Padang Mangateh Payokumbuah, Limopuluh Kota

Nama peternakan Padang Mangateh sontak menjadi terkenal ketika Presiden Jokowi berkunjung ke sana. Katanya pemandangan padang rumput di sana sangat indah. Indahnya seperti di Selandia Baru, katanya. Sebuah perumpamaan yang bikin tersenyum aja nih. Masa iya segitu indahnya tapi tidak terdengar selama ini?

Perumpamaan keindahan Peternakan Padang Mangateh seperti pemandangan di Selandia Baru membuat saya tersenyum karena merasa kocak. Tapi tetap saja bikin saya dan teman penasaran pengen main ke sana. Saya dan sahabat saya akhirnya pergi raun-raun paniang ke peternakan Padang Mangateh, *benerin jilbab.*

Kami ngebolang ke Padang Mangateh naik motor sejauh 100 km lebih dari Solok. Kami berangkat jam 9 an dari rumah. Daaan setelah naik motor mendaki gunung lewati lembah, sungai mengalir indah ke samudera, bersama teman berpetualang, kami tiba di Padang Mangateh sekitar jam setengah 2 an. Hufff, capeeek banget badan saya mengendarai motor sejauh itu.

Tapiiiiiii…. begitu tiba di sana, masa iya peternakannya udah udah tutup untuk pengunjung umum? Saya udah jauh-jauh mengendarai motor sejauh 100 km lebih, bahkan pake nyasar segala, tapi peternakannya tutup??? Masaaa??? Huwaaaaaaa…. *Gue nangis kejeeer ala komik jepang yang airmatanya nyembur ke samping.

Jadi kata si pak satpam, sekarang ngga bisa ujug-ujug datang ke sana dan menikmati pemandangan padang rumput peternakan. Harus mengirimkan email kunjungan dulu ke kantor peternakan, dan setelah diijinkan baru pengunjung datang ke sana dengan membawa surat izin yang sudah diberikan pengurus peternakan.

“Pak ngga kasian ya Pak sama kami berdua, Pak. Kami cewek, dari jauh-jauh ke sini naik motor, capek banget lo Pak.” kata kami dengan muka memelas kucel abis begitu mengetahui kami ngga boleh masuk. *ngomongnya jender banget yak, hahaha.

“Emang dari mana?” tanya Pak satpam.

“Kami dari Solok, Pak.” jawab saya.

“Oiya, jauh ya…” kata si pak satpam.

“Di mana di Soloknya?” tanya pak satpam yang lain. Tapi ngeliat ke Linduik, hahaha.

“Dari Alahan Panjang, Pak.” jawab Linduik. Maksudnya sih dia berasal dari Alahan Panjang. Sengaja dibilang dari Alahan Panjang biar lebih dramatis lagi jauhnya. Kan jarak Solok – Alahan Panjang, 60 km, lebih ke kampungnya lagi 10 kira-kira, hahaha.

“Aduh, lebih jauh lagi dong.” sahut si bapak satpam.

“Makanya itu Pak, masa iya tega Bapak membiarkan kami berdua datang ke sini tanpa bisa masuk?” kata saya dengan wajah yang sok memelas. *lap air mata pake ujung jilbab, #dramaaaa.

“Bukan ngga kasian, karena aturannya seperti itu sekarang. Ngga boleh langsung datang trus langsung masuk.” jawabnya santai. Ngga peduli sama dua cewek super keren yang datang jauh-dauh sejauh 100 km lebih pake onda.

Hadeeuh, saya udah spicles aja dah. Ngga bisa ngomong lagi. Ngeliat muka pak satpam aja udah malas, masa iya mereka ngga kasian sama 2 wanita tangguh datang jauh-jauh dari Solok, hahaha. Untung Linduik tipe orang yang emang pintar diplomasi. Dia dengan santai aja minta ijin numpang istirahat dulu di pos satpam karena. Duduk di lantai teras aja sih, hahaha.

Sembari istirahat kami ngajak ngobrol bapak-bapak satpam tersebut. Saya walaupun saya agak kecewa kan musti tetap bersikap baik ya kan, lagi numpang duduk soalnya, hahaha. Kami tanya apa penyebab pimpinan peternakan ini sekarang melarang pengunjung datang langsung ke peternakan Padang Mangateh.

Rupanya ada 2 alasan penutupan tempat ini dari pengunjung umum. Pertama karena bakal datang sapi-sapi dari Australia sekitar seminggu lagi. Jadi peternakan tersebut harus disterilkan dari segala macam sampah dan hama. Sampah-sampah di padang rumput dibersihkan dulu lalu setekah itu rumput-rumput disemprot anti hama

Semua area padang rumput harus bebas dari sampah dan hama. Daan ternyata sejak peternakan ini mendadak terkenal dan banyak pengunjung, peternakan juga ‘memproduksi’ sampah-sampah yang luar biasa banyak. Petugas peternakan setiap minggu bisa mengumpulkan sampah sampai sebanyak 4 truk. Wooow banyak banget yaa…

“Jadi pengunjung bawa makanan sering ngga dibuang di tempat sampah.” lanjut si bapak satpam.

“Jadinya sampah-sampah numpuk ya Pak?”

“Bukan cuma numpuk, sampah-sampah tersebut sering dimakan sapi juga!” jawab salah seorang satpam dengan suara agak kesal.

“Makanya sekarang kalau nau berkunjung harus bawa surat izin melalui email.” sahut yang lainnya.

Hmmmm, saya paham sekarang alasan kenapa peternakan ini ditutup buat pengunjung umum. Betapa banyak pengunjung yang bersikap tidak menjaga kebersihan di tempat-tempat wisata di Sumatera Barat. Sampah dibuang seenaknya kaya gitu. Sehingga daerah wisata yang dikunjungi menjadi wisata sampah.

Pengunjung yang datang semakin banyak selama pembicaraan kami yang hampir satu jam. Semua pengunjung tertahan di gerbang peternakan. Mereka sangat kecewa tidak bisa masuk ke dalam area peternakan. Apalagi banyak juga yang datang dari jauh. Ada yang dari Pekan Baru, ada juga yang dari Jambi.

Ada juga pengunjung yang tidak kehilangan akal sama sekali, ia menelpon keluarganya, sodara atau teman yang punya ‘kuku’ yang bekerja di pemda Kabupaten Lima Puluh Kota atau di Pemkot Payokumbuh. Dan akhirnya mereka bisa masuk diiringi tatapan nanar dari pengunjung lain.

Diantara pengunjung yang putar kanan grak, alias berbalik, tapi kemudian datang lagi bersama salah seorang tentara (yang lokasi kantor atau perumahannya ngga jauh jauh di bawah peternakan), hehehe. Mereka masuk, yang lain nyeces karena mupeng. Mungkin sebagian dari mereka yang tidak bisa masuk ini berharap punya ‘bekingan’ juga, atau malah sebel sama orang yang punya bekingan ini kareana memanfaatkan koneksi atau nepotisme, hehehe…

Kami tetap ngobrol asyik dengan para satpam, dan mencoba ‘melunakan’ hati mereka supaya mengizinkan kami masuk. Saya serahkan semuanya ke si Linduik karena ia emang pinter banget membuka suasana enak dalam pembicaraan kami. Dan setelah hampir satu jam dialog, bercanda ini itu tentang politik dan sebagainya, akhirnya pertahanan pak satpam jebol. Kami pun diizinkan masuk, hehehe.

Kami masuk ke peternakan bukan dengan motor saya tetapi menumpang dengan mobil pikap sopir peternakan. Jadi ceritanya, dari tadi ada mobil pikap yang hilir mudik di gerbang keluar masuk peternakan. Ketika si Pak satpam ngajak ngobrol sopir tersebut kami berdua udah sok-sok akrab saja manggil-manggil sopir tersebut.

Dan setelah beberapa kali mobil pikap bolak balik akhirnya kepala satpam mengizinkan kami naik pikap yang disopiri oleh Budi (kalau ga salah namanya Budi,hehehe). Kayanya 2 – 4 tahun lulus SMA. Alhamdulillah kami diantarkan Budi ke area padang rumput peternakan yang berada dibawah kaki Gunung Sago. Jaraknya sekitar 2-3 km dari gerbang peternakan.

Budi mengantarkan kami ke berbagai tempat di dalam kawasan peternakan ini. Tapi sayangnya, pada saat itu tidak terlalu banyak sapi yang merumput di sana. Bisa dibilang, padang rumput tersebut kosong dari sapi-sapi. Hanya ada satu titik saja yang terdapat gerombolan sapi, menjelang perkantoran dari arah gerbang.

Yang membuat saya senang dengan adanya Budi ini adalah, Linduik ini emang lebih demen difoto, sementara saya demen moto. Tapi kalau motoin dia repooot, karena musti sempurna menurut dia. Sempurna yang dia mau adalah sempurna gayanya berfoto, walaupun latarnya terlihat biasa.

Kalau dia ngerasa ekspresinya kurang bagus, maka semua hasil foto tersebut ngga bagus, walaupun latarnya baguuuus bauangget, hahaha. Kalau sudah kaya gitu, dia bakal minta ulang mulu, meski saya bilang ngga ada cacatnya sama sekali. repoootkaaann. Pengen saya jitak aja dah dia.

Jadi dengan adanya Budi, maka si Budi yang ketiban sial dimintatolongin mulu sama Linduik untuk memoto dirinya hahaha. Sementara saya puas memoto sendirian, tanpa gangguan dari sahabat saya yang satu ini, hehehe… *piiisss nduiikk.

Kami tidak lama di ladang peternakan ini. Mungkin hanya setengah jam lebih saja di sana. Sekadar menikmati pemandangan padang yang hijau sebentar dan juga sekadar membuat rekam jejak jalan-jalan ke sana. Sekadar bukti bahwa saya dan sahabat saya pernah nekat naik motor ke sana. Itu sesuatu yang luar biasa baginsaya karena harus mengendarai motor sejauh 250 km pp dalam satu hari.

Dan harus saya akui, pemandangan di Padang Mangateh indah dan mempunyai keindahan tersendiri. Sejauh mata memandang adalah padang rumput yang terbentang di kaki Gunung Sago, Payokumbuah. Tapi, apakah bisa membandingkan keindahan Padang Mangateh dengan Selandia Baru, saya tidak bisa menjawab karena saya belum pernah ke sana, hehehe.

Kami pun pulang dengan hati riang karena akhirnya bisa masuk padang peternakan tersebut. Sebagai tanda terima kasih, Linduik memberikan uang bensin pada Budi. Itu bukan suap karena tidak ada omongan apapun sebelum kami diizikan masuk. Tapi itu bentuk terima kasih kami sudah diijinkan masuk karena kasihan dengan kami yang datang jauh-jauh dari Solok.

Kami pulang tidak lagi lewar Batusangka, tetapi memutar ke Bukittinggi. Lebih jauh memang, tapi lebih nyaman karena jalannya lebih lebar dan juga lebih rame. Apalagi Linduik tipe orang yang punya six sense. Kalau saja tiba-tiba dia ngaji atau shalawatan, berarti di ‘merasakan sesuatu.’ Parno juga kalau pulang malam sama dia mah. Saya yang tadinya ngga kepikiran jadi mikir hahaha.

Saya tiba di rumah hampir jam 10 malam dengan badan yang rasanya rontok luar biasa, tapi seperti biasa : sangat menyenangkan, hehehe. Setibanya di rumah saya langsung pesan butuh skotang, atau kalau ngga teh telur. Babak belur badan aye ngendarai motor 250 km seharian. Saya langsung ke luar rumah buat beli skotang biar badan anget lagi, hehehe…

Advertisement

8 comments

  1. Hi…hi, aku punya tuh sepupu yang tipe kayak Linduik kalo soal foto 🙂 Walaupun latar atau pose / muka dia kelihatan bagus menurut kita yang moto, tetapi kalo menurut dia masih kurang bagus atau gak pas, bakal terus disuruh ulang berkali-kali untuk ambilin foto dia 😀 Sedangkan saya tipe orang yang ambil foto secukupnya aja buat kenang-kenangan, jadi kalo udah jalan-jalan sama si sepupu, bakal capek untuk memenuhi selera foto yang bagus menurut dia 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s