Siti Roehana Kudus, Jurnalis Wanita Pertama Indonesia

“Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”

Siti Roehana Kuddus

rohana-kudusUngkapan di atas diucapkan oleh Bundo Siti Rohana Kudus. Siti Roehanna Kuddus atau seringnya disebut Siti Rohana Kudus adalah salah satu tokoh emansipasi wanita Indonesia. Namanya memang tidak terlalu populer sebagaimana hal-nya Ibu Kartini atau Dewi Sartika. Tapi kiprah dan perjuangan dalam memperjuangkan hak-hak kaum wanita sangat luar biasa. Bahkan bisa dianggap lebih besar dari kedua tokoh wanita tersebut.

Siti Rohana Ludus lahir di kenagarian Koto Gadang, Bukittinggi pada tanggal 20 Desember 1889. Ia lahir 4 tahun setelah Ibu Kartini lahir. Itu artinya Bundo Siti Rohana Kudus bisa disebut satu generasi dengan Ibu Kartini. Beliau adalah anak seorang pegawai pemerintah Hindia Belanda. Meskipun tidak mengikuti sekolah formal, Siti Roehanna Kudus tumbuh menjadi anak yang pintar dan cerdas. Ia tidak hanya bisa membaca huruf Arab Melayu saja, tetapi juga bisa berbahasa Belanda.

Di Koto Gadang, Siti Roehana Kudus mendirikan perkumpulan yang menjadi tempat pendidikan atau semacam sekolah keputrian untuk wanita-wanita Koto Gadang. Nama perkumpulan itu adalah, Perkumpulan Amai Setia. Di sana, Bundo Siti Rohana Kudus mengajarkan wanita-wanita Koto Gadang membaca, menulis, berhitung, menyulam, menjahit, dan juga jurnalistik. Ia juga mendidik para wanita dalam mengelola keuangan dengan mendirikan koperasi.

Sulaman-sulaman hasil karya wanita Koto Gadang terkenal sangat bagus dan berkualitas tinggi. Tak heran kemudian sulaman hasil karya wanita Koto Gadang ini kemudian dieksport ke negeri Belanda. Tentu saja ini menjadi prestasi yang sangat luar biasa bagi Siti Riohana Kudus dan juga wanita-wanita Koto Gadang.

Rumah Amai Setia, Koto Gadang Bukittinggi
Rumah Amai Setia, Koto Gadang Bukittinggi

Hasil kerja keras Siti Roehana Kudus yang sangat luar biasa tidak hanya dibidang keterampilan wanita. Beliau juga mengajarkan para wanita Koto Gadang membuat karya seperti artikel, puisi dan sastra. Artinya Bundo Siti Rohana Kudus mengajarkan wanita-wanita tersebut menjadi penulis. Bundo Siti Rohana Kudus kemudian mendirikan penerbitan surat kabar Suntiang Melayu. Semua kru dari penerbit tersebut adalah kaum wanita. Mulai dari penulis, redaktur, editor : semuanya adalah para wanita.

Sangat luar biasa bukan? Bundo Siti Rohana Kudus kemudian dinyatakan sebagai jurnalis wanita pertama Indonesia.

Bundo Siti Ruhana Kudus juga menjadi guru di sekolah Dharma Putra di Bukittinggi. Di sana ia mengajar pelajaran agama, budi pekerti, bahasa Belanda, sastra, menjahir, menyulam dan juga jurnalistik. Tak hanya itu, ia merupakan orang pribumi pertama yang menjadi agen mesin jahit Singer di Bukittinggi. Selama ini yang menjadi agen adalah masyarakat tionghoa.

kerajinan-perak-koto-gadang-2

Ada satu hal lagi yang membuat Bundo Siti Rohanna Kudus berbeda dari Ibu Kartini atau Ibu Dewi Sartika. Bundo Siti Rohana Kudus tidak hanya mendidik dan mengajarkan mengajarkan kaum wanita membaca, menulis, menyulam, merenda,sastra, jurnalistik dan mendirikan surat kabar. Bundo Siti Rohana Kudus dan para wanita lainnya juga ikut perjuangan melawan penjajah Belanda. Bundo Siti Rohana Kudus menyiapkan dan memasukkan senjata ke dalam gerobak yang berisi sayur-sayuran yang akan dibawa ke kota Bukittinggi.

Sekarang jejak peninggalan Bundo Siti Rohana Kudus masih dapat liat saksikan di Koto Gadang, Bukittinggi. Rumah Perkumpulan Amai Setia masih berdiri kokoh di pinggir jalan raya Nagari Koto Gadang. Rumah tersebut berdiri menghadap Gunung Singgalang. Di seberang jalan sawah terhampar luas menyejukkan pandangan.

Di dalam Rumah Perkumpulan Amai Setia terdapat galeri yang memajang produk-produk hasil kerajinan masyarakat Koto Gadang. Ada hasil sulaman tangan, kerajinan perak serta peralatan yang digunakan untuk menyulam. Di lantai atas bagian belakang juga terdapat foto-foto kliping sejarah perjuangan masyarakat Bukittinggi.

amai-setia-3

Satu hal yang menarik dari Bundo Siti Rohana Kudus adalah, meskipun beliau memperjuangkan emansipasi wanita, ia tetap ingat dan menyadari kodrat diri wanita itu sendiri. Seperti yang ia ungkapkan pada quote yang saya buat di atas, bukan persamaan hak dengan kaum pria yang ia perjuangkan tetapi menuntut supaya kaum wanita mendapat pendidikan yang lebih baik. Dengan pendidikan yang lebih baik, kaum perempuan akan melahirkan generasi-generasi yang terdidik dengan baik pula nantinya.

Jadi, jika Anda traveling ke Bukittinggi, jangan lupa mampir ke Koto Gadang ya, buat melihat jejak rekam perjuangan Bundo Siti Rohanna Kudus.

17 comments

  1. Artikel ini sangatlah menolong dan menimbulkan ide, menambahkan wacana yang bertambah luas kembali, tidak monoton, tak memihak di apa saja, saya ingin artikel lebih diciptakan untuk yang bertambah luas kembali biar lainnya dapat turut mendapat ide dari artikel ini, terima kasih

Leave a reply to Danau Tarusan Kamang, Bukittinggi, Agam : Danau Dua Wajah | Firsty Chrysant Cancel reply