Surau Tuo Nagari Lubuk Bauk Batipuh Padang Panjang

Surau Nagari Lubuk Bauk, Batipuh, Padang panjang, Sumatera Barat.
Surau Nagari Lubuk Bauk, Batipuh, Padang panjang, Sumatera Barat.

Surau Labuk Bauk adalah surau tuo yang ada di kenagarian Lubuk Bauk kecamatan Batipuh, Kabupaten Tanah Datar. Surau ini masyarakat nagari Lubuk Bauk ini persis di pinggir jalan raya Lintas Sumatera, Solok – Padang Panjang di kenagarian Lubuk Bauk. Kira-kira sekitar 8 – 10 km dari arah Padang Panjang ke arah Solok.

Arsitektur bangunan surau ini khas arsitekstur mesjid atau surau tuo masyarakat Minangkabau. Atap surau ini berundak-undak dan di puncaknya, selain ada kubah surau juga ada gonjong khas arsitektur Rumah Gadang, rumah tradisional Minangkabau.

Bangunan surau ini terdiri dari tiga tingkat. Tingkat pertama adalah bangunan untuk shalat dan mengaji. Bangunan ke dua saya tidak tahu gunanya untuk apa karena ketika berkunjung ke sana pintu yang menuju lantai atas terkunci sementara tidak ada petugas atau gharim surau yang berada di sana. Lantai ke tiga saya perkiran adalah ruangan di bawah kubah yang digunakan untuk azan pada zaman dahulu. Lantai tiga ini persis berada di bawah atap yang berbentuk bagonjong Rumah Gadang. Dan ruang yang paling tinggi adalah ruang di bawah kubah yang diapit oleh empat buah gonjoang.

Lantai surau ini terbuat dari papan yang terlihat sepertinya masih sangat kuat. Warna papan ini coklat tua, mungkin karena sudah tua dimakan usia. Tonggak atau tiang-tiang surau ini berbentuk segi delapan dengan ukiran khas minang di tengah-tengahnya.

Di dalam surau ini masih terdapat bangku panjang yang digunakan untuk meletakkan Al qur’an ketika sedang belajar mengaji. Bangku untuk mengaji ini namanya kalau tidak adalah reha.

Tangga menuju ke lantai dua berada di sebelah kanan pintu, arah kita masuk surau. Tangga ini berpagar coklat dengan motif pagar khas Sumatera Barat (atau juga mungkin Melayu juga). Pintu yang menuju lantai dua membuka dan menutup mengikuti lantai atas.

Di bagian depan mushala, persis di depan tangga terdapat bak kecil yang digunakan untuk tempat berwuduk. Sekarang bak tersebut sudah tidak berisi air lagi. Tetapi bentuk baknya masih ada. Sementara di sisi kiri surau (jika kita menghadap surau, atau sebelah kanan jika menghadap depan suarau) ada beduk yang berada dibawah atap rangkiang. Pada dinding bagian bawah atap rangiang penuh ukiran-ukiran khas Minangkabau.

 Dan di bawah dinding pinggir jalan ada saluran air yang airnya jernih. Menurut perkiraan saya mungkin dulunya air untuk bak surau ini dialirkan dari sungai yang ada di dekat surau melalui saluran kecil tersebut tersebut. Aliran saluran tersebut sekarang menuju kolam atau parigi atau empang yang ada di depan Mesjid Raya Lubuk Bauk.

Hanya sayangnya adalah surau ini sekarang tidak lagi digunakan untuk shalat (berjamaah) bagi masyarakat di sana. Surau hanya digunakan untuk belajar mengaji saja dan untuk shalat masyarakata di sana menggunakan mesjid. Hal ini dilakukan (mungkin) karena surau ini sudah sangat tua jadi ada kekhawatiran surau ini akan cepat rubuh kalau setiap dipenuhi oleh banyak jemaah. Atau juga mungkin karena ada mesjid yang berdiri megah yang jaraknya kira-kira 15 – 20 meter dari surau, jadi masyarakat lebih memilih shalat di mesjid. Entahlah, saya tidak tahu sama sekali.

Harusnya (menurut pendapat saya loh) bangunan mesjid ini didirikan dengan jarak yang lebih jauh dari bangunan surau. Paling tidak sekitar 300 m supaya fungsi utama mesjid dan mushala untuk shalat dan belajar mengaji terpenuhi bagi surau Laubuk Bauk dan mesjid Raya.

NB :
Dulu di kampung dulu sewaktu masih kecil mungkin kira-kira sampai saya berumur empat atau lima tahun kali yaa, masih tersisa saru surau tua yang mirip dengan surau Lubuk Bauk ini, tetapi kemudian dibongkar dan diganti dengan bangunan tembok. Sungguh tragis sekali yaaa… Saya baru mempunyai kesadaran betapa berartinya keberadaan surau tua ini juga baru belakangan sih. Tapi tentunya pengurus surau dan masyarakat di kampung saya beranggapan sudah selayaknya surau tersebut diganti dengan bangunan yang baru.

Advertisement

9 comments

  1. Di dalam suraunya kelihatannya masih terawat,
    dikampung saya surau’masjid’ lamanya sudah berapa kali rombak,
    ga ada lagi yang ‘tuo’ seperti surau di atas.
    Semoga surau tuo tetap terawat sampai nanti

    • Iya keliatannya masih terawat walau sangat disayangkan udah ngga digunakan lagi buat shalat.

      Kayanya sekarang emang tinggal sedikit surau lama kaya surau lubuk bauk ini.

      Dan kalau boleh tau kampungnya dimana? *kepo 🙂

  2. Firsty kalau pengunjung masuk ke bangunan surau dan Mesjid Raya Lubuk Bauk apakah dikenakan biaya?, kalau iya baguslah kan bisa digunakan untuk merawat bangunan bersejarah tsb 😉 .

    • Ngga Mba Nel, ngga dikenakan biaya.

      Mungkin bagi masyarakat di sana surau ini sama aja dengan surau lainnya, bukan sesuatu yang istimewa banget. Hanya saja secara fisik bangunannya masih bangunan lama. Bagi orang yang peduli sejarah, ini adalah sesuatu yang istimewa yang harus dilestarikan.

    • Dulu aku cuma berpikiran ‘suraunya bagus ya, unik, modelnya masih bangunan lama.’ sekadar itu aja, baru sekarang aku beranggapan surau tetsebut sesuatu yang istimewa hehehe *toyor pala sendiri… 🙂

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s