Hujan Mengguyur Dataran Merdeka Kuala Lumpur

Duuuuuh, kenapa ya, susah banget menggenjot semangatku buat ngeblog, buat nulis yah, hahaha. Tapi saya harus memaksakan diri untuk tetap menulis atau ngeblog. Karena kalau ngga, malasnya bakal keterusan sampai tahun depan lagi, kan bisa berabe. Jadi saya kudu membentuk lagi habit nulis yang kendornya udah tingkat akut. Makanya saya membulatkan tekad supaya semangat menulis.

Sebenarnya sih, bingung juga mau nulis apa, tapi karena harus memaksakan lagi habit yang sudah mulai padam. Tapi apapun harus saya tulis meski awalnya berasa garing. Tapi insya Allah ntar bakal lebih lancar lagi ye kaan. Jadi, demi menjaga semangat ‘memaksa diri menulis’ ini  maka saya nulis aja tentang jalan-jalan ke Kuala Lumpur awal tahun ini, hehehe, tentang Dataran Merdeka.

Pada postingan sebelumnya kan saya sudah ‘memaksakan’ diri membuat postingan tentang ‘Santai Kaya Pantai di KLCC Park’, walaupun berasa garing banget. Dan sekarang saya akan meneruskan tentang destinasi berikutnya yang kami kunjungi : Dataran Merdeka atau Lapangan Merdeka alias Merdeka Square di Kuala Lumpur. Dataran Merdeka ini adalah lapangan bersejarah besar bagi rakyat Malaysia. Ibarat kata, Dataran Merdeka ini kalau di Jakarta sama kaya Silang Monas, dan Kota Tua tapi dalam perspektif yang berbeda. Mirip tapi beda.

Kami meninggalkan Menara Petronas naik MRT menuju Stasiun Mesjid Jamik. Tujuan kami berikutnya adalah Dataran Merdeka. Kami keluar dari pintu stasiun yang berada di seberang Mesjid Jamek. Kami menyeberang dulu ke depan Mesjid Jamek, trus berjalan ke arah lampu merah, searah dengan arah arus jalan raya. Jalan sekitar 100 meter, kita tiba di lampu merah. Di lampu merah kita belok kiri, maka kita sudah tiba di Dataran Merdeka.

Setibanya di Dataran Merdeka, langsung deh kami poto-piti. Eh yang poto-piti mah adik saya dan sahabat saya aja sih. Sayanya mah motoin gedung-gedung tua yang cakep banget difoto. Kata adik saya mah, ngga guna banget fotoin gedung tapi ngga ikut difoto. Percuma, katanya, hahaha. Tau sendiri dong saya, orang yang ngga suka difoto, takut kamera, hahaha.

Di Dataran Merdeka ini banyak gedung-gedung tua peninggalan kolonial Inggris yang dibangun pada akhir abad 19 dan awal abad ke 20. Gedung-gedung tua tersebut terlihat masih sangat terawat. Salah satu satu gedung tua yang terkenal adalah Gedung Sulthan Abdul Samad, yang menjadi kantor Pusat Pemerintahan Kolonial Inggris di Malaysia. Gedung Sulthan Abdul Samad ini dibangun tahun 1894 dan selesai tahun 1897 dengan arsitektur bergaya India. Sebelumnya, kantor pusat kolonial penjajahan Inggris berada di daerah Bukit Amman.

Saat itu Dataran Merdeka tidak ramai pengunjung. Saya ngga tau kenapa, padahal Dataran Merdeka kan dikenal sebagai salah satu objek wisata sejarah yang terkenal di Kuala Lumpur ya. Atau mungkin juga karena saat itu Dataran Merdeka lagi direnovasi kali ya. Taman atau padang rumput di tengah area Dataran Merdeka ditutupi seng pembatas. Jadinya, kalau wisatawan grup tidak direkomendasikan  jalan-jalan ke sana, mungkin loh ya.

Tapiiii sayang banget. Baru sebentar tiba di Dataran Merdeka, mungkin belum nyampe sepuluh menit, hujan turun dengan deras. Mau ngga mau langsung nyari tempat buat berteduh. Hujannya turun cukup lama, hampir 1 jam, huhuhu, sayang banget kan. Kami terpaksa hanya bengong saja sambil duduk-duduk di undakan teras Gedung Sulthan Abdul Samad. Padahal tadinya saya juga mau jalan ke Galeri KL dan ke Gereja Anglikan yang berada di Dataran Merdeka ini.

Gedung Sulthan Abdul Samad ini terlihat sangat terawat. Gedung ini terdaftar sebagai salah satu bangunan cagar budaya Malaysia. Saya jadi berandai-andai, sekiranya kawasan Kota Tua Jakarta diperhatikan lebih serius lagi oleh Dinas Pariwisata Provinsia DKI. Jakarta, tentulah kawasan Kota Tua akan lebih keren banget ya. Gedung tua di Kota Tua yang tidak terawat direvitalisasi (benar ngga sih istilahnya) lagi, supaya lebih cling lagi. Saya yakin kawasan Kota Tua Jakarta bisa menjadi objek wisata primadona di Jakarta, ya kaaan. Semoga Pak Anies punya gagasan yang sama, Aamiin..

Dari pembicaraan pengunjung yang duduk, terlihat pengunjung yang banyak dari Indonesi. Bule dan India juga sih. Ketika hujan udah agak teduh kami udah ngga berminat lagi jalan ke area lain. Udah mau magrib soalnya, jadi kami memilih balik ke Mesjid Jamek buat shalat magrib di sana. Kalau tadi kami datang ke Dataran Merdeka dari depan Mesjid Jamek ke arah lampu merah, sekarang kami balik ke Mesjid Jamek lewat jembatan dan gang kecil di sisi barat mesjid.

Jadi sebenarnya persis di sebelah mesjid Jamek ada jalan kecil alias jalan tikus yang menjadi jalan penghubung ke Dataran Merdeka dari Stasiun Mesjid Jamek. Di belakang mesjid tersebut terdapat jembatan kecil yang bagus dan lebar, paling ngga lebarnya 2,5 m. Jembatan tersebut membentang di atas sungai yang juga tidak terlalu besar, diantara gedeng-gedung artistik yang berdiri dengan megah. Di ujung jembatan, di seberang ‘teras’ atau trotoar terdapat gang kecil menuju bagian depan mesjid.

Hujan masih turun ketika kami berjalan menuju mesjid. Tapi meskipun hujan, yang namanya poto-piti mah tetap saja lanjooot. Tapi yang foto-foto bukan saya sih, tapi adik dan sahabat saya. Saya mah jadi tukang fotonya aja, hahaha.

Advertisement

8 comments

  1. paksain dong…nulis:D kalo punya stok cerita traveling gini pasti ada aja kan…yang semedi dirumah terus ni..butuh piknik banget:**curcol**

  2. Terima kasih. ‘Buah paksaan’ tulisan membuat kami pembaca menikmati sajian apik ini.
    Jajaran gedung tua terawat memikat ya. Idem kunjungan kami bbrp tahun lalu juga diguyur hujan hehe.
    Salam

    • Mkasih jugaa udah mampir di marii… 🙂

      Saya emang musti memaksa diri walau sekarang masih belum efektif… tp harus untuk membentuk kebiasaan lagi…hehe…
      Saya musti m

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s