Sahabat dan Persahabatan Semasa SMP di Lingkungan Rumah

Gerbang Janjang saribu, Ngarai Sianok di samping Mesjid Baiturahman, Bukik Apik

Emang beda persahabatan di rumah dan di sekolah yaaa? Yuuuppp… Beda banget. Teman-teman di sekolah ngga kenal sama teman-teman di rumah. Sahabat-sahabatku ini notebenenya adalah tetanggaku. Ngga cuma tetangga, kami juga satu mesjid, tempat kami sekolah madrasah sore hari. Dan kami juga terbiasa shalat magrib berjamaah.

Mereka adalah Riri dan Titi. Titi satu tingkat dibawahku, dan Riri dua tingkat di bawahku. Kami akrab karena sama-sama aktif di mesjid dan remaja mesjid. Kami sering ikut MTQ, mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan, sampai tingkat kota. Berbagai cabang MTQ di kami ikuti. Juga lomba qasidahan antar remaja mesjid di kota dan Kabupaten Solok, hehehe.

Duluuu… Hampir setiap sore kami bertiga dan beberapa teman-teman mesjid lainnya sering keliling kota naik sepeda pada sore hari. Seabis makan mi ayam di abang bakso langganan, kami muter-muter keliling solok di jalan-jalan tikus, dan menyusuri jalan-jalan perbukitan dan sawah-sawah yang membingkai kota Solok. Suatu kenangan yang sangat indah… 🙂

Riri punya kakak perempuan yang seumuran denganku, tapi bersekolah di sekolah asrama di Bukittinggi. Jadi ia belum akrab denganku. Namanya Dede. Pas SMA aku dan Dede satu sekolahan tapi tetap belum akrab. Kami mulai akrab ketika akhir kelas tiga. Aku bener-bener akrab dengan Dede justru sejak lulus sekolahan, lalu kami kuliah di universitas yang sama.

Sewaktu kuliah di Padang aku sering nginap di tempat Dede. Riri pun 2 tahun kemudian juga kuliah di Padang dan tinggal bareng Dede. Kami bertiga jadi sangat akrab, meskipun Riri juga punya sahabat juga sejak SMA, yang kemudian kuliah di kampus yang sama. Jadilah aku, Dede dan Riri menjadi 3 sekawan sampai sekarang. Sering tidur bertiga, berbagi cerita, menangis, sedih, tertawa dan bahagia bersama.

Kedekatan yang terbangun ngga cuma antara aku dengan Dede dan Rika juga kedekatan keluarga kami. Bagi keluargaku, keluarga Dede dan Rika adalah keluarga kedua. Begitu juga sebaliknya. Meskipun sekarang aku tinggal di Jakarta, Dede sangat sering ke rumahku sekadar buat ngobrol-ngobrol doang dengan adikku dan ibuku.

Kami juga pernah yang namanya berantem, marahan. Tapi justru kejadiannya setelah kami lulus kuliah. Serius, kalau berantem bisa diem-dieman 2 hingga bulanan. Diem-dieman ini artinya ngga ada komunikasi yang enak diantara kami berdua. Sekadar telponan atau sms masih tapi rasanya hanya sekadar aja. Ngga ada keakraban sama sekali, hehehe.

Tapi walaupun saya dan Dede diem-dieman, keluargaku sama Dede mah tetap kaya biasa. Dia berkunjung ke rumahku atau ngorol sama adikku mah tetap aja, tidak berubah sama sekali. Begitu juga saya dengan Riri, tetap aja komunikasi. Aku dan Dede berdua doang yang ‘perang dingin’, hahaha.

Bagaimana dengan Titi? Titi setamat SLTP masuk SMA-nya di ponpes di ponorogo. Ia jarang kontak dengan Riri tapi tetep komunikasi denganku. Setamat mondok di ponpes di Ponorogo ia kuliah di Jogja. Setelah lulus ia sempat kerja di Jogja dan Semarang. Sekarang ia juga di Jakarta, dan udah jadi orang sukses, hehehe. Dia menejer perusahaan farmasi asing.

Selama kami terpisah tempat tinggal kami tetap saling berbagi, bercerita bersama. Pun ketika rencana pernikahannya gagal tiga minggu sebelum akad nikah, beberapa tahun yang lalu, aku menjadi teman tempatnya menangis dan tertawa meski hanya lewat telpon. Sekarang ia sudah menikah dan punya anak 5 tahun dan juga tinggal di Jakarta.

Demikian deh cerita tentang persahabatanku teman-teman masa kecilku yang alhamdulillah masih komunikasi sampai sekarang.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s