
Salah satu tempat wisata yang saya kunjungi waktu lebaran 2015 adalah Jembatan Akar atau Jambatan Aka. Jembatan ini unik. Karena jembatan ini terbentuk dari akar-akar dua batang pohon kubang yang tumbuh berseberangan yang dipisahkan oleh sungai. Akar-akar dari dua batang pohon tersebut saling dililit dan dipilin satu sama lain. Sehingga akar-akar tersebut menyatu membentuk jembatan yang menghubungkan dua buah jorong.
Objek wisata ini berada di daerah Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Sekitar 70 km dari kota Padang.
Sebenarnya kawasan jembatan akar ini bisa dibilang sama saja dengan sungai-sungai lainya yang berada di daerah aliran sungai di kaki bukit dengan pepohohan yang besar dan rindang. Udara yang sejuk, air sungai yang jernih yang mengalir dari arah hulu. Serta gemericik aliran air yang memecah kesunyian di kaki bukit yang tenang.
Jembatan yang terbuat dari lilitan akar dua buah pohon kubang inilah inilah yang menjadi keistimewaan sungai di kaki bukit ini. Yang menjadi daya tarik orang-orang datang berwisata ke sini.
Jembatan Akar ini masih kuat walaupun sudah berusia sekitar 100 tahun. Untuk memudahkan orang berjalan, di jembatan ini diberi papan. Dan supaya jembatan ini awet, jembatan ini diberi kawat baja supaya lebih kuat menahan jumlah beban orang-orang atau pengguna jembatan yang lewat. Baik masyarakat si sana pengunjung yang datang.
Dulu, beberapa tahun yang lalu, mungkin 15 tahun yang lalu kali ya, pernah ke sana bareng keluarga. Suasana di sekitar jembatan akar masih alami banget. Untuk tiba ke jembatan dari pemberhentian atau parkir musti jalan dulu di jalan setapak kira-kira 100 m lebih. Kiri kanannya adalah parak atau kebon milik warga. Dan beberapa meter lagi ke kiri adalah sungai yang mengalir di bawah Jembatan Akar.
Sekarang, sepertinya ada jalan yang lebih dekat ke jembatan. Kira-kira kurang dari 50 m. Dulu seingat saya jalan tersebut belum ada. Mungkin dulunya merupakan jalan setapak yang ke sininya dijadikan jalan beraspal. Dari jalan kampung tersebut kita turun tangga di samping rumah penduduk. Kira-kira 20 m dari tangga terbawah, berdiri pohon yang akarnya dijadikan jembatan.
Sayangnya, lebih kurang 10 meter sebelum jembatan tersebut sudah berdiri sebuah rumah, walaupun belum selesai dibangun. Saya ingat banget dulunya ngga ada rumah. Dan 3-4 m dari akar pohon kubang tersebut juga sudah berdiri pondok-pondok warung minuman dan mi instan.
Bahkan hanya kurang dari 2 meter dari pintu jembatan, ada penjual makanan dan minuman. Penjual ini bikin pemandangan jadi kurang bagus dan bikin sempit jalan. Jadi kesannya Jembatan Akar berada di belakang dan di samping rumah penduduk. Ditambah lagi warung-warung yang merapat ke pohon membuat tempat wisata ini jadi makin crowded.
Jembatan Akar sudah tidak se-asyik seperti dulu lagi, hehehe. Sudah ngga terlalu alami lagi suasanaya.
Panjang Jembatan Akar ini kira-kira 15 – 20 m. Dan tingginya dari permukaan sungai berbatu yang berada di bawahnya kira-kira 4 meter. Air sungai yang mengalir ini jernih dan segar, bahkan cendrung dingin. Rasanya enak banget rendamin kaki di air ini. Jadi paling ngga masih ada yang dinikmati di Jembatan Akar ini selain jembatannya yang unik ini.
Oya, air sungai Batang Bayang ini bersumber dari Danau Diateh, Alahan Panjang, Solok. Jadi wajar banget airnya jernih dan segaaar banget. Dan sekitar 2-3 km sebelum Jembatan Akar ini terdapat objek wisata lain, yakni air terjun Bayang Sani. Saya ke sini dulu bareng teman-teman kuliah saya. Rombongan.
Jadi kalau kita jalan-jalan ke jembatan akar ini, sekalian saja ke air terjun Bayang Sani juga. Bisa ditanya aja sama penduduk setempat lokasi persisnya.
Untuk bisa mencapai kedua tempat wisata ini sebaiknya memang menggunakan kendaraan pribadi. Karena lokasi Jembatan Akar inin berada sekitar 20 km dari jalan raya Padang Painan. Angkutan umum yang ke sana sudah agak susah karena mungkin orang sudah banyak yang punya motor sendiri, jadi kendaraan umum di sana jadi hidup segan mati tak mau.
Kalau dari Padang, angkutan umum yang digunakan adalah minibus atau travel tujuan Bayang. Ingat ya, tujuan Bayang. Karena ada minibus dan travel dengan tujuan Painan. Kalau sana ada beberpa orang, bisa turun langsung di depan pintu gerbang Jembatan Aka. Tapi kalau ngga, bisa-bisa diturunin bareng sama penumpang terakhir sebelum Jembatan Aka.
Okee… Selamat jalan-jalan ke Jembatan Aka ya…
Jernih ya airnya..
Itu brarti jembatannya udh dimodif ya mbak? Bkn full natural
Jembatannya masih alami banget… Hanya dikasih papan sebagai alas jembatan biar orang ngga susah berjalan di atasnya…
dan juga dikasih tali kawat baja di sepanjang kawat supaya tetap kuat menahan jumlah pengunjung yang banyak…
Oooo iya2..
🙂
Udah lama ga kesini, ternyata banyak pembangunan yg justru mengurangi kesan alaminya. Padahal lebaran 2016 pulang kampuang.
Iya Un… udah banyak bangunan… udah nggga asri lagi… apalagi rumah yang berada 10 m dr pohon…
ih menarik banget… pasti ngeri-ngeri asik gitu yaaa… hihihi…
Ngga ngeri kakaaa… Jembatannya kuat kokk… udaranya suger di sana
Bagus jembatannya, itu asalnya alami ya, hanya saja ditambahkan penopang oleh masyarakat sekitar supaya lebih kuat bagi pengunjung. Yah namanya tempat wisata yang sedang booming ya, pasti banyak penduduk sekitar membuka warung makanan. Objek wisata yang ramai bagaikan bunga yang penuh dengan madu bagi orang-orang mencari nafkah, hehe. Soal sarana transportasi kayaknya masalah klasik di Indonesia, ya. Di mana-mana juga tempat wisata bagus pasti nihil angkutan umum. Mau tidak mau mesti sewa kendaraan.
Iya Gara, itu alamai… hanya dikasih papan sebagai alas jembatan… dan juga direntangi kawat supaya jembatannta tetap kuat…
Transportasinya ampun deh susuahnya… 🙂
Oh sip… jadi terjaga keamanannya sekaligus estetikanya yang masih asli. Keren deh. Sumatera Barat banyak punya wisata tersembunyi, yah.
Ayo Gara… Jalan ke Padang… Situs2 peninggalan jaman dl juga banyak. Aku kemaren lebaran sempat jalan ke 2 tempat…
Wah iya Mbak, sip… mudah-mudahan dapat kesempatan buat ke sana ya…
bawa daku kesana kak
hayuklah Wiiinn… 🙂
waduh, udah mulai ada bangunan ya uni. mestinya pemda ada kasih pengarahan. kalau udah ada bangunan gitu kan kesannya jadi semrawut
Harusnya iya, ya… Diatur supaya ngga membangun rumah yang terlalu dekat dengan jembatan akar…
iya, kalau gitu kan gak indah lagi dipandang mata
Iya… Kurang sedaap lagi… 🙂
aku pernah kesini! hahaha… jembatannnya unik dan keren
Iya… unik… Hebat yah, tokoh yang punya ide ini… 😀
[…] ← Previous […]
[…] melalui Jembatan Akar ~ Jambatan Aka, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat — Firsty Chrysant […]
[…] keluarga saya 15 tahun yang lalu kali ya, lebih kurang deh. Sekalian juga waktu itu kami juga pergi Jembatan Akar. Dulu, Pantai Carocok ini jauh lebih alami. Dan juga waktu itu pengunjungnya masih sepi […]
[…] Jembatan Akar Bayang ini, sampahnya tidak banyak sih. Tapi tetap saja mengganggu kenyamanan mata dan selera. Bayangkan […]
[…] Sungai yang jernih seperti ini sering dijadikan tempat untuk balimau. […]