Di jalan raya Batusangka ~ Pagaruyuang terdapat sebuah kompleks pemakaman Raja Alam Kerajaan Pagaruyuang. Kompleks pemakaman ini berada persis di pinggir kanan jalan raya, sekitar 1 km lagi ke arah Istana Pagaruyuang. Ada plang besar sehingga sangat mudah sekali menemukannya.
Awalnya aku tidak sengaja (lagi-lagi ngga sengaja ya) menemukan Ustano Pagaruyuang ini. Setelah tak sengaja menemukan prasasti Batu Basurek Adityawarman dan Rumah Gadang Bundo Kanduang aku meneruskan jalan-jalanku ke Istana Pagaruyuang. Baru aja jalan setengah kilometer liat ada pohon beringin besar yang di bawahnya ada plang bertuliskan : Ustano Raja Alam.
Aku langsung menghentikan motorku. Mulanya bingung ngga tau apa itu maksudnya Ustano Pagaruyuang. Setelah nanya orang-orang yang duduk di sana, mereka menjelaskan maksud Ustano Pagaruyuang adalah Pemakaman Raja Kerajaan Pagaruyuang. Aku hanya ber”oooh, gitu…” hehehe…
Langsung aja abis itu jeprat jepret, hehehe…

Areal pemakaman ini terdiri dari 13 kuburan. Ada beberapa pohon beringin besar menaungi pemakaman tersebut sehingga pemakaman ini sangat teduh. Jadi tak heran banyak orang yang duduk-duduk santai di tembok pembatas pemakaman tersebut. Selain itu, makam-makam di sana tampak bersih dan terawat. Harus dong ya, situs sejarah emang seharusnya dirawat dengan baik.
Bentuk kuburan-kuburan tersebut seperti kuburan masyarakat Minangkabau umumnya. Kuburan hanya diberi batu sebagai penanda kuburan. Tapi batu-batu tersebut direkatkan dengan semen supaya batu-batunya tidak berjatuhan atau tersusun rapi. Bagian kaki dan kepala makam diberi batu-batu yang bentunya melengkung.
Ada satu makam yang diberi atap dan diberi penutup kain berwarna kuning. Makam itu merupakan makan Raja Alam pagaruyuang. Kenapa warna kuning? Tapi aku ngga tau raja yang mana. Alasannya sama dengan Rumah Bundo Kanduang yang dinding dalamya ditutupi kain kuning. Yaitu warna kuning merupakan warna lambang Luhak Tanah Data.

Di salah satu bawah pohon beringin yang paling dekat dengan pinggir jalan, ada beberapa batu-batu yang bentuknya seperti kursi atau bangku. Bangku yang beralaskan dan bersandaran batu ini merupakan tempat duduk para datuk ketika sedang mengadakan musyawarah. Atau istilahnya disebut dengan Medan Nan Bapaneh.
Satu bangku untuk satu datuk utama dalam kerajaan Pagaruyuang. Kalau ngga salah hitunganku, semua bangku batu tersebut berjumlah 15. Apakah itu sudah semua ataukah ada yang berkurang aku juga ngga tau. Di tengah-tengah bangku-bangku batu tersebut terdapat meja yang juga dari batu yang lebar.
Pada bagian yang lebih tinggi dari bangku-bangku, di bawah pohon beringn terdapat batu panjang yang tebal yang di sebut dengan Batu Kasur. Batu kasur ini terbelah dua. Aku tidak tau terbelah dua dari kapan. Panjang batu tersebut 2,8 m dan lebarnya 0,8 m, serta tebalnya 0,25 m. Di bagian atasnya Batu Kasur ada motif pahatan.
Di Ustano Pagaruyuang ini dijadikan tempat musyawarah dan pengujian calon raja baru untuk ditempatkan di daerah atau kerajaan bawahan Pagaruyuang. Contohnya adalah Kerajaan Negeri Sembilan yang beraja ke Kerajaan Pagaruyuang.
Salah satu ujian yang dihadapi oleh calon raja baru adalah duduk atau tidur semalaman di atas batu kasur yang alasi daun yang jelatang yang bermiang. Miang ini adalah bagian tumbuhan yang menimbulkan gatal-gatal luar biasa. Contoh tumbuhan yang bermiang adalah di pohon bambu. Aku pernah kena miang bambu ini, gatalnya luar biasa… 😛
Gila aja ya dulu untuk jadi pemimpin ujiannya berat banget… 😛

Malem-malem gini tadi lihat makam langsung mikir dilanjutin apa kagak ya bacanya. hihihihi…. 😀
Hahaha… Mas Dani… Rupanya apa yang Mas dani rasakan dialami oleh banyak orang ya…?
Udah dilanjutin blm bacanya…? 😛
wah itu luar biasa ya mau jadi pemimpin aja harus ngelewatin ujian yg luar biasa, berarti memang hanya orang2 yg sudah teruji yg dipilih jd pemimpin 🙂
iya… harus teruji dulu baru bisa jadi pemimpin..
dari dia balikh kan sudah balajar ngaji sama silat… belajar ilmu tata negara juga… mungkin ini yang terakhirnya kali yaaa..
Jalan-jalan lali menemukan sesuatu yang menakjubkan tanpa sengaja seru juga ya
sangat seruuu… apalagi kalau jalannya sama orang yang ngga ngeluh dan ngga rewel, hehe
Hmm… ini makam yang menarik. Siapa saja ya yang dimakamkan di sana? Apa ini kompleks? Tahun berapa ini didirikan? Waduh, saya jadi banyak pertanyaan soal makam ini, tapi soal monumen batu kasur itu, apa tidak mungkin itu sebenarnya dolmen ya? Soalnya mirip banget dari segi bentuk plus ada umpag (penyangga) nya. Keren banget kalau ini peninggalan megalitikum. Jadi penasaran!
Yang dimakamkan di sana para Raja Pagaruyuang Gara… Tapi ngga semua… Ada juga yang dimakamkan di Saruaso…
Menurut sejarahnya sih, ngga cuma dolmen saja, tetapi juga emang difungsikan menjadi tempat musyawarah dalam adat…
Aku ngga tau sudah ada dr tahun berapa…
Waaduh, kenapa ngga kepikiran yaaa…. yaaah seandai aku bisa seditail kamu, pasti itu jd pertanyaan buatku yaa…
hayo ke sana Gara… Ada batu tulis juga ga nyampe setengah kilo dari sana kan?
Berarti dari dulu tempat itu sudah sangt difungsikan ya Mbak. Menarik sekali :hehe. Maapkeun, saya kalau ketemu yang begini-begini suka penasaran jadi banyak tanya :hehe :peace.
Udah, ini udahdifungsikan sejak abad 14. Makam Raja Pagaruyuang ngga di sini aja sih, di daerah Saruaso juga ada…. beberapa km dr ustano ini…
Gapapa kali Gara… justru dengan adanya pertanyaanmu, jadi bikin aku juga mikir, “oiya, kenepa ga kepikiran sama gue ya….” hehe
Malah aku berterima kasih banget sama kamu…:)
Di kampung saya (rajanya bergelar Rajo Alam Surambi Sungai Pagu) makam raja memang ditutup kain warna kuning juga. Bahkan bila ada keturunan raja yang meninggal bendera kuning akan dikibarkan. Warna kuning adalah warna keturunan rajo.
Iya, warna keturunan raja…
Itu kampung yang mesjidnya ada tiang ga pernah genap 60 kalo diitung jauh ga sih Bang?
Jadi tambah pengetahuan saya ttg kisah kerajaan Pagaruyung. Horor juga ya kalo disuruh bobok diareal kuburan, dikasih miang lagi. Setauku ngilangin miang bambu itu susah loh, kan halus-halus gitu. Tapi kalo dipikir-pikir tantangan untuk jadi Raja hampir sama kayak anak pramuka yg jurit malam buat dapetin lencana yaaa. Hehehheehe.
Iya horor bagi kita… tapi bagi calon raja harus… pake miang lagi. tobat dah gatalnya…
Aku pernah kena miang soalnya, gatalaaaaal banget
Malam-malam tidur di makam, euuhh sereeeem.. Jadi ingat acara jaman dulu Uji Nyali atau apa itu namanya uka-uka hihi
Kirain ustano itu Istana 😃
Beda teteh… Ustano, pemakaman raja. Sama kaya astana kalau di Jawa kali ya…
Ini uji nyali plus pake miang, segimana tahan dan sabarnya kali ya?
Ooh iya astana kalau bhs Sunda mah …
Krn ujian dalam memerintah, lebih dr ujian saat di Ustano itu ya… Perlu kesabaran tinggi.
Asatana dalam bahasa sunda ya tEh? Sama dong dengan bahasa Jawa ya?
Iya lah teh, perlu kesabaran tinggi. pembinaan teori selama harus didukung dengan ujian fisik lainnya yang butuh kesabaran tinggi…
Ada pohon besarnya juga… hiiiii
iya non… ada beberapa, hehe
simpelnya istano itu kediaman raja ketika raja hidup, ustano itu kediaman raja ketika raja sudah mangkat 😀
warna kuning emang warna kebesaran raja-raja minang/melayu uni 🙂
iya… sekarang udah ngerti, heheh… 🙂
Warna kuning juga warna luhak tanah data…
iya uni hehehe
hehe… 🙂
sempat mampir ke sini juga Firsty, sesudah dari Benteng van der Capellen,
sayangnya nggak sempat mampir ke Batu Batikam
iya… aku juga setelah dari benteng Van der capelen…
ke rumah gadang Bundo Kanduang juga ga Mba Monda?
[…] 6. Ustano Rajo Alam Pagaruyuang Ustano Rajo Alam Pagaruyuang merupakan kompleks kuburan Raja Alam Kerajaan Pagaruyuang. Ustano ini berada sekitar 500 m setelah Rumah Gadang Bundo Kanduang (dan Prasasti Batu Basurek Pagaruyuang) arah ke Istana Pagaruyuang. Selain merupakan kompleks perkuburan bagi raja yang akan duduk di singgasana Kerajaan Pagaruyuang, di sini juga terdapat Medan Nan Bapaneh, atau tempat musyawarah yang tempat duduknya berupa batu-batu yang tersusun saling berhadapan seperti halnya meja rapat zaman sekarang. […]
[…] Ranah Minang terdapat beberapa kerajaan kecil yang menginduk kepada kerajaan Pagaruyuang di Batusangka, Sumatera Barat. Salah satu kerajaan kecil tersebut adalah Daulat Yang Dipertuan Tuanku Bagindo, […]