Di pusat wisata Kota Malaka yang berada di kota tua Malaka, mencari makanan halal bisa dibilang ngga terlalu gampang. Hal ini dimaklumi aja karena pusat wisata kota tua Malaka berada di daerah pecinan yang notabenenya kawasan non muslim. Jadi untuk mencari makanan halal musti nyari-nyari dulu, musti pakai capek sedikit hehehe. Ini yang saya alami loh ya. Mana tau tema-teman lain mah gampang-gampang aja menemukan restoran halal di kawasan wisata utama malaka ini.
Sewaktu kami nginap di Victor Guesthouse, tamu tidak disediakan sarapan sama sekali. Tamu hanya disediakan minuman hangat, teh atau kopi saja. Jadinya, kalau mau sarapan harus nyari-nyari dulu. Makanya pagi itu saya dan adik saya nyari-nyari warteg atau nasi padang di sepanjang jalan, mana tau ketemu aja nyempil dimana ye kan, hehehe. Tapi tetep aja ngga nemu nasi padang di sana, apalagi warteg kan ye, makin ngga nemu sama sekali, hehehe.
Setelah jauh berjalan jauh mendaki bukit melewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, belok kiri dulu di lampu merah Jalan Bunga Raya dan jalan Munshi Abdullah, trus belokkiri, jalan lagi kira-kira 200 m, alhamdulillah baru deh ketemu satu restoran muslim. Nama rsetorannya, Restoran Sahabat. Restoran tersebut berada di lantai dasar gedung ruko di sudut jalan persimpangan. Dari penampakannya restoran ini milik etnis Asia Selatan, karena semua pegawai dan tukang masaknya tampang India semua.
Suasana restoran tersebut sudah sangat ramai. Dilihat dari pengunjung wanitanya, semua pengunjung terlihat mengenakan kerudung. Yang makan di sana kebanyakan pengunjung makan nasi goreng, mi goreng dan juga roti cane. Mungkin karena hari masih pagi, masakan yang tersedia baru nasi goreng dan saudara-saudaranya serta roti cane. Dan minumannya kebanyakan yang dipesan adalah ‘teh O’ yang artinya teh panas manis.
Saya tau-nya karena saya berdiri di bagian belakang, di dekat dapur. Jadi saya bisa melihat kesibukan para pelayan restoran yang sedang masak atau juga yang berteriak menyebut pesanan yang sudah dipesan pengunjung atau berteriak menyebut pesanan yang sudah siap untuk disajikan. Kami memesan nasi goreng 4 posri untuk dibawa pulang. Sembari menunggu makanan kami selesai dibungkus, saya dan adik saya pesan teh panas juga.
Dan tau ngga, ternyata 4 nasi goreng plus 2 gelas teh manis hanget tersebut totalnya 16 atau 17 ringgit saje. satu porsi nasi goreng pake telur ngga nyampe 4 ringgit (Rp. 14.0000, di Jakarta nasi goreng abang-abang aja 10.000 – 12.000). Murah banget kan ya. Pas buka kotak nasi goreng waktu mau makan, ternyata porsinya gede banget. satu porsi harusnya bisa untuk berdua orang. Karena saya dan adik saya seporsi cukup untuk berdua. Sampe kami pada mikir, kenapa mesti pesan nasi goreng semua,kenapa ngga pesan mi goreng dan atau mihun goreng 2 porsinya, hahaha.
Oya sekadar mengingatkan, pas jalan pulang dari restoran ke penginapan di Victor Guesthouse inilah, saya melihat money changer sekaligus toko sewa gadai yang bisa jual beli emas. Di sini, sebelum jalan ke pusat wisata Malaka, kami menjual cincin adik saya karena setelah dihitung-hitung (tiba-tiba)kami kekurangan uang, hahaha. Itu kejadian memoreable banget dah, ngga bakalan lupa deh sama kejadian ini, hehehe.
Sepulang dari Rumah Merah atau Stadthuys-nya Malaka, kamimakan siang lagi di sini. Sekalian juga beli makanan bungkus untuk dibawa ke Kuala Lumpur. Kami beli nasi bungkus karena kami bakal tiba di Kuala Lumpur malam hari, dan takutya sudah ngga ada yang jual makanan sementara kami mungkin akan sangat kelaparan. 3 nasi goreng makan di sana, plus 2 bungkus nasi ayam (dipisah lauknya), 4 potong gorengan plus teh manis 2, kalau ngga salah hanya 24 ringgit saja. Waaaw, lumayan muraaaah, 😛
Tapi, saya tidak tau apakah sekarang masih ada restorannya apa nggak, karena saya ke sini 3 tahun yang lalu, tapi baru kelarin postingannya sekarang, hahaha. Jadi bagi yang ke Malaka dan berada di sekitar jalan Munshi Abdullah bisa nyari makan di sini ya …:)
