak, kurang nyaman juga jadinya…
betul, seharusnya dipikirkan oleh pengelola, jangan cuma mengejar keuntungan saja… di IG sempat ada yg ngeluh terlalu ramai tp tetap dibiarkan masuk jadinya kacau
Mungkin karena baru dan sangat membludak,merekakewalahan juga…. semoga ke depannya merekaperhatikan ya…
alang hari bara tiket masuaknya un?
alun pernah kasiko lai. bilo2 paralu juo pai kasiko mah 😀
Kalau ndak salah 15.000 May… Cubo lah jalan ka situ May…Senin tutup…
bilo2 dicubo lo main ka situ un 😀
Cubolah May… Sekalian ke Tarusan Kamang… Kini masih banyak aiyia nyo tu kabanyo…
ndeh nandak bana ka tarusan kamang tu un a. alun talakik juo lai sampai kini
Bagus di tarusan kamang kalau airnya penuh
betul uni, safety first
Safety first, presiden no 2, gitu ya… hahaha
Waduh, ambo netral se uni wkwkw 🙂
wkwkwkwk…. PNS ya… musti netral. Kalau udah di bilik nyoblos baru boleh ngga netral ya… 😛
hehehe.. betul ko uni, btw belum tau nih bisa nyoblos apa nggak, soalnya ktp saya bukan jambi
[…] Telaga Banto Royo […]
[…] Ketika saya dan sahabat saya jalan dadakan ke Taman Wisata Banto Royo, Bukittinggi, kami memilih lewat jalan alternatif dari Padang Panjang, bukan lewat jalan raya. Di Nagari Koto Baru, setelah pasar Koto Baru, kami belok kanan ke Nagari Batu Palano, Sungai Pua terus ke Tanjung Alam dan Kapau, hingga akhirnya kami tiba di Banto Royo, Kamang, Bukittinggi. […]
Keren sih, tapi banyak orang yang agak kecewa setelah masuk kedalam krn biaya masuknya dinilai terlalu mahal
Menurut saya juga sama. Mustinya bayar tiket masuknya cukup 10.000 aja pada hari biasa dan 15.000 pada akhir pekan dan libur. karena ntar di dalam bayar lagi untuk main flying fox atau naik perahu dan taman anak2…
[…] sampai ke pasaraya padang panjang. Karena ngga mau balik, kami jalan saja ke Bukittinggi, ke Objek Wisata Banto Royo, hahaha. Objek wisata ini kebetulan baru dibuka sebulan […]