Terulang lagi, terulang lagi. Seperti tahun kemarin, kembali terjadi perbedaan hari mulainya kita berpuasa. Muhammadiyah selaku salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia telah menetapkan jadwal hari pertama puasa jatuh pada hari ini, Selasa, 9 Juli 2013, jauh-jauh hari. Sementara pemerintah dan banyak organisasi islam lainnya telah memutuskan bahwa tanggal 1 Ramahan 1434 jatuh pada tanggal 9 Juli malam 2013 atau puasa hari pertama tanggal 10 Juli 2013.
Saya, sama seperti kebanyakan muslim lainnya sangat tidak mengerti dengan masalah hitung-hitungan hisab ataupun rukyat penentuan awal puasa atau 1 Syawal. Saya hanya tau bahwa kalau sudah melihat hilal atau bulan sabit pada tanggal 29 Sya’ban, maka kita sudah memasuki Bulan ramadhan. Artinya, malam itu kita umat muslim melaksanakan ibadah shalat tarwih dan besoknya kita berpuasa.
Penasaran dengan sistem hitung-hitungan hisab dan rukyat, Alhamdulillah saya gooling dan bertemu dengan situs rukyatulhilal yang menjelaskan tentang hisab dan rukyat ini. Barulah sekarang sedikit mengerti dengan system penetapan awal puasa ini.
Sumber : Rukyatul Hilal
Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadhan 1434 berdasarkan sistem Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Sistem ini menetapkan tanggal 1 bulan Hijriyah tanpa melihat ketinggian hilal setelah matahari terbenam. Yang penting hilal sudah terlihat pada saat sudah terjadi ijtimak atau konjungsi. Dan ijtimak tersebut harus terjadi sebelum matahari terbenan dan bulan terbenam setelah matahari terbenam. Jika persyaratan tersebut sudah terpenuhi, maka malam itu dinyatakan sebagai bulan baru atau tanggal 1 kalender Hijriyah.
Kemarin malam, tanggal 29 Sya’ban, karena hilal sudah terlihat pada ketinggian 0,42 0 maka berdasarkan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal ini Muhammadiyah menetapkan tanggal 1 Ramadhan jatuh pada 8 Juli malam dan puasa pertama tanggal 9 Juli 2013.
Sementara itu pemerintah negara kita menggunakan sistem Hisab Imkanur Rukyat. Di mana untuk menentukan bulan baru dalam kalender Hijriyah baru harus memenuhi beberapa persyaratan, meskipun pada akhir bulan tanggal 29 tersebut sudah terlihat hilal. Apa saja syarat untuk menentukan bulan baru sistem Hisab Imkanur Rukyat ini?
- Minimal ketinggian bulan pada saat matahri tenggelam adalah minimal 20. Dan,
- Sudut elongasi atau jarak lengkung matahari-bulan minimal 30. Atau,
- Pada saat bulan terbenam umur bulan minimal 8 jam setelah konjungsi atau ijtimak.
Karena tadi malam ketinggian hilal kurang dari 20, dan umur bulan kurang dari 8 jam, hanya 3 jam 18 menit maka, pemerintah menetapkan bulan Ramadhan belum masuk. Artinya bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari dan kita berpuasa pada tanggal 10 Juli 2013.
Setelah selesai sidang isbat, Metro TV mengundang Hidayat Nur Wahid sebagai narasumber tentang perbedaan permulaan awal Ramadhan. Dari keterangan Bapak Hidayat Nur Wahid, meskipun di suatu daerah tidak terlihat hilal karena beda geografi, tapi kalau di daerah lain sudah terlihat, itu sudah bisa jadi acuan bagi umat islam untuk menentukan masuknya Ramadhan.
Bapak Hidayat Nur Wahid mencontohkan, semisal di Indonesia tidak terlihat hilal sama sekali, tetapi kemudian di Maroko yang beda waktunya 6 jam lebih lambat dari Indonesia sudah terlihat hilal, maka kenampakan hilal di Maroko sudah bisa menjadi patokan untuk menentukan Ramadhan di Indonesia.Dan rakyat Indonesia sudah bisa berpuasa keesokan harinya.
Kenapa? Karena dengan beda waktu yang 6 jam, maka pada saat di Maroko matahari baru tenggelam, di Indonesia sudah tengah malam jadi orang Indonesia masih bisa berpuasa keesokan harinya. Dan toh, informasi tentang kenampakan hilal di Maroko bisa langsung diketahui pada saat itu juga di Indonesia.
Saya sama seperti jutaan muslim Indonesia yang dibuat bingung tentang awal Ramadhan ini, sangat heran dengan sikap ormas Islam dan pemerintah yang tidak akur dalam menetapkan awal Ramadhan. Masing-masing mengedepan kepintaran masing-masing dalam menentukan jatuhnya 1 Ramadhan.
Padahal, bukankah kita mempunyai rujukan terbaik jika terjadi perbedaan awal Ramadha seperti ini? Dan bukankah rasul pernah berkata (kira-kira) begini (tidak ingat detailnya, jadi kalau salah tolong dibetukan ya…^^) : Berpuasalah kalian kalau sudah melihat hilal dan berbukalah kalau sudah melihat hilal. Dan kalau hilal tidak terlihat, maka genapkanlah Sya’ban 30 hari.”
Dan apakah di situ Rasulullah menetapkan tentang ketinggian dan derajat hilal? Saya juga tidak tahu. Dan apakah mungkin ijtima’ ulama dan perkembangan ilmu falak di kemudian hari meentukan hal yang demikian saya juga tidak tahu. Tetapi atas dasar itu saya pikir saya ikut puasa gelombang pertama saja walaupun kemudian akan dikomentari, “Kamu Muhammadiyah ya?” Iya, saya emang mengikuti organisasi Muhammadiyah, tapi ingat, Muhammadiyah bukan agama ya. ^____^
Referensi : Nonton sidang isbat di tivi dan rukyatul hilal
Jakarta, 9 Juli 2013/ 1 Syawal 1434
Firsty Chrysant
udah pernah dijelasin sama pakdhe dan babe soal itungitungan gitu.. sekarang sih ikutin pemerintah aja dah, males debat dengan segala dalil, jadinya debat kusir.. soal kepercayaan ga perlu didebatin, gitu kata babe.. hargai aja sapa yang mo ramadhan duluan apa belakangan.. toh tujuannya sama.. ibadah.. happy ramadhan firsty..
Ramadhan Mubarak Mba…^^ Semoga ibadah puasa kita bisa makin bagus dan istiqamah tahun ini yaa… amin
Sharing yang menarik.
Yang penting niat-nya, dan Allah tidak akan luput juga dalam mencatat ikhtiar hamba-Nya.
Benar Mas Iwa… Yang penting niat kita berpuasa…^^
tapi mengapa saat menentukan imsak dan buka puasa mereka percaya metode hisab?
ah sudah lah…
Hehe.. Ngga ngerti mas emil… hehehe
Selamat puasaaaaaaa
Yuuuppp… Dan sekarang selamat berbuka puasa…^^
[…] teman-teman, hari ini merupakan hari pertama puasa ramadhan 1436 H. Dan alhamdulillahnya lagi, kita memulai puasa serentak pada hari kamis, 17 Juni, tidak […]