[Prompt #33] Gomabta ~ Makasih

Gambar dari google
Gambar dari google

Jaehyeon memandang gadis yang sedang mengenakan jaket biru yang sedang asyik memotret pemandang musim gugur di taman sungai Han. Gadis itu memotret pohon yang daunnya sedang berguguran sambil tersenyum.

Syal motif abstrak warna biru yang ia kenakan yang berkibar di depan wajahnya membuat ia merapikan syal tersebut ke lehernya. Jaehyeon sangat menyukai pemandangan yang ia lihat, gadis berjaket biru dengan syal biru yang berkibar di bawah siraman pohon dengan dedaunan berwarna oranye  yang berguguran.

Sungguh pemandangan yang eksotik baginya.

“Jinjuya…!”

Jaehyeon memanggil gadis yang berjaket biru tersebut. Jinju menoleh. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya pada Jayhyeon. Sedari tadi lupa bahwa ada Jaehyeon bersamanya. Ia segera berjalan ke arah tempat Jaehyeon duduk.

“Oppa, miane!” katanya minta maaf dan duduk di samping kiri Jaehyeon.

“Kalau sudah pegang kamera ya, lupa segalanya!” kata Jaehyeon.

“Miane oppa!” jawabnya dengan wajah pura-pura merengut.

“Hmm,” jawab Jaehyeon sambil mengambil kamera dari tangan Jinju.

“Liat oppa hasil fotomu! Pasti hasilnya jelek” kata Jaehyeon.

“Andwe!” sahut Jinju menahan kameranya. Ia pura-pura memelototi Jaehyeon.

“Iya, iya… Bagus deh!” jawabnya yang membuat muka Jinju tersenyum dengan lebar lagi.

“Jadi oppa, apa tujuan oppa mengajakku ke sini?” tanya Jinju sambil memperhatikan Jayheon yang melihat hasil fotonya.

“Oppa ingin cerita!” jawab Jaehyeon. Ia menolah ke arah Jinju. Perhatiannya teralih dari kamera.

“Cerita?” memiringkan kepalanya pada Jaehyeon.

“Iya, cerita.”

“Cerita apa?”

Jaehyeon diam sesaat, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya. Matanya menatap mata Jinju yang duduk di sampingnya. Jantung Jinju berdesir ditatap seperti itu.

“Satu setengah tahun yang lalu, di taman ini, tapi di bagian sana,” kata Jayhyeon sambil menunjuk ke sebuah bangku yang lebih dekat posisinya dengan pinggir sungai Han.

Mata Jinju mengikuti tekunjuk Jaehyeon. Bangku yang Jaehyeon maksud sedang diduduki oleh pengunjung lain. Dua pengunjung yang masih muda. Di sana, seorang wanita sedang merebahkan kepalanya ke bahu pria yang di sampingnya.

“Okey,” ujar Jinju.

“Di sana, oppa bertemu seorang gadis. Gadis Indonesia.” sambung Jaehyeon tetapi langsung dipotong Jinju.

“Ah, cerita basi. Aku sudah tau kelanjutannya. Gadis Indonesia itu bernama Tiara. Ia melihat oppa nangis karena patah hati ditinggal kawin bukan?” serobot Jinju.

“Hei…!” Jaehyeon pura-pura memperlihatkan ekspresi tersinggung.

“Oke Oppa, lanjutkan!” kata Jinju sambil nyengir.

“Dia, besok akan pulang ke Indonesia!” ungkap Jaehyeon.

Jinju terdiam. Senyum nyengir di wajahnya perlahan menghilang. Ia menatap Jaehyeon yang juga menatap dirinya.

“Kalau sudah waktunya dia pulang ke negaranya, mau gimana lagi!” kata Jinju pelan.

“Sebelum dia pulang oppa hanya ingin meyakinkan dia sekali lagi. Untuk yang ke sekian kalinya, bahwa…” ujar jaehyeon sambil menatap dalam mata Jinju.

“Bahwa…?” sambung Jinju. Jantungnya berdebar kencang menunggu kelanjutan ucapan Jaehyeon.

“Bahwa dia telah menjadi seseorang yang sudah mengisi hati dan hari-hari oppa selama lebih dari setahun ini.” ujar Jaehyeon pelan tapi penuh percaya diri.

“Dengan senyumnya. Dan dengan tatapan matanya yang teduh. Ia telah mencuru hati oppa” sambung Jaehyeon.

Kalimat tersebut mengalir pelan dan dalam. Jinju mengalihkan pandangan dari tatapan Jaehyun. Matanya menghangat.

“Oke, terus?” tanya Jinju dengan suara tercekat.

“Menurutmu, apakah dia mau menerima oppa?” tanya Jaehyeon.

Ia melihat bendungan hanpir pecah di mata Jinju.

“Oppa…, oppa tau kan, oppa dan dia sangat berbeda?” tanya Jinju sambil menahan tangisnya. Hatinya remuk. Pedih tak terkira.

“Bukan cuma beda budaya, oppa. Ada perbedaan yang jauh lebih besar lagi!” sambung Jinju.

Jaehyeon menggangguk kecil. Sekali lagi ia menarik napas dalam-dalam dan membuangnya. Dan Jinju berjuang supaya air matanya tidak membasahi pipinya.

“Opa tau!” jawan jaehyeon singkat.

“Nah…Oppa sudah tau!” hanya itu yang bisa Jinju ucapkan.

“Ya, oppa mengerti. Tapi seperti yang oppa bilang ke dia, oppa yang akan menyatukan perbedaan itu, ” jawab Jaehyeon sambil menatap air mata yang mengalir di pipi Jinju.

“Tapi… dia juga sering bilang bukan, bahwa itu bukanlah perkara yang mudah?” suara Jinju tercekat.

“Oppa tau dia tidak ingin oppa menyatukan perbedaan itu karena dirinya. Tapi oppa sungguh-sungguh. Dari sini!” sambung Jaehyeon penuh keyakinan sambil tangannya meletakkan tangannya di dadanya.

Jinju mencoba menahan suara isak tangis dengan tangannya.

“Jalan oppa tidak akan mudah. Akan banyak rintangan yang akan oppa hadapi. Kerikil tajam, onak dan duri yang mungkin akan membuat oppa menyerah!” kata Jinju dengan suara terbata-bata.

“Opaa tau, dan oppa akan menempuh jalan yang berliku itu!” jawab Jaehyeon mantap.

Jinju tidak yakin dengan apa yang ia dengar. Benarkah Jaehyeon akan seserius itu? Ia berharap semuanya hanya mimpi, dan ia tersadar dari semua mimpi ini.

“Oppa akan menyusulnya liburan akhir tahun ini. Ingin bertemu keluarganya. Meminta restu dengan tulus pada orangtuanya.” kata Jaehyeon dengan lembut.

Jinju menoleh, menatap Jaehyeon tidak percaya.

“Oppa!”

“Oppa serius?” Jaehyeon mengangguk kecil dan tersenyum, meyakinkan Jinju.

“Begitu kan seharusnya? Datang pada orangtuanya bukan?” jawan Jaehyeon dengan pertanyaan. Jinju masih menatap jaehyeon tak percaya.

“Masih nggak percaya?” tak Jaehyeon sambil tersenyum menatap Jinju.

Jinju menggeleng, tetapi seulas senyum hadir di bibirnya. Tangannya menyeka air mata yang mengalir.

“Kalau oppa belum tiba di Jakarta, aku ngga akan percaya.” jawab Jinju dengan nada merajuk. Tagannya masih tetap menyeka air matanya.

“Jinjuya…” panggil Jaehyeon lembut. Jinju tidak menjawab, ia tetap menyeka air matanya.

“jaehyeon berdiri, lalu ia duduk bertumpu pada lututnya di depan Jinju. Tanganya meraih tangan Jinju. Jinju diam. Ia membiarkan tangan Jayheon menggenggam tangannya.

“Jinjuaa…!” ujar Jayhyeon sambil menatap lembut mata Jinju.

“Kamu percaya oppa kan? Bahwa kamu adalah Mutiara yang oppa cintai dengan segenap hati oppa. Okey..?”

Mutiara, yang biasa dipanggil Jinju oleh Jaehyeon hanya membalas tatapan Jaehyeon.

Kemudian Jinju mengangguk lembut.

Gomabta ~ makasih!” ujar Jaehyeon lembut.

“Tapi kalau oppa belum oppa belum tiba di Jakarta, aku tidak akan percaya begitu saja!” jawab Jinju sambil tersenyum nakal.

“Yaaa…!” ujar jaehyeon dengan tatapan pura-pura marah.

Jinju tersenyum. Hanya tatapannya yang berbicara. Angin musim gugur telah menghangatkan hatinya. Jinju adalah bahasa korea dari namanya : Mutiara.

*************

Ikutan Prompt #33: Love is In The Air

I Swear : All 4 One

jumlah kata : 500

***********

Jujur aja, ngga berani ikutan, tapi harus mencoba. Maluuu banget. Malu dengan berbagai alasan. Terutama ngga karena ngga bisa nulis cerita.. 🙂 *posting… langsung ngacir

Advertisement

26 comments

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s