Pura Ulun Danu Danau Bratan : Jalan-Jalan Hari ke-2 Libur Lebaran 2017

Hari ke dua di Bali, kami baru bisa jalan-jalan, setelah kemaren hari pertama di Bali hanya tiduran syantiq di kamar karena tepar kecapean dalam perjalanan Solok – Padang – Jakarta – Bali di hari pertama. Maklum jalan jam 2 dini hari dari rumah ke bandara Padang karena harga tiket pada jam yang saya ambil yang paling murah. Itu pun dapatnya 1,8 juta dari Padang ke Bali, setelah pegel utak-atik dan bongkar pasang jam keberangkatan ke Bali.

Di hari ke dua ini rencana awalnya, tujuan pertama yang saya atur adalah kami adalah ke Pura Taman Ayun. Ini pura merupakan salah satu pura yang terkenal juga di Bali. Setelah itu kami ke Danau Bratan Bedugul atau Jatuluwih. Entah mana yang lebih dulu, saya juga tidak tahu, jadi saya serahkan saja pada drivernya, Mas Afif.

Tapi sayang, kami tidak jadi ke Pura Taman Ayun karena kami berangkat agak kesiangan. Awalnya kami hendak berangkat jam 8.30, tetapi akhirnya baru jalan dari penginapan jam 9.30. Setelah itu kami harus mencari alamat hotel tempat acara yang akan diikuti oleh kakak saya di jalan Kuta Sunset Road, kalau ngga salah. Baru deh setelah itu bisa melipir ke arah Bedugul, ke Danau Bratan.

Sudahlah kami berangkat kesiangan, hari itu adalah hari Jumat pula, jadi kami harus berburu tiba di Bedugul sebelum waktu shalat Jumat masuk. Soalnya kalau mau shalat Jumat, pilihannya harus di Denpasar atau atau di Bedugul. Karena sepanjang perjalanan tidak ada mesjid sama sekali, kata Mas Afif. Aaah, iya, saya lupa, ini bukan di Jawa atau Sumatera atau juga Lombok yang tidak susah menemukan mesjid atau mushala di sepanjang jalan, hehehe. Akibatnya kunjungan ke Pura Taman Ayun terpaksa di-skip.

Kami tiba di Bedugul, kira-kira setengah jam sebelum masuk waktu zhuhur, sehingga suami kakakku dan Ridho anaknya serta driver kami Mas Afif, bisa makan siang dulu sebelum shalat. Bukan makan siang sih sebenarnya tapi brunch, brunch yang telat pula, hahaha. 😛 .

Setelah selesai makan, yang laki-laki shalat, saya dan uni, ‘liat-liat’ baju-baju khas Bali. Si Uni belanja, sementara saya memoto Danau Bedugul saja. Di dekat parkiran bus ini tersedia beberapa permainan air, seperti main bebek-bebekan atau malah ski air.

Setelah kaum laki-laki shalat Jumat, giliran saya dan kakak saya yang shalat zhuhur. Plus shalat ashar alias shalat zhuhur dan ashar dijamak. Mesjid tempat kami shalat berada di sekitar 20 am meter di atas jalan raya. Pemandangan indah terhampar di halaman mesjid ke arah Danau Bratan.

Selesai shalat zhuhur, baru kami masuk ke dalam area taman Danau Bratan. Segitu telatnya kami tiba di Danau Bratan Bedugul. Benar-benar tidak efektif kan waktu kami jadinya gara-gara berangkatnya yang telat? Coba tadi kami berangkat jam paling tidak jam 8.30, maka kami sudah bisa keluar dari Danau Bratan sebelu shalat Jumat. Paling tidak kami bisa ke Taman Ayun dulu, huuff…8teteup ya belum muv on dari ngga bisa ke Taman Ayun, hehehe.

Danau Bratan Bedugul sangat terkenal. Di pinggir danau ini ada pura Ulun Danu yang indah dan dibingkai pula oleh keindahan Danau Bratan. Keindahan Pura Ulun Danu Bratan ini diabadikan dalam pecahan uang 50.000. Jadi sangat wajar danau ini jadi terkenal dan sangat ramai dikunjungi wisatawan. Baik wisatawan asing apalagi wisatwan dalam negeri.

Di area taman wisata Danau Bratan ini, sebenarnya tidak hanya ada Pura Ulun Danu saja. Ada pura lainnya yang ukurannya lebih besar dan berada di daratan. Tapi, daya tarik utama wisata Danau Bratan ini adalah Pura Ulun Danu. Apalagi pura ini ‘mengapung’ dengan anggunnya di atas air yang berjarak sekitar 5 m dari daratan.

Menurut pendapat saya, jika bukan karena pura Ulun Danu ini mungkin danau Bratan tidaklah seterkenal seperti sekarang. Dan juga pengunjungnya juga tidak ramai bangat seperti ini setiap harinya. Tapi memang, alam Bali yang indah yang berpadu dengan agama dan budaya yang membuat wisata bali jadi istimewa dibanding daerah lain.

Tiket masuk ke Danau Bratan untuk dewasa 20 ribu, dan untuk anak-anak 15.000. Harga tiket untuk wisatawan asing berbeda kalau tidak salah, tetapi saya lupa berapa tarif tiket masuk untuk orang asing. Di dalam taman Wisata danau Bratan ini pengunjungnya sangat ramai pakai banget. Baik oleh wisatawan dalam negeri maupun wisatawan asing. Ya iyalaah, Bali… 🙂

Danau Bratan dari Mesjid Hidayah

Memasuki area wisata Danau Bratan ini, terdapat taman yang cukup luas dan juga bersih. Udara terasa segar karena pepohonannya masih banyak dan tinggi-tinggi. Tempat yang sangat asyik untuk piknik bersama keluarga besar di sini. Paling tidak menikmati makan siang bersama keluarga dengan menggelar tikar. Habis itu mereka bersantai sambil tidur-tiduran di taman yang rindang.

Tapi saya lupa memperhatikan apakah kemarin ke sana ada yang menggelar tikar atau tidak, hehehe. Tapi seingat saya, kayanya ngga ada deh yang piknik gelar tikar. Mungkin kebanyakan orang datang hanya untuk menikmati keindahan pura Ulun Danu yang berada di pinggir danau dan terlihat mengapung di atas air.

Karena memang Pura Ulun Danu inilah objek utama yang dituju oleh wisatawan. Sehingga pengunjung tidak terlalu berlama-lama juga berada di sana. Jadi ngga mau piknik juga di sana. Lagipula orang rame banget, jadi kurang asyik juga kali piknik gelasr tikar. Mendingan pikniknya ke pantai kali ya, hehehe.

Kami juga tidak terlalu lama berada di Danau Bratan ini. Pengunjung yang sangat ramai membuat kami juga tidak enjoy untuk berlama-lama dan bersantai di sini. Mungkin di bagian lain di danau ini ada bagian-bagian yang bisa digunakan untuk duduk santai (atau bahkan mandi-mandi) dan menikmati suasana danau yang segar seperti halnya di Danau Diateh Alahan dan Danau Singkarak yang berada di Solok.

Sepulang dari Begugul, kami juga bermaksud hendak ke Jatiluwih. Tujuannya adalah untuk melihat pemandangan indah persawahan Jatiluwih yang berundak-undak. Tetapi belum lama meninggalkan Danau Bratan Bedugul, hujan turun dengan deras. Sehingga kami juga terpaksa tidak jadi ke Jatiluwih. Penonton kuciwaaa, hehehe.

Untuk mengobati hati yang kecewa, kakakku ngmong gini, “sawah di Solok juga indah banget kok, liat saja di Talang atau Guguk sana! Ngapain juga liat sawah di sini” hahaha.

Benar juga sih yang kakakku bilang, pemandangan sawah di Solok juga sangat indah. Di sepanjang Nagari Cupak Talang hingga ke Guguak (Talang dan Guguk adalah nama nagari di Solok yang berada di jalan raya Solok – Padang) terhampar persawahan yang berundak-undak yang luas membentang di kiri dan kanan jalan. Juga di daerah Batusangka, pemandangan sawahnya keren-keren. Belum lagi di daerah lainnya di Sumatera Barat, penuh dengan sawah.

Jadi ngga perlu berkecil hati lah tidak bisa melihat sawah di Jatiluwih doang (catet ya, pake doang). *edisi menghibur hati, hahaha.

Sebagai ganti tidak jadi ke jatiluwih, sebelum ke Tanah Lot, kami mampir dulu sebentar di hutan Alas Kedaton, hutan desa tempat orang-orang mau melihat sekawanan monyet. Baru deh setelah itu kami melanjutkan jalan-jalan ke Tanah Lot, yang juga sangat ramai pengunjung. Namanya juga Bali, pasti ramai pengunjungnya, hehehe.

NB : Oya, kenapa kadang-kadang disebut Beratn juga ya? Serius nanya saya nih. *tanya ke gara aja… 😛

Dari lantai 2 mesjid

Advertisement

5 comments

  1. Wah udah sampai ke bali aja urang solok ini. Mantap kali lah. Bali, ah kapan ya aku bisa kesana. Btw tiket dari padang – bali lumayan murah juga dibandingkan dari aceh – bali. Huhuhu

    • Alhamdulillah Mba Liza… Diajak kakak angkat makanya bisa ikut… 🙂

      Kalau dari Aceh ljauh lebih mahal ya… mending jalannya ke singapur malaysia yang lebih murah yaaMba Liza… 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s